SIMULATION
The Great Ruler adalah sebuah negara besar di benua Asia yang menjadi negara terkuat di benua tersebut. Di seluruh dunia, hanya tersisa 6 negara terkuat dan menyisakan kota-kota kecil yang bertahan dari dampak perang dunia keempat yang memporak-porandakan dunia. Enam negara itu adalah Great Ruler, Russ-King, Mega-US, New-US, Bintang dan Baatar.
Efek peperangan berimbas ke seluruh dunia tanpa terkecuali. Seluruh negara di dunia saling berperang. Yang dulunya sekutu, kini menjadi musuh.
Tak ada rasa saling percaya antar negara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dari sebuah bencana pasti ada hikmah di balik semua malapetaka.
Para penguasa mulai melakukan gencatan senjata setelah semua sumber daya di negeri mereka mulai menipis.
Banyak nyawa yang hilang akibat perang. Tanah tandus, sungai mengering, limbah dari pembuatan senjata membuat banyak daerah tak bisa dihuni. Pekatnya asap dan bau menyengat menimbulkan banyak penyakit dan kematian.
Barang-barang tambang digerus hingga tak tersisa hanya untuk mengembangkan senjata agar menjadi yang terkuat.
Namun, perlahan dengan merintihnya bumi, para pemerkosa kekayaan alam itu mulai menyadari kesalahan dan kerakusannya. Mereka mulai iba pada bumi yang hampir tak bisa dihuni lagi.
Migrasi besar-besaran terjadi di seluruh dunia. Para penduduk dunia berpindah dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain.
Hewan-hewan yang selamat mulai bermigrasi meninggalkan habitatnya karena hutan yang terus dibabat membuat mereka kehilangan makanan dan tempat tinggalnya.
Hewan-hewan diburu untuk penyambung hidup para pengungsi. Dunia sudah mirip dengan zaman purbakala di mana hanya naluri membunuh untuk bertahan hidup. Yang kuat menindas yang lemah, dan yang lemah menjadi budak bagi yang berkuasa.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa kemanusiaan pun kembali muncul karena perselisihan yang tak berkesudahan.
Di mana dulu jika mereka bertemu penduduk dari lain negara selalu timbul perkelahian, kini mereka mulai kembali untuk saling merangkul dan bahu membahu memperbaiki nasib untuk anak cucu mereka hingga terdengar sebuah negara bernama The Great Ruler.
Sebuah negara yang konon katanya masih memiliki pepohonan, sungai yang mengalir dengan air yang jernih, lahan pertanian dan tambang yang kaya, membuat orang-orang berbondong-bondong ke sana untuk membuktikannya.
Sebuah negara yang memiliki benteng melintang dan menjulang tinggi dari Utara ke Selatan, Timur ke Barat dan tak terlihat di mana ujung dari dinding kokoh itu, membuat orang-orang yang melihatnya begitu takjub.
Mereka yakin bahwa negara di dalamnya pasti menjanjikan hidup yang lebih baik untuk mereka yang ingin mengadu nasib.
Namun, tak semua orang bisa masuk dan tinggal di Great Ruler. Hanya orang-orang berbakat yang bisa tinggal di dalam sana.
Tentu saja, sistem seleksi yang ketat ini membuat semua orang makin termotivasi untuk bisa tinggal di negara super power tersebut.
Sebuah layar lebar terpampang di samping pintu baja Great Ruler yang menayangkan cuplikan kehidupan harmonis, nyaman, makmur, dan damai.
Orang-orang yang menginginkan kehidupan sejahtera layaknya dalam benteng, membuat mereka begitu antusias ingin menjadi salah satu warganya.
Sayangnya, orang-orang yang tak lulus seleksi begitu putus harapan. Pemimpin Great Ruler—Presiden Bidang Tekno bernama Roman yang dikenal bijak, jenius dan baik hatinya—mengizinkan orang-orang yang tak bisa tinggal di Great Ruler untuk membuat kota kecil di luar benteng.
Orang-orang itu pun menganggap Presiden Roman orang yang sangat adil. Mereka membuat bangunan yang bisa dibongkar sewaktu-waktu.
