Perjalanan Dimulai

Keesokan harinya, waktu dimana para burung mulai terbang mencari makanan, Noil dan Flint berangkat dengan ucapan selamat jalan dari para binatang dan cepatlah kembali sebelum rumah tempat kalian kembali sudah tidak ada lagi, dan dengan tumpukan makanan di punggung Flint yang membuat punggungnya seolah tongkat bengkok.

Kakek Frank mengantar Noil dan Flint hingga ke tepi lembah hantu.

Kakek Frank menatap Flint dan Noil bergantian dengan tatapan cemas.

Kakek Frank menghela nafas berat. Dia berkata, "Kalian bukan pasangan yang meyakinkan."

"Kalau kau mau bertukar tempat aku akan dengan senang hati," kata Flint.

Flint sudah bergaya akan menjatuhkan buntalan di punggungnya.

Kakek Frank mengangkat satu kaki depannya. "Dengan kakiku yang sudah tua ini, lebih baik aku menjaga lembah hