Sandra terlihat begitu serius membaca semua file tentang para robot yang bekerja di Great Ruler. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 00.30 dan rasa kantuk mulai menyerang wanita cantik itu.
Sandra menonaktifkan tablet tersebut dan segera pergi ke kamar untuk beristirahat. Tiap sepi datang, sosok Rey kembali muncul dalam pikirannya dan perasaan sedih menyelimuti hatinya, lagi.
Apa aku bisa? guman Sandra dalam hati yang mulai tak yakin jika ia bisa lulus tes menjadi seorang User seperti mendiang suaminya. "No! Aku pasti bisa. Aku sudah melakukan sejauh ini demi membalaskan dendam pada Matteo. Orang itu, dia bertanggungjawab atas kematian Rey," ucap Sandra tegas dengan kebencian menyelimuti hatinya lagi, meski sampai saat ini, sosok Jenderal muda itu tak diketahuinya bahkan Tony sekalipun.
Keesokan harinya, rutinitas menjemukkan Sandra lakoni. Namun, esok adalah hari libur. Ia berpikir untuk menghabiskan waktu di Sentra Video Games guna menjajal semua permainan Level 1.
Usai bekerja, Sandra segera mengunjungi tempat bermain tersebut. Hanya saja, Roboto yang ditemuinya memiliki bentuk lain dan Sandra hampir tak mengenalinya.
Beruntung, suara ramah Roboto membuatnya yakin jika itu adalah robot yang biasa mendampinginya. Sandra bernapas lega karena sudah merasa nyaman dengan robot pemandu tersebut.
"Kau suka gaya baruku, Mrs. Sandra?" tanya Roboto yang kini kakinya menjadi sebuah roda.
"Ya. Kau imut," jawabnya dengan senyum terkembang.
Roboto segera membawa tamu special-nya itu ke mesin permainan Level 1—Bee. Sandra terlihat siap untuk melanjutkan Ronde 3, babak final dari video games tersebut.
Sandra mulai terbiasa dengan cara bermain dalam permainan di Sentra Video Games. Ia hanya perlu membaca instruksi bermain, melihat contoh dari cuplikan permainan lalu mencobanya.
"Aku siap, Roboto," ucap Sandra dengan tangan berada di atas papan tombol. Robot setinggi dada orang dewasa itu pun segera menekan tombol 'START'.
"Round 3 in 3 ... 2 ... 1, go!" ucap mesin permainan.
Sandra dengan sigap menekan tombol warna kuning di hadapannya saat tombol itu menyala. Kedua tangannya begitu lincah bergerak ke semua sisi karena nyala dari tombol tersebut acak.
Sentra Video Games yang sepi membuat Sandra berkonsenterasi penuh karena tak ada gangguan dan seketika, "Horay!! You win, Mrs. Sandra. Congratulations! Skor Anda untuk permainan Bee 100! Anda berhak untuk melanjutkan ke Level 2. Selamat mencoba dan have fun!" ucap mesin permainan dan Sandra terlihat begitu gembira.
Bahkan, Roboto ikut bertepuk tangan. Namun, Sandra menyadari sesuatu.
"Eh, wait. Bukankah ... aku harus memainkan seluruh permainan Level 1 untuk bisa menuju Level 2?" tanya Sandra bingung.
"Ya. Hanya saja, kebijakan baru diterapkan oleh Perusahaan. Tiap pemain yang bisa menyelesaikan tiap permainan dari level tersebut secara terus-menerus dan tak mengalami kekalahan dari tiap ronde, berhak untuk naik ke level selanjutnya," jawab Roboto menjelaskan.
Sandra mengangguk paham, tapi ia merasa jika hal ini terasa begitu mudah baginya.
"No, Roboto. Aku ingin mencoba semua permainan Level 1. Bawa aku kembali ke permainan tikus tanah. Aku belum menaklukkan hewan simulasi itu," pintanya tegas menunjuk mata biru Roboto.
"Baiklah. Wah, Anda sangat bersemangat. Ayo, ikuti Roboto," ajaknya dengan suara riang dan Sandra segera mengikutinya.