Pembuatan bangunan semi permanen dengan ciri khas masing-masing kota para pengungsi itu, ternyata menarik perhatian Presiden Roman. Maka, dibuatlah pembagian wilayah bagi orang-orang itu.
Mereka begitu senang karena tetap dipedulikan. Tiap satu minggu sekali, para ahli dan cendikiawan dari bidang masing-masing keluar benteng membagikan ilmu kepada para pengungsi bagaimana mengolah tanah, air dan menanam pohon.
Kehidupan harmonis dan ladang hijau pun mulai tampak di depan benteng Great Ruler. Ternyata, hal ini menimbulkan kebencian dalam diri saudara kembar Presiden Tekno, Presiden bidang Sains—Morlan.
Morlan menganggap, bahwa yang dilakukan Roman hanya membuang-buang waktu dan menghabiskan banyak biaya.
Dia merasa, orang-orang yang tak bisa hidup di Great Ruler hanya sampah dan gelandangan. Menyusahkan dan membawa hal buruk bagi negaranya.
Hal inilah yang membuat awal perselisihan dari dua saudara kembar ini. Meski demikian, Morlan begitu dihormati karena kejeniusannya dalam mengobati berbagai penyakit di Great Ruler.
Semua wabah yang pernah menyerang negaranya dari para penyerang kala itu, membuat dirinya menjadi legenda.
Morlan memiliki laboratorium super besar di Great Ruler dengan berbagai peralatan canggih di dalamnya. Terlihat perbedaan bidang keahlian di sini.
Orang-orang yang bekerja di bidang sains-biologi selalu memakai jas laboratorium berwarna putih dan hampir semuanya berkacamata, hanya Morlan yang tidak.
Sedang di bidang Tekno dari kubu Presiden Roman, dengan keahlian utama dalam membuat senjata sebagai pertahanan utama di Great Ruler, berpakaian serba hitam.
Kini, Great Ruler sudah terlihat seperti kota masa depan. Mereka mengurangi keterlibatan manusia dalam tubuh sebuah robot lagi karena risiko kematian yang tinggi.
Meski demikian, masih ada beberapa robot penjaga dengan manusia di dalamnya karena desakan dari Wakil Presiden Lala yang merasa jika sisi kemanusiaan dari seorang manusia tetap dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Robot yang berisi manusia bertugas sebagai penjaga di beberapa lokasi tambang dan perbatasan benteng yang disebut 'DISTRIK'.
Kini, mereka menggunakan sistem yang tersambung dalam pikiran dan motorik yang disebut "SIMULATION" dalam mengendalikan robot-robotnya.
Di mana seorang pengendali yang disebut "USER" akan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus dengan memakai sebuah kacamata fiber sebagai visual robot yang akan mereka kendalikan.
Para User mengenakan seragam khusus berwarna hitam abu-abu elastis yang dilengkapi sensor di seluruh tubuh dan terpasang pin-pin logam yang ditempelkan mulai dari kepala hingga ke kaki.
Para User bisa bergerak bebas di dalam ruang simulasi tersebut. Namun, untuk menjadi seorang User, mereka harus melewati banyak tes hingga 5 level.
Tes itu meliputi kesehatan, tes kejiwaan, tes IQ, tes fisik dan tes strategi. Bahkan, robot yang dikendalikan pun memiliki lima jenis.
Lima jenis robot tersebut meliputi robot level E. Robot ini terjun ke lapangan dengan manusia di dalamnya. Mereka bersenjata senapan dan pedang laser. Robot jenis ini juga disebut sebagai polisi karena melindungi perbatasan antar Distrik. Robot E termasuk kategori level terendah karena para manusianya tak berada di ruang simulasi.
Robot level D memiliki 2 jenis. Seri 05 bersenjata dan memiliki tubuh yang besar dengan dua tangan berupa senapan gatling dan dua kaki. Sedang level D seri 01 tak bersenjata karena digunakan sebagai robot konstruksi. Keduanya digerakkan oleh manusia dalam tubuh robot.
Sedang Robot level C digerakkan dalam ruang simulasi oleh manusia. Energi robot berasal dari panas matahari. Robot ini bertugas layaknya mata-mata.
