Rey berlari dengan senjata laser dikedua tangannya. Ia menembak dengan berani ke semua robot penyerang di Distrik 3 agar tak menembus dan memasuki Distrik 4.
Para penyerang dari Russ-King yang bekerjasama dengan kota lainnya, menyerang Great Ruler menggunakan berbagai jenis robot dengan manusia di dalamnya.
Mereka masih belum bisa menemukan teknologi SIMULATOR seperti yang diterapkan di Great Ruler. Hal inilah yang membuat mereka datang untuk mengambil semua ide kejeniusan milik Presiden Roman.
Semua pasukan robot dari segala level dikerahkan oleh Presiden Roman. Di sisi lain, saudara kembar Roman—Presiden Morlan—tak tinggal diam saat melihat negaranya diporak-porandakan.
Morlan mengambil inisiatif mengeluarkan senjata rahasianya yang tak diketahui oleh semua orang di Great Ruler. Hanya orang-orang yang bekerja dengannya yang mengetahui hal itu.
Morlan pergi meninggalkan pusat komando ke Gerbang Kermogal. Sebuah gerbang besar tersembunyi buatannya di mana Morlan menyimpan senjata rahasianya.
Gerbang itu berada di Distrik 5 bagian terluar. Kawasan itu dijaga ketat oleh para pasukan robot level D dengan senjata besarnya.
"Open the gate!" teriaknya lantang memberi perintah kepada penjaga gerbang.
TETT ... TET ... TETT ....
"RRRR ... ROUGH ... ARRRR ...."
Terdengar suara binatang buas mengerang kencang dalam gerbang dan membuat semua orang yang mendengar bergidik ngeri. Para penjaga di dalam robot besar itu menelan ludah.
Terlihat seekor serigala mutan yang bisa berdiri layaknya manusia. Taring yang tajam dengan liur yang menetes dari mulutnya, membuat sosoknya terlihat begitu menyeramkan. Serigala itu memiliki dua mata merah menyala dengan tatapan tajam layaknya predator pembunuh.
Kukunya yang runcing bagaikan pisau, mampu merobek dan memotong baju tempur sebuah robot. Morlan tersenyum miring melihat ciptaannya.
Hewan itu dipenjara dalam sebuah jeruji besi besar yang dialiri listrik. Bulunya hitam dan kasar seperti sabut kelapa. Gerak-gerik hewan itu seperti perpaduan antara manusia dan hewan.
Morlan masuk ke sebuah ruangan berperisai yang membuat mahluk itu tak bisa menyerangnya. Serigala mutan itu menatap Morlan tajam.
"Apa kau sudah memasang pelacak di lehernya?" tanya Morlan pada petugas kendali di penjara itu.
"Sudah, Presiden."
"Hmm, bagaimana dengan kejutannya?" tanya Morlan lagi yang balas menatap tajam serigala mutan itu.
"Sudah, Presiden. Semua sesuai perintah."
"Bagus. Lepaskan dia," titah Morlan dengan senyum liciknya.
Semua orang yang berada di ruangan itu tertegun.
"Namun, Presiden. Sampai sekarang, kita tak bisa mengendalikan naluri membunuhnya. Bagaimana jika salah target? Bagaimana jika mahluk itu malah menyerang orang-orang kita?" tanya salah seorang petugas cemas.
Morlan marah karena perintahnya ditentang. Ia membalik tubuhnya dengan tangan kanan mencekik leher petugas itu. Semua orang terkejut dan beberapa langsung berdiri dari kursi kerjanya.
"Oleh karena itu, kita memasang alat pengendali di otaknya, agar kita bisa memerintahnya. Apa kau paham?" ucap Morlan menatap petugas yang sudah kehabisan napas itu tajam.
"Yes, Sir. I-I understand ...," jawabnya lirih.
"Good. Release," titah Morlan seraya melepaskan cengkraman di leher petugas itu.
