TIKUS DALAM RUMAH

Rean kini tiba di kediaman William, Rean segera turun dati mobil dan berjalan memasuki rumah.

Rean berjalan memasuki ruang tamu dan terkejut melihat orang yang tengah duduk dengan ibunya.

Rean mengepalkan tangannya berusaha untuk menahan amarahnya karna melihat Nira yang sedang duduk di samping ibunya.

' Bukankah wanita ini baru saja ke sini pagi tadi, apa lagi yang membawanya kembali ke sini,' ucap Rean kesal dalam hati.

Entah mengapa melihat Nira di hadapannya membuat Rean kesal, mungkin karna dia sekarang tau, jika kecelakaan yang menimpa pemilik tubuh yang sekarang di tempati ternyata ada sangkut pautnya dengan orang yang di panggil bibi oleh Pemilik tubuh itu yaitu Rean William yang asli.

"Eh Rean, kamu sudah pulang?" tanya Neina menghampiri Rean.

Rean hanya tersenyum dan kemudian menatap tajam ke arah Nira yang juga menatapnya dengan tersenyum manis bak permen kapas yang lembut tapi bikin sakit gigi belakangan.

"Aku pamit dulu ke kamar, Bu. Aku capek," ucap Rean dan mendapat anggukan dari Neina.

Rean berjalan menaiki tangga dan merilik sekilas Nira yang masih tersenyum menatapnya.

'Cih, kalau sampai kau mencoba untuk membunuh tubuh in, maka akanku pastikan, kau akan lenyap hari itu juga,' ucap Rean dalam hati bersumpah akan membunuh Nira jiika dia ingin membunuhnya atau bisa di bilang membunuh tubuh Rean.

Rean masuk ke dalam kamarnya dan segera menutup pintu dan kemudian membaringkan badannya di atas tempat tidurnya dan memejamkan matanya.

Tiba-tiba Rean membuka matanya dan segera duduk dan melihat sekeliling dan pandangannya jatuh pada laptop.

Dengan cepat Rean berdiri dari duduknya dan membuka laptop dan segera mengetik sesuatu.

Rean melihat semua yang tercantum di layar laptop itu yaitu tentang riwayat dirinya, iya dirinya yaitu Rey Jim.

Rey melihat semua info tentang dirinya, hingga terlintas sebuah ide di kepalanya untuk mengambil semua miliknya di Amerika agar di pindahkan atas namanya sekarang yaitu Rean William.

Selama menjadi Jendral, Rey sudah memperoleh apartemen miliknya sendiri dan juga sesuatu yang dia simpan seperti senjata pribadi atau bisa di bilang koleksi pistolnya yang mungkin ada 10 lebih dan juga kartu kredit platinum sebanyak 4 buah yang dia simpan di dalam apartemennya di brangkas rahasia yang hanya dirirnya yang tau.

"Aku harus ke Amerika untuk memgambil semua barang itu, Dari info di sini, mereka jelas tidak menganggu semua itu, aku harus cepat," ucap Rean kemudian menghembuskan nafasnya.

Tiba-tiba Rean mengingat wajah Nira yang tersenyum manis padanya dan bisa di artikan oleh Rean adalah senyum sebelum petaka.

"Wanita itu jelas tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. Cih, Dasar wanita serakah," ucap Rean kemudian berjalan keluar dari kamarnya dan segera menuruni tangga berniat untuk bertemu dengan ibunya.

Rean menatap sekeliling dan tidak melihat Nira sama sekali.

' Mungkin dia sudah pulang,' fikir Rean dalam hati mendekati Sang ibu.

"Mama," ucap Rean kemudian duduk di samping Neina.

Neina terdiam mencoba mencerna apa yang baru saja Rean ucapkan. mendapat tidak ada jawaban, Rean kembali memanggil Neina.

"Ma, mama baik-baik saja," ucap Rean membuat Neina tersadar dari keterkejutannya dan menatap Rean dengan tatapan tanda tanya.

"Tadi kau panggil mama?" tanya Neina memastikan apa yang di dengarnya barusan.

Rean mengangguk membuat Neina menangis bahagia. Rean terkejut karna tiba-tiba Neina menangis.

' Apa aku salah bicara ya?' fikir Rean dalam hati.