Yang terakhir adalah robot level B yang digerakkan oleh manusia dalam ruang simulasi. Robot ini adalah jenis petarung. Memiliki banyak persenjataan mutakhir di beberapa bagiannya. Robot ini digunakan oleh para Perwira. Robot ini menjadi unggulan di Great Ruler layaknya kesatria.
Malam itu, 5 tahun silam. Hujan deras melanda The Great Ruler.
Sandra sedang menyiapkan makan malam romantis dengan suaminya sebagai perayaan pernikahan mereka yang ketiga di apartemen khusus para anggota militer. Terlihat, rona kebahagiaan di wajah wanita berambut pirang itu.
Tiba-tiba, seseorang masuk dari pintu depan rumah susunnya dengan tergesa. Sandra mendatangi orang tersebut.
Ternyata, lelaki itu adalah suaminya—Rey. Sandra langsung berlari ke arahnya dengan senyum terkembang karena pria yang dicintainya pulang lebih awal.
"Kau sudah pulang?" tanya Sandra gembira.
Rey menatap Sandra saksama. Ia basah kuyup dengan wajah panik.
"Sayang, maaf. Aku harus segera pergi. Panggilan darurat datang. Great Ruler diserang. Mereka sudah memasuki Distrik 1. Jika aku tak menghentikannya, mereka bisa memasuki pemukiman kita. Kaubisa dalam bahaya," ucap Rey cemas memegang kedua lengan Sandra kuat.
Sandra terlihat kesal. Bukan seperti ini harapan untuk perayaan 3 tahun pernikahannya. Dia juga bermaksud memberikan kejutan pada suaminya.
"Kenapa harus kau? Bukankah masih ada Jenderal? Kau hanya Kapten pasukan," tanya Sandra tak habis pikir kenapa suaminya yang ditugaskan.
"Jenderal ... mm ... kesehatan Jenderal membuatnya tak bisa pergi berperang. Aku harus pergi menggantikannya," jawab Rey sembari melepas pakaiannya dan mengganti dengan seragam tempur.
"Namun, Rey ... malam ini kau sudah berjanji padaku. Kita akan makan malam bersama. Kau sudah berjanji ... hiks ...," ucap Sandra yang mulai berlinang air mata.
Rey diam mematung menatap wajah sedih isterinya. Rey mendekat dan memeluknya. Ia merasa sangat bersalah.
"Aku janji tak akan lama. Aku akan berusaha sekuat dan secepat mungkin menyelesaikan masalah ini. Aku akan pulang untuk makan malam bersamamu. Aku janji," ucap Rey yang kini memegang kedua pipi isterinya yang sudah basah karena air mata.
"Rey ... berjanjilah kau akan pulang dengan selamat," pinta Sandra sembari meraih tangan sang suami lalu ia letakkan di perutnya.
Rey tertegun. Ia menatap Sandra lekat.
"Kau akan menjadi seorang Ayah," ucapnya lirih dengan dahi berkerut menahan kesedihan.
"Oh my God! Really? Oh, God! Wah ... wah!" seru Rey tak percaya bahwa impiannya untuk menjadi seorang Ayah akan terwujud.
Rey langsung memeluk Sandra erat. Terlihat ia begitu bahagia.
"Aku pasti pulang! Ayah pasti akan pulang, Nak! Tunggu Ayah ya ...," ucap Rey dengan senyum merekah memegang perut Sandra dan mengelusnya dengan lembut.
Sandara merapatkan mulutnya. Ia menangis sedih. Tiba-tiba, alarm peringatan muncul.
NGENGGG ...
TET! TET! TET!
"Distric 3 has been penetrated, evacuation orders are immediately carried out!"
Suara dari peringatan menggema di seluruh Distrik. Terlihat kepanikan di bawah apartemen Sandra di mana semua orang berhambur keluar.
Rey panik. Ia memegang lengan Sandra kuat. Tak lama, sahabat karib Sandra datang dan langsung masuk ke rumahnya.
"Sandra, ayo cepat! Kita harus evakuasi sekarang!" teriaknya lantang.
