"Terima kasih makan malamnya, Eliz. Kau seharusnya membuka restoran. Masakanmu enak," puji Sandra saat sudah di ambang pintu.
"Hem. Akan kuminta pada Tony untuk membuatkan sebuah restoran."
"Uhuk! Apa? Kenapa harus aku?" pekik Tony sampai tersedak saat meneguk kaleng beer. Sandra terkekeh.
"Bye, Eliz," salam Sandra sembari berjalan di koridor apartemen.
"Bye!" jawabnya riang.
Sandra berjalan menyusuri koridor kembali ke kamarnya. Ia segera mandi dan bersiap untuk tidur. Sandra membaringkan tubuhnya yang terasa letih karena pekerjaan kasar yang dilakukannya agar bisa menjadi seorang User.
"Ya, itu benar, Sandra. Kau mungkin tak tahu hal itu. Selama orang yang tinggal bersamamu memiliki pekerjaan. Tak masalah jika kau tak bekerja karena kepala rumah tangga yang membiayai. Seperti saat Rey masih ada, dia memasukkanmu dalam daftar isteri yang dibiayai," terang Tony.
"Ya, sepertiku juga. Tony yang membiayai hidupku," sahut Eliz dan Tony mengangguk membenarkan.
"Hanya saja, Rey kini sudah tiada, begitupula orang tuamu. Aku bisa saja memasukkanmu dalam pembiayaanku, tapi aku yakin kau akan menolaknya," lirik Tony.
"Tidak. Aku tak mau merepotkanmu. Aku bisa melakukannya sendiri, jangan khawatir," tegas Sandra.
"See, apa kataku? Dia ini tak suka merepotkan orang lain," ucap Tony melirik adiknya. Eliz memonyongkan bibir. Sandra tersenyum.
"Jadi ... tak ada perbedaan antara User pria dan wanita? Semua penilaian akan dianggap sama? Setara?" tanya Sandra mempertegas dari penjelasan Tony tentang sistem tes.
"Yep. Singkat cerita. Dulu, saat pasukan robot kekurangan prajurit pria untuk mempertahankan The Great Ruler, para wanita diikut sertakan. Tak semua wanita memiliki fisik yang sama, jadi ... banyak yang gagal. Selain itu, tak cukup waktu untuk memodifikasi sistem komputer dalam robot. Hal itu bisa membutuhkan waktu hingga tahunan. Jadi, User yang dituntut agar sesuai dengan permintaan robot," terang Tony menuturkan.
Sandra mengembuskan napas panjang saat teringat akan ucapan Tony ketika makan malam. Sandra terlihat tertekan dan susah tidur karena memikirkan tes yang akan dijalaninya nanti, dan baginya itu sangat sulit.
Tiba-tiba, terdengar suara nyaring dari alarm weker yang terpasang di sandaran tempat tidur. Sandra langsung membuka matanya dan duduk.
"Good morning, Mrs. Sandra. Berikut saya ulangi agenda Anda hari ini sesuai data yang Anda input. Sebelum pukul 8 pagi, Anda harus sudah tiba di Distrik 8, Pertambangan Batu Bara. Lalu memulai latihan tempur pukul 7 sore di Sentra Video Games Simulator Distrik 2. Dan untuk memulai hari, telah saya persiapkan roti panggang dengan segelas susu di meja makan. Selamat berjuang!" ucap asisten pembantu otomatis yang suaranya terdengar di seluruh ruangan tempat tinggal Sandra.
"Thank you, Rey," jawab Sandra sembari mengganti pakaiannya dengan baju kerja.
"Your welcome, Mrs. Sandra," jawab mesin asisten.
Sandra mengaktifkan kembali fungsi asisten ruangan di mana sebelumnya ia menonaktifkannya. Sandra menutup diri dan tak ingin ada yang mengusiknya termasuk suara dari mesin asisten ruangan.
Kini, Sandra telah berubah. Ia mulai membuka diri karena dirasa ia akan membutuhkan banyak bantuan demi mewujudkan harapannya. Sandra tersenyum saat menikmati sarapannya di hari yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.
Jendela apartemen di ruangannya terbuka secara otomatis, membuat ruangan yang tadinya gelap menjadi terang, terkena sinar matahari.
"Hem, naikkan intensitas kepadatan penahan cahaya hingga 50% di jendela kamarku, ruang keluarga dan ruang makan. Terlalu silau, Rey," pintanya yang telah mengubah nama asistennya komputernya dengan nama mendiang suaminya, Rey Rovoski
"Laksanakan, Mrs. Sandra."
Seketika, ruangan yang tadinya terang benderang menjadi lebih redup.
"Thank you, Rey," jawabnya tersenyum.
Sandra bergegas pergi ke stasiun agar tak terlambat. Kereta pekerja membawanya kembali ke tambang. Hari itu, Sandra terlihat begitu sigap dalam bekerja. Tak mengeluh dan loyo seperti kemarin.
Para pekerja wanita yang mengenalnya tersenyum tipis. Mereka mulai menyadari, jika Sandra sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang User.
"Wow! Kau terlihat tergesa, Mam. Pergi ke suatu tempat?" tanya wanita berambut cokelat saat melihat Sandra terburu-buru ketika memakai sepatu di saat jam kerja telah selesai.
"Yup. Aku akan ke Sentra Video Games. Itu salah satu caraku untuk mencoba bertempur sebelum bertemu Simulator. Bye all!" sapanya ramah dan berlari kecil keluar dari ruang ganti.