Petugas itu kembali bernapas lega. Ia memegangi lehernya yang sakit. Semua orang menatap petugas itu saksama. Mereka sama khawatirnya jika mahluk itu tak bisa dikendalikan dan malah membunuh banyak jiwa. Dengan terpaksa, TIT!
NGEKK ....
TET ... TET ... TET ....
Jeruji besi itu pun terbuka. Mahluk mutan tersebut masih mengerang dan mondar-mandir dengan keempat kakinya di atas tanah, memandangi jeruji yang mulai terbuka lebar.
Mahluk itu perlahan berjalan ke depan seraya mengendus udara di sekelilingnya. Sebuah aroma baru tercium olehnya. Gerbang Kermogal, kini terbuka lebar untuknya.
"GGRRRR ... AAUUUUU!"
Lolongan nyaring melengking terdengar hingga ke seluruh penjuru Distrik. Semua orang tertegun dan diam seketika.
"Oh! Kaudengar itu, Sandra?" tanya Eliz terkejut dan langsung memegang tangan Sandra erat.
"Yes, yes ... i hear it!" jawabnya menengok ke segala arah mencari asal suara itu.
Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dan rintihan dari Distrik 5. Semua orang yang berada di tempat evakuasi saling memandang. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana.
Presiden Morlan terlihat fokus menatap mahluk itu yang berlari dan menyerang para robot penyerang dari Russ-King berseragam putih. CCTV di kawasan Distrik 5 diaktifkan, fokus mengikuti pergerakan mahluk itu.
Kuku tajam serigala mutan tersebut menembus baju robot seperti kertas. Semua petugas di Gerbang Kermogal terlihat kagum. Darah bercecer di beberapa tempat dengan mayat pasukan penyerang bergelimpangan di segala penjuru. Tiba-tiba ....
SWOOSH! BLARRR!
"AAAARRRRR!"
Serigala mutan itu merintih kesakitan karena sebuah misil kecil ditembakkan ke arahnya oleh pasukan penyerang dari Russ-King.
Mahluk itu marah. Herannya, ia tak berdarah. Kulitnya keras bagai baja. Morlan tersenyum puas. Mahluk itu dengan agresif berlari ke arah penembak misil yang bersembunyi dalam tank-nya.
BRANGG!
"HAARRGGGG!!"
Makhluk itu melompat ke atas tank dan meraung kencang. Ia menusukkan kelima kuku runcingnya ke baja tank. Perisai tank itu tertembus. Tank tersebut menggerakkan moncongnya agar mahluk itu teralihkan.
Pasukan penyerang dari kota yang bersekutu dengan Russ-King datang. Mereka menembaki mutan itu dengan membabi buta. Mahluk itu semakin marah. Ia menggigit moncong tank itu dan menariknya kuat.
TANGG!
Moncong itu terlepas. Semua orang tertegun. Serigala itu melemparkan moncong tank ke sembarang tempat dari mulutnya. Kini, ia mengendap dengan posisi siap menerkam dengan keempat kakinya. Para penyerang ketakutan.
"FIRE!" teriak salah seorang penyerang dan mulai menembakkan semua amunisinya ke arah serigala mutan itu.
Mutan serigala tersebut meraung kesakitan. Meski ia tak mati, tapi serigala berbulu hitam itu mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya. Rey dan pasukannya yang berhasil mengalahkan para robot penyerang di Distrik 4 ikut mendengar raungan mahluk tersebut.
"Pusat, apa yang terjadi? Suara apa itu?" tanya Rey melalui alat komunikasi yang terhubung di telinganya.
"Visual melihat seekor serigala, Capt. Akan tetapi, ukuran tubuhnya tiga kali lipat dari serigala pada umumnya. Makhluk itu tidak wajar. Ia bisa berdiri!" pekik petugas dari pusat komando.
Rey dan para pasukannya saling memandang. Mereka terlihat cemas.
"Makhluk itu, dia lawan atau kawan?" tanya Rey dengan napas mulai tersengal dalam ruang Simulator.