"Mama baik-baik saja?" tanya Rean dengan wajah khawatirnya.

"Mama baik-baik saja, apa kau sudah ingat semuanya?" tanya Neina membuat Rean sedikit terkejut.

'Apa dia menangis karna aku memanggilnya mama, oh astaga Rean, kau memiliki orang tua yang penyanyang, tapi sayang, bibimu itu adalah rubah ekor sembilang yang menakutkan,' ucap Rey dalam hati yang di tujukan pada pemilik tubuh yang asli.

"Aku mulai sedikit mengingat semua ingatanku yang hilang," ucap Rean berbohong tapi mampu menipu Sang ibu.

"Tidak apa-apa, perlahan-lahan saja," ucap Neina yang di angguki oleh Rean.

"Em, Ma. Aku mau bilang sesuatu ..., Aku ingin ke Amerika besok," ucap Rean membuat Neina menatap putra semata wayangnya itu dengan tatapan terkejut.

"Apa! buat apa ke Amerika, Rean. kamu baru aja sembuh sayang, kamu masih perlu istirahat," ucap Neina tidak setuju dengan keinginan Rean untuk ke Amerika besok.

"Aku sudah baik-baik saja, Ma. aku 'kan seorang dokter jadi aku bisa merawat diriku sendiri," ucap Rean berusaha membujuk.

"Tapi ...," ucap Neina yang terpotong karna Rean sudah berbicara.

"Ma, Aku akan baik-baik saja," ucap Rean dengan senyum di wajahnya meski terlihat kaku karna bagi Rey ini adalah senyumannya yang pertama kali di depan seseorang langsung kecuali saat dia tersenyum diam-diam saat melihat tingkah lucu Kania.

"Baiklah, tapi kau harus minta izin pada papamu juga," ucap Neina dan Rean pun mengangguk seperti anak kecil.

"Ma, Aku pergi ke dapur dulu ya, aku mau ambil sesuatu," ucap Rean kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

Dari kejauham terlihat seaeorang sedang mencuri dengar perkataan Rean dan Neina, pria itu segera pergi saat Rean pamit pada Neina untuk ke dapur.

Pria itu menuju halaman belakang dan kemudian melihat ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa kondisi benar-benar sepi.

Pria itu segera mengetik nomor di ponselnya dan segera menghubunginya.

"Halo," ucap Pria itu saat seseorang di seberang telfon mengangkat telfonnya.

"Ada apa?" tanya orang di sebedang telfon yang tidak ingin basa-basi.

"Nyonya Nira, tuan muda Rean akan pergi ke Amerika besok," ucap pria itu pada orang di seberang telfon yang tidak lain adalah Nira William.

"Bagus, kau melakukan pekerjaan yang bagus, aku akan mengirim bayaranmu nanti malam," ucap Nira dengan senyum liciknya seolah orang di seberang telfon melihatnya.

"Terima kasih, nyonya Nira," ucap pria itu dan Nira pun mematikan sambungan sepihak.

Pria itu tersenyum senang dan kemudian kembali ke dalam rumah untuk mengerjakan pekerjaannya agar orang lain tidak curiga.

Dari balik tembok di halaman belakang tidak jauh dari tempat pria itu, seseorang tersenyum devil.

"Ck, tikus kecil, aku akan bersenang-senang denganmu," ucap orang itu yang tidak lain adalah Rean.

Rean sudah tau jika ada seseorang yang sedang mencuri dengar pembicaraannya dengan ibunya, oleh sebab itu dia meminta izin ke dapur untuk mengetahui dengan pada tikus kecil itu bekerja dan ternyata pada seseorang yang tidak lain adalah Nira William.

Rean segera masuk ke dalam rumah dengan senyum di wajahnya dan tidak lupa dengan buah apel yang ada di tangannya yang sengaja dia ambil agar ibunya atau pun tikus kecil itu tidak curiga padanya.

Rean akan bersenang-senang dengan tikus kecil yang berani memata-matainya, tentu saja dengan permainan yang sesuai dan hukuman yang sesuai.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus berusaha

2023-01-05

0

Tri Ani

Tri Ani

aq mampir di Sini juga

2020-08-08

1

Եɾí

Եɾí

Non stop ya thor

2020-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!