"Hem. Aku tak terpikirkan untuk pergi ke sana. Damn! Seandainya aku bisa mengulang masa-masa itu," keluh wanita berkulit hitam.
Para wanita pekerja lainnya terkekeh mendengar kawan mereka seperti menyesal saat gagal mengikuti tes bertempur beberapa tahun silam.
Sandra terlihat begitu siap untuk memulai latihan perangnya, meski hanya dalam sebuah video games. Rey pernah mengajaknya satu kali saat mereka masih berpacaran dulu. Hanya saja waktu itu, Sandra merasa tak cocok.
Dia hanya menonton Rey saat menunjukkan kebolehannya dalam menembak robot-robot musuh dan memenangkan tiap level yang dilewatinya.
Kini, tiba saatnya bagi Sandra untuk mencoba dan mengalahkan rekor Rey saat itu di mana namanya masih tersimpan dalam database permainan.
Mulut Sandra menganga saat ia melihat Sentra Video Games sudah berubah sepenuhnya. Sekarang, tempat itu terlihat lebih modern, lebih canggih dengan lampu-lampu yang menyala terang berwarna-warni di tiap mesin Simulator Permainan.
"Wow!" ucapnya kagum dengan senyum terkembang.
Sandra mendekati sebuah gerbang pintu masuk. Ia menunjukkan tanda barcode di bagian pergelangan tangannya sebagai identitas bagi warga resmi Great Ruler.
"Welcome, Mrs. Sandra. Selamat bermain. Have fun!" ucap mesin pembaca identitas tiap manusia yang masuk ke dalam.
Sandra terlihat gugup ketika melihat kebanyakan dari pemain games simulator itu adalah anak-anak. Sandra malu dan tak percaya diri untuk mencoba.
"Halo. Aku pendamping pemain pemula. Dikatakan dalam riwayat permainan, Anda belum pernah menang sebelumnya dalam games apa pun. Perkenalkan, aku Roboto. Aku akan menjadi pendamping Anda selama memainkan video games. Apakah Mrs. Sandra menerima bantuanku?" tanya robot berwarna ungu dengan kepala bulat seperti bola sepak, memiliki dua lengan dan lima jari. Bertubuh persegi panjang dengan kedua kaki tanpa jari.
"Yes, sure. Thank you," jawab Sandra merasa sangat tertolong.
"Baik. Silakan ikuti Roboto. Kita bisa memulai permainan dari level terendah. Permainan Simulasi Menginjak Tikus Tanah."
"Wait, what?" tanya Sandra bingung karena bukan permainan seperti ini yang diinginkannya.
"Jika Anda bisa memenangkan permainan ini, Anda bisa melanjutkan ke permainan lainnya secara bertahap hingga level tertinggi, 100."
"What? Level 100?!" pekik Sandra melotot.
"Semua permainan di sini memiliki sistem level. Lantai sepuluh berisi permainan simulator perang seperti para User. Di sanalah level 100 berada."
"Oh, shitt," umpat Sandra mendongak ke atas di mana lantai itu terlihat begitu tinggi termasuk perjuangannya untuk sampai ke sana. "Bahkan Video Games saja memiliki level. Ini bukan permainan, tapi tekanan. Games dibuat untuk membuat hati senang, tapi ini ...."
"Silakan bermain, Mrs. Sandra. Apa Anda sudah siap?" tanya Roboto dengan senyum terukir pada wajah digitalnya.
"Okey," jawab Sandra sembari meletakkan tas pada sebuah rak di sampingnya.
Roboto menjelaskan teknis permainan pada Sandra. Ternyata, ia harus menginjak tikus tanah yang akan muncul di lantai.
Sandra mengenakan kacamata khusus ketika memasuki sebuah tabung tanpa penutup di sisinya. Hanya sebuah lingkaran besar di atas dan di bawah. Ia juga memakai sebuah gelang yang membelenggu pergelangan kedua kakinya. Sandra terlihat siap untuk memulai permainannya.
"Oke! I'm ready," ucapnya dengan wajah menghadap lantai.
"Permainan dimulai dalam tiga ... dua ... satu. Go!
Mata Sandra terbelalak lebar saat banyak lubang muncul di lantai. Sandra melihat seekor tikus tanah muncul di lubang paling jauh.
Sandra sampai melompat untuk menginjaknya, tapi ternyata tikus-tikus tersebut sangat gesit. Sandra melompat ke sana kemari terlihat begitu lelah, hingga ....
BRUKK!!!
"Agh!" rintihnya.
"Oh! Kau tak apa?" tanya seorang lelaki yang mendatangi Sandra untuk menolongnya.
Sandra bangun dan simulator permainan tersebut padam.
"Anda gagal. Silakan mencoba lain waktu. Jangan menyerah!" ucap mesin simulasi.
Sandra terlihat kecewa pada dirinya, tapi ia sungguh lelah. Ia bahkan tak menyadari jika dirinya ditolong oleh seseorang dan malah pergi begitu saja meninggalkan Sentra Video Games seraya menenteng tasnya menuju stasiun.
"Your welcome," ucap lelaki itu yang tak mendapatkan ucapan terima kasih karena telah membantunya.
***
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-21
0
Wati_esha
Kasihaaan ... siapa dia?
2023-11-21
0
Wati_esha
Pppfffttt. Ayo bangkit dan jangan menyerah Sandra. 🥰
2023-11-21
0