"No idea, Capt. Dia tiba-tiba datang. Namun, jika melihat aksinya, dia dipihak kita. Mahluk itu mengalahkan semua pasukan robot dari Russ-king dan sekutunya yang masuk ke Distrik 5," jawab salah seorang petugas dari pusat komando.
"District 5 ... what? Mahluk itu bisa menyerang tempat evakuasi para warga. Berikan aku koordinatnya. Aku akan menghentikan makhluk itu!" pekik Rey panik karena ia teringat akan isterinya—Sandra—yang berada di tempat evakuasi berdekatan dengan Distrik tersebut.
"Ai ai, Captain!" jawab petugas navigator di ruang Simulator.
"Mola, berikan diskripsi dan visual mengenai makhluk itu!" perintah Rey pada komputer Simulator bernama Mola.
"Yes, Captain Rey."
Lalu, munculah visual serigala mutan tersebut dalam tampilan kacamata fiber Rey dan para pasukannya.
Para User tersebut berdiri mematung. Mereka tertegun melihat penampakan makhluk itu. Rey menelan ludah, ia terlihat takut dengan jantung berdebar kencang.
"What the hell that thing?" tanya salah seorang pasukan dalam team Rey yang tertegun usai melihat sosok makhluk menyeramkan tersebut.
Rey menguatkan hatinya. "Mola, bagaimana cara mengalahkan makhluk itu?" tanya Rey.
"Ada satu cara, Captain. Menggunakan pedang lasermu dan penggal kepalanya. Kulitnya anti peluru. Hanya senjata yang memiliki daya ledak tinggi yang bisa membunuhnya," jelas Mola memberikan solusi.
"Oke. Team R. Segera siapkan pedang laser kalian. Bunuh makhluk itu dan penggal kepalanya! Apa kalian mengerti?" ucap Rey lantang ke seluruh pasukannya.
"Yes, Capt!" jawab mereka serempak.
Segera, Rey berlari menuju ke Distrik 5 sesuai arahan navigator. Rey menyiapkan strateginya bagaimana melumpuhkan makhluk itu nantinya. Para pasukannya mengangguk paham. Akhirnya, para User itu berpencar.
Tanah di Great Ruler sudah kering sepenuhnya karena langit dalam benteng sudah ditutup dengan perisai baja anti peluru.
Perlahan, perisai langit dibuka. Langit menjadi berwarna merah jingga dengan bulan besar terlihat di atas langit.
Fenomena alam yang aneh ini sering muncul semenjak perang nuklir dalam perang dunia keempat beberapa tahun lalu.
Terlihat, makhluk itu mendongak ke atas menatap langit merah jingga dengan saksama.
"AU ... AUU ... AUUUUUU ... UU ...UUU!"
Makhluk itu kembali melolong. Rey dan pasukannya mengendap di balik dinding bangunan di sekitar Distrik 5. Mereka akhirnya melihat sosok asli dari makhluk mutan tersebut.
Terlihat, makhluk itu sedang merobek baju besi para robot dan memakan manusia yang terbungkus dalam baju pakaian berperisai logam tersebut. Makhluk itu menumpuk potongan-potongan mayat seperti gunung dan berjongkok di atasnya.
Para pasukan Rey begitu jijik dan miris melihatnya. Hewan itu memakan para korbannya dengan rakus hingga tubuhnya berlumur darah.
Makhluk itu terlihat asyik mengunyah sebuah tengkorak manusia, hingga suara gertakan tulang tempurung otak manusia tersebut terdengar begitu memilukan. Darah korbannya menetes bersama air liur dari mulut mahluk itu.
Nyali pasukan Rey ciut seketika. Presiden Roman yang mendengar kabar ini bergegas menuju ke ruang Simulator di mana Rey dan pasukannya berada. Roman terlihat panik dan cemas setelah mengetahui tentang serigala mutan.
"Dari mana makhluk itu berasal?" tanya Presiden Roman kepada para petugas di pusat komando.