Sandra panik. Ia menatap Rey saksama. Rey langsung mencium bibir sang isteri dengan penuh cinta, meski kekhawatiran melanda hatinya.
"Pergilah. Aku akan baik-baik saja. Aku sudah berjanji padamu akan pulang," ucap Rey menenangkan hati isterinya. Sandra mengangguk cepat. "Eliz, tolong kau jaga isteriku ya. Dia sedang hamil. Aku akan jadi Ayah," ucap Rey gembira sembari menyarungkan pistol lasernya.
"Oh, really? Wow, congratulations for you, Guys," ucap Eliz ikut bahagia.
Rey menatap Sandra dalam. Ia sudah bersiap. Rey segera berpaling dengan hati yang berat. Ia langsung berlari bersama pasukan lain yang tinggal di apartemen itu.
Sandra dan Eliz bergegas menuju ke tempat pengungsian. Semua orang berlari panik dalam derasnya hujan malam itu.
Terdengar suara dentuman bom dan rentetan senjata menghiasi malam. Langit bercahaya bukan karena sinar bulan atau pun bintang, melainkan dari percikan api yang terlontar dari misil-misil yang ditembakkan dari dalam benteng Great Ruler.
Sebuah barikade langsung menutupi langit Great Ruler dengan baja agar serangan dari langit tak meluluh lantahkan pemukiman dan bangunan yang ada di dalam benteng.
Langit Great Ruler sudah tertutup sepenuhnya. Cahaya redup menerangi para pengungsi yang berjumlah hingga ribuan orang itu.
Para penjaga robot level E dikerahkan untuk melindungi warga yang sedang melakukan evakuasi. Mereka diungsikan menuju ke kawasan tambang batu mulia. Sebuah tambang yang menuju ke inti bumi.
Para robot level E menjaga di sekitar tambang mengantisipasi serangan yang datang. Semua orang panik dan ketakutan.
Di ruang SIMULASI.
"Rey, kau sudah siap?" tanya petugas yang mulai mengaktifkan visual dan menghubungkan jaringan online syaraf Rey ke robot level B nya yang sudah siap di posnya.
"Yes, I'm ready."
"And 3 ... 2 ... 1 ...."
PIP.
"Hallo. Welcome, Captain Rey. Please check all your weapons are fully loaded or not?" ucap Simulator.
Rey mulai menggerakkan kedua tangannya mengecek di samping paha kanan kiri seolah-olah ia sedang berada dalam robot tempur itu.
Setelah dirasa semua sistem senjata dan navigasinya aman, ia pun mulai bergerak.
"Let's move!" ucap Rey mantap.
Petugas Simulator memberikan navigasi ke mana Rey dan para pasukannya harus bertugas. Misi mereka melindungi warga dari semua penyerang yang memasuki Distrik 3.
Rey dan para pasukannya yang sudah terhubung dengan Simulator, dan maju bertempur menggunakan robot level B, dengan gagah berani melawan para pasukan penyerang.
Terlihat dalam ruang Simulator, Rey dan para pasukan yang masuk dalam team-nya bergerak dengan terampil menggunakan semua senjata yang ada dalam robot.
Senjata-senjata itu meliputi pedang laser penembus baja, pistol laser, bom-bom seperti granat dengan hulu ledak tinggi, dan bom peleleh logam, sudah tersedia dalam baju robot itu.
Malam itu, pertempuran sengit tak terhindarkan.
Pusat kendali Simulator di bawah tanah dijaga ketat oleh robot level D seri 05 yang telah dimodifikasi dengan misil-misil dan peluru tembus baja jika para penyerang mencoba membobol pertahanan mereka.
Ukuran besar dari robot level D, mampu menghancurkan tank dengan injakan kaki robotnya.
Semua ilustrasi di dapat dari internet sebagai visual pendukung dalam novel.
SOURCE : GOOGLE & PINTEREST
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
I n i maksud dari novel?
Penggunaan sistem yang tersambung dalam pikiran dan motorik. Manusia robotkah wujudnya?
2023-11-16
1
Wati_esha
Sudah terjawab disini. 🥰
2023-11-16
1
Wati_esha
Morlan dan Roman ... bersaudarakah?
2023-11-16
1