Ona mengepal tangan erat melihat kedekatan Abnan dengan Akira yang membuat dia sakit hati, rasanya ingin meledak karena terlalu emosi, berpikir bagaimana dia bisa kalah dengan seorang gadis miskin seperti Akira.
Ingin rasanya Ona menjambak rambut Akira yang sudah berani dekat-dekat dengan Abnan, laki-laki yang dia dambakan meski pria itu tak pernah sekalipun berniat untuk meliriknya.
Ona berjalan ingin masuk ke kelas, tapi dia sempat melihat ke arah Siska dan juga Yumi yang menatap sinis ke arahnya.
"Kasihan sekali ya, nggak dilirik tapi sok-sokan jadi ratu cantik." Sindir Yumi masuk ke dalam kelas puas melihat wajah merah marah yang menggebu-gebu tapi tak bisa ia luahkan.
Seperti biasa pelajaran pun dimulai, dengan guru yang memberikan materi pada murid-muridnya.
Ona tak fokus belajar, dia lebih fokus melihat punggung Akira yang duduk di hadapannya. Dia tak senang dengan Akira yang sudah berhasil membuat emosinya terpancing karena berpikir Akira berani dekat-dekat dengan laki-laki sang pujaan hatinya.
Diam-diam ternyata Ona dan Yumi bersaing untuk mendapat perhatian Abnan. Tapi sayang pria itu sama sekali tidak pernah menghiraukan siapapun gadis-gadis yang ada di hadapannya. Karena semua hati, pikiran, mata, perhatian Abnan hanya tertuju pada satu wanita, yaitu Akira.
Gadis polos yang memiliki sedikit sikap matre, juga sangat pintar dalam berbahasa asing. Anehnya gadis itu, bisa tidak tertarik pada Abnan yang terkenal dengan kekayaan keluarganya.
Mungkin saja bukan Akira tidak tertarik. Cuma wanita itu belum memikirkan untuk menjalin hubungan dengan siapa pun. Atau mungkin juga, Akira tidak pernah berpikir untuk pacaran.
Karena fokus gadis itu hanya membantu ibunya di rumah, dan juga jualan kue setiap kali dia pulang dari sekolah.
Ibu Akira adalah seorang Ibu tunggal, Akira juga tidak pernah melihat seperti apa sosok Ayahnya. Setiap kali gadis itu bertanya pada ibunya tentang Ayahnya di mana, wanita paruh baya itu akan menjawab jika Ayahnya sudah lama meninggal. Dari lahir Akira memang tidak memiliki seorang Ayah.
***
Seperti biasa, setiap kali Akira keluar dari kelas, dia pasti akan berlari ke toilet, kebiasaan yang sering gadis itu lakukan.
Saat wanita itu keluar dari toilet. Dia di buat kaget dengan kehadiran sosok seorang laki-laki tampan yang berdiri menunggunya di depan pintu toilet dengan tubuh yang disandarkan ke dinding.
"Astaghfirullahaladzim!" Pekik Akira kaget melihat kehadiran Abnan.
"Hai." Abnan menyapa Akira dengan tersenyum lembut.
"Sepertinya laki-laki ini memang sudah gila!
Yang benar saja dia menungguku di depan pintu toilet! Ada-ada saja dia ini! Aku benar-benar risih melihat wajahnya!" Gumam Akira tak suka dengan sikap Abnan yang terus menempel padanya semenjak ia menerima perasaan pria itu semalam.
Iya, meski pada kenyataan, Akira menerima perasaan laki-laki itu karena ia miliki alasan tertentu.
"Ayo kita pulang bareng." Ajak Abnan memegang pergelangan tangan Akira.
Refleks sikap posesif Abnan itu membuat Akira melihat ke arah tangannya yang berada dalam genggaman tangan Abnan.
"Pulang bareng? Enggak ah Kak, nanti anak-anak pada ngomongin kita lagi, Kak," tolak Akira karena dia tidak ingin menjadi bahan bibir oleh siswa-siswi di sekolah besok.
"Peduli apa kata mereka. Ayo kita pulang." Abnan bener-bener tak peduli, menarik tangan Akira keluar dari sekolah.
Semua mata anak-anak hanya tertuju pada mereka berdua yang terlihat begitu mesra.
Sepertinya aku harus punya stok kesabaran yang banyak. Batin Akira hanya bisa menunduk dalam menahan malu.
Yumi yang melihat mereka, kembali mengepal tangan semakin erat, hingga tak sengaja kuku pendeknya melukai daging di tapak tangannya.
Aku harus segera menyingkir kan anak miskin itu dari sisi Kak Abnan. Sebelum dia benar-benar merasa nyaman! Karena hanya aku wanita satu-satunya yang paling pantas mendampingi Kak Abnan! Batin Yumi yang tiba-tiba terlintas rencana buruk untuk menghancurkan hidup Akira.
Ternyata benar apa kata orang, kalau seorang musuh itu tidak lah terlalu bahaya bagi kita. Itu karena jelas kita tahu dia adalah musuh, akan tetapi yang berbahaya itu, adalah musuh yang menjadi sahabat baik kita, dan berpura-pura baik di hadapan kita.
"Ayo kita ke Mall." Ajak Yumi pada Siska.
"Mall? Buat apa?" Tanya Siska.
"Aku mau beli baju Akira untuk acara ulang tahun malam nanti." Jawab Yumi
"Ya sudah kalau begitu, ayuk." Ajak Siska tanpa rasa curiga. Berpikir kalau Yumi benar-benar ikhlas menjadi sahabat baik untuk Akira.
***
Di lain sisi terlihat wajah Akira yang ditekuk, jengkel pada Abnan yang tadi memaksanya pulang bersama.
"Ada apa dengan wajah mu? Kamu marah sama aku?" Tanya Abnan seolah dia tidak tahu kalau Akira ngambek.
"Kak Abnan itu ngeselin banget! Bisa-bisanya Kak Abnan narik aku di depan semua orang! Besok aku pasti akan jadi bahan!" Ketus Akira marah.
"Tidak akan ada yang berani, jika mereka berani macam-macam. Mereka akan tahu akibatnya." Jawab Abnan.
"Au ah!" Bertambah kesal.
"Baiklah, sebagai tanda permintaan maaf ku. Bagaimana kalau kita keluar malam nanti?" Tawar Abnan tersenyum menarik lembut hidung lancip Akira.
Keluar? Sepertinya aku punya ide! Akhirnya! Uangku akan aku miliki sebentar lagi! Batin Akira girang dalam hati dengan rencana yang sudah tersusun di benaknya.
"Mmm... Bagaimana kalau kita hadiri acara ulang tahun Ona malam nanti, Kak?" Tanya Akira dengan senyuman terbaik yang dia perlihatkan Abnan.
Pria itu sama sekali tidak menolak, dan langsung mengangguk.
"Boleh, aku akan menjemputmu di rumah ibumu malam nanti," kata Abnan.
Akira sampai terdiam tak percaya kalau Abnan tak menolak sama sekali ajakannya, langsung mengiyakan tanpa berpikir dua kali.
Tentu saja Abnan tak menolak keinginan Akira. Perasaan pria itu terlalu besar untuk Akira, sehingga dia tidak mungkin menolak apapun yang diinginkan oleh wanita pilihannya.
Tapi sayang, perasaan besar yang dimiliki oleh Abnan. Hanya bertepuk sebelah tangan, itu karena Akira tidak memiliki rasa padanya.
"Beneran Kak Abnan mau?" Tanya Akira begitu bersemangat.
"Iya. Kau siap-siap saja malam nanti,.aku akan menjemput." Jawab Abnan.
"Ok."
Yumi yang tadi ke Mall bersama Siska dengan niat ingin membeli baju untuk dipakai Akira malam nanti datang ke acara Ona, langsung mengantar baju tersebut ke rumah Akira setelah pulang dari Mall.
***
Waktu berlalu tak terasa malam pun tiba.
Akira turun dari mobil Ferrari yang dikendarai oleh Abnan.
Jujur saja melihat acara mewah ulang tahun Ona yang diadakan di sebuah hotel bintang 5, membuat Akira sedikit insecure seperti tak ingin masuk ke dalam. Tapi saat wanita itu kembali teringat dengan uang taruhan, dia tidak mungkin membiarkan uang itu hilang sia-sia begitu saja.
Berpikir tak banyak yang akan dia lakukan di acara tersebut, cukup dia masuk ke dalam bersama Abnan. Maka itu tandanya dia sudah menang.
Semangat Akira! Batin Akira.
"Ayo." Ajak Abnan mengelur tangan meminta Akira memegang pergelangan tangannya.
Gadis itu tersenyum manis menyambut tangan Abnan mulai melangkah masuk ke dalam acara ulang tahun Ona.
Yumi dan Ona seperti terbakar akibat cemburu berat melihat Akira di gandeng mesra oleh laki-laki incaran mereka berdua.
Dasar anak miskin tak tahu diri! Batin kedua wanita sinis itu.
Diam-diam Yumi menuang serbuk bubuk ke dalam satu gelas minuman dingin, dan berniat memberikan minuman tersebut pada Akira.
Tamat kau malam ini Akira! Aku pastikan, kau tidak akan berani untuk melihat hari esok lagi! Batin Yumi tersenyum jahat dengan langkah kaki mulai mendekati Abnan dan Akira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Maharany_dhewi
semangat author
2024-06-04
0
Sugiharti Rusli
ampun deh yah anak" sekarang, padahal masih sekolah lho mereka🙉🙉🙉
2024-05-25
1
Patrick Khan
.aduh jd deg deg kira2 siapa yg bantu akira ya😬😬
2024-05-25
1