"Jika dilihat dari jejaknya, makhluk itu berasal dari benteng terluar di Distrik 5. Ada sebuah benteng dan pintu di sana, Presiden," jelas seorang petugas berambut merah sembari menunjukkan visual benteng Kermogal.
Presiden Roman menatap tempat itu sasama. Seketika, ia tertegun.
"Bagaimana bisa benteng itu dibuka? Siapa yang ada di sana? Di mana Morlan?" tanya Roman panik.
"Kami tidak tahu, Presiden."
Mata Roman terbelalak. Ia langsung meminta petugas komunikasi menyambungkan ke semua koneksi yang bisa terhubung ke dalam gerbang itu. Petugas itu pun berhasil menghubungkan komunikasi antara Pusat Komando ke Gerbang Kermogal yang berada di Distrik 5.
"Morlan, apa ini perbuatanmu?" tanya Roman tanpa basa basi.
"Bagaimana, bagus 'kan? Dia membunuh semua penyerang. Ia bisa menjadi senjata andalan kita, Saudara," jawab Morlan bangga.
"Hentikan makhluk itu sekarang! Serigala itu menuju ke tempat evakuasi warga!" pekik Roman cemas.
"Tenang saja, aku akan mengembalikan perliharaanku ke kandang begitu semua penyerang sudah tewas," jawab Morlan sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Semua penyerang sudah tewas. Mereka sudah meninggalkan Great Ruler. Segera masukkan dia kembali ke kandang sebelum ada korban jiwa," tegas Roman yang tak bisa menenangkan hatinya yang panik karena khawatir jika makhluk itu akan menyerang warganya.
"Hah, cerewet sekali. Baiklah," jawab Morlan malas. "Hei! Segera kembalikan dia ke kandang!" titah Morlan kepada petugas pengendali.
"Yes, Sir."
KLIK!
Suasana dalam gerbang hening seketika. Morlan menatap petugas itu saksama. Namun, petugas itu terlihat bingung. Ia kembali memencet tombol yang sama untuk kedua kalinya.
KLIK!
Namun, tak ada reaksi dari makhluk itu. Mutan serigala masih berjalan dengan dua kaki sembari membawa sebuah kaki penyerang dan memakannya dengan santai.
Rey masih mengikuti makhluk itu diam-diam. Ia mencari waktu yang tepat untuk menyerangnya.
Tiba-tiba, KREKK!
Semua orang tertegun. Salah satu pasukan Rey tak sengaja menginjak serpihan senjata yang ada di atas tanah. Semua orang menatapnya tajam dengan jantung berdebar.
Makhluk itu meletakkan kedua kaki depannya di atas tanah perlahan. Ia membuang kaki mayat begitu saja dengan melemparkannya. Makhluk itu menoleh ke asal suara. Kini, ia melihat Rey dan pasukannya. Para pasukan Rey panik seketika.
"FIRE!"
SHUW! SHUW!
Pistol laser diarahkan ke makhluk mutan tersebut. Para pasukan robot menembakkan seluruh amunisinya menghabiskan baterai yang tersisa.
"ARRGGG! GARRR!"
Makhluk itu meraung kesakitan karena tembakan laser pasukan Rey. Dengan sigap, Rey langsung mengaktifkan pedang lasernya. Dua tentara yang ikut bersamanya, mengaktifkan senjata serupa. Namun, sistem memberikan peringatan.
"ATTENTION. LOW BATTERY."
Rey terkejut. Ia menggunakan pedang laser sedari tadi saat di Distrik 3 untuk membunuh para robot penyerang, tapi Rey tak gentar.
Sang Kapten tetap gigih demi melindungi pasukan dan isterinya. Ia tak ingin makhluk itu mendatangi tempat evakuasi di mana isteri dan seluruh warga Great Ruler berlindung di sana.
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-19
0
Wati_esha
Waduhhhh. Mana chipnya sedang tidak berfungsi lagi. 🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2023-11-19
0
Wati_esha
Ulah saudara kembarmu, Morlan. Tak tahukah Roman?
2023-11-19
0