Sandra melihat sekitar jika tempat itu tak seramai biasanya. Padahal, ia merasa jika hari ini akan penuh karena esok adalah hari libur para pekerja di Great Ruler. Tempat hiburan di semua Distrik pasti penuh.
Tanpa sepengetahuan Sandra, di luar Distrik 2.
"Mohon maaf. Sedang ada pembaharuan dalam sistem permainan. Silakan datang kembali besok. Selamat menikmati akhir pekan," ucap sebuah Robot berbentuk balok setinggi manusia dan memiliki tangan seperti papan penghalang.
Robot warna silver berjumlah 10 buah tersebut, berjejer rapi membuat barikade di pintu masuk Sentra Video Games. Robot-robot itu berdiri di hadapan para pengunjung.
Terlihat, orang-orang itu kecewa dan terpaksa pergi karena tak mungkin mendobrak masuk atau akan terkena hukuman berat.
Colosseum, seorang pria muda yang memiliki kuasa penuh atas tempat itu, hanya tersenyum melihat dari balik dinding kaca lantai 10 di ruang kerjanya.
Pria itu menyilangkan kedua tangan di depan dada ketika para pelanggannya terpaksa berbalik dan pergi meninggalkan tempat yang selalu menjadi favorit penghuni Great Ruler.
Colosseum duduk di sebuah kursi yang memiliki bentuk seperti bulan sabit, beroda tiga di bagian bawah, tapi tak terlihat karena terutupi badan dari kursi itu sendiri. Kursi futuristik tersebut bisa berputar dan bergerak ke mana pun.
Selain itu, kursi kerja tersebut memiliki leher elastis di sebelah kanan dengan monitor bisa di naik-turunkan, di bengkokkan ke kanan dan ke kiri, menjadi bentuk landscape atau portrait setinggi jarak pandang yang diinginkan oleh pengguna.
Pria muda itu menikmati buah anggur hijau yang tersedia dalam mangkok di sisi kiri dari sandaran tangan. Sebuah kursi multifungsi yang bisa bergerak dengan perintah suara—RC—nama dari Robot Chair ciptaannya.
RC menampilkan gerak-gerik Sandra selama bermain di wahana dari layar, tapi berbentuk persegi panjang.
"Hem, dia berkembang pesat. Boleh juga," ucapnya dengan senyum tipis sembari mencomot buah anggur yang dipegangi oleh tangan kiri asisten robot.
Colosseum terlihat menikmati pertunjukkan bahkan tak sadar jika sebuah panggilan penting datang padanya.
"Tuan Colosseum, Presiden Roman menghubungi Anda. Apakah panggilan akan Anda terima?" tanya Asisten ruangan—seperti Rey—yang suaranya terdengar cukup santer di ruang kerja pria itu.
Colosseum terkejut karena sampai tak mendengar panggilan itu akibat terlalu asyik menonton gerak-gerik Sandra. Ia mematikan tampilan Sandra dari RC sembari merapikan pakaiannya.
"Hubungkan," ucapnya pada Asisten ruangan yang ia beri nama Angel.
PIP!
"Hallo, Mr. President. Sepertinya ada hal mendesak hingga Anda menghubungi saya," tanya Colosseum di depan layar RC yang kini memunculkan wajah dari seorang pria yang menjadi penguasa di negara tersebut.
"Anda diundang untuk datang ke Pengadilan. Besok, Presiden Morlan akan disidang atas kasus meninggalnya puluhan User karena serangan serigala mutan ciptaannya," jawab Presiden Roman serius.
Pria itu langsung pucat dan terlihat tertekan akan hal ini. Ia mengangguk pelan, meski tak menjawab dengan suaranya. Presiden Roman menutup panggilannya untuk memberikan waktu bagi Colosseum menenangkan diri.
"Sepertinya, waktu bersenang-senang sudah habis, Angel. Besok adalah penentuan nasib Morlan dan orang-orangnya," ucap Colosseum terlihat sedih dan wajahnya tertunduk seketika.
Tak terasa, Sandra asyik bermain hingga pukul 9 malam. Sandra menghentikan permainannya ketika alarm di jam tangannya berbunyi sebagai penanda jika ia harus segera pulang.
"Ah, sayang sekali. Padahal aku masih sangat sanggup untuk bermain, mungkin ... dua permainan lagi?" ucap Sandra menatap Roboto yang mata birunya menunjukkan gambar digital sebuah wajah dengan senyuman.
"Anda bisa datang esok, Mrs. Sandra. Aku akan memilihkan permainan untukmu. Hanya tinggal 6 permainan lagi dari 10 jenis permainan di Level 1," ucap Roboto.
Sandra mengangguk mengerti. Ia pamit pulang dan Roboto melambaikan tangan layaknya manusia. Sandra tak menyadari jika seseorang mengikutinya ketika keluar dari pintu Sentra Video Games.
"Sandra!"
"Oh my God! Kau mengejutkanku, Tony!" pekik Sandra sampai melompat karena kaget. Tony menepuk pundaknya kuat dan hanya terkekeh tak merasa bersalah. "Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Sandra heran sembari memegang tali pada tas selempangnya.
"Well, aku tadi ada urusan dengan komandan Akira sekaligus ingin melihat keadaanmu, tapi kau tak ada. Aku bertemu salah satu kawan tambangmu dan ia mengatakan jika kau pergi ke Distrik 2, Sentra Video Games," jawabnya sembari menunjuk gedung yang memiliki lantai 10 tersebut.
"Ah ya," jawabnya tersipu malu sembari menyelipkan rambut ke salah satu telinga.
"Apa yang kaulakukan di sini sampai berkunjung setiap hari?" tanya Tony penuh selidik.
"Aku hanya berpikir agar bisa berlatih perang simulasi di sini. Level 100 dari tempat permainan ini bisa membuatku seperti seorang User," jawabnya semangat. Kening Tony berkerut. Ia melihat gedung tersebut dengan wajah serius. "Kenapa?" tanya Sandra heran.
"Entahlah. Aku tak tahu caramu itu benar atau tidak. Kenyataannya, video games dan simulasi perang dalam mesin simulator itu berbeda, Sandra. Musuh kita nyata, perasaan yang dibawakan pun akan berbeda. Saat di video games, kau tak akan merasa bersalah ketika membunuh musuh, tapi ketika dalam simulator, kau bisa mendengar dan melihat kesakitan dari orang yang kaubunuh itu," ucap Tony menegaskan.
Sandra diam sejenak. Ia terlihat ragu setelah mendengar penilaian dari Tony. Kawan dari mendiang Rey menatap Sandra saksama yang terlihat bingung akan kegiatannya nanti di hari berikutnya.
"Hei, maukah kautemani Eliz untuk mencari tempat sewa untuk membuka sebuah restoran? Dia bersikeras untuk memiliki restoran, meski aku masih tak yakin. Aku takut dia akan meracuni para pelanggan," bisik Tony dengan wajah serius, tapi membuat Sandra tertawa.
"Masakan Eliz enak," tegas Sandra, tapi Tony seperti tak sependapat. "Baiklah. Aku akan menemaninya besok. Sepertinya, aku akan libur bermain video games untuk sementara waktu," sambung Sandra, dan Tony mengangguk berterima kasih.
Malam itu, Sandra pulang bersama Tony menggunakan mobil otomatis sang kapten. Tanpa mereka sadari, kamera pengawas luar gedung Sentra Video Games, Colosseum melihat gerak-gerik dua orang itu dan mendengar pembicaraan mereka. Wajah pria tampan itu masam seketika.
"Pengganggu," ucapnya kesal dan segera beranjak dari RC meninggalkan ruangan.
***
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Bila Tony dan Colosseum menyukai Sandra, apakah mungkin terjadi saling rebut? 🤭🤔
2023-11-21
1
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-21
1
Wati_esha
Wuaaahhh kau menyukai Sandra, Colosseum? 😛😛😛
2023-11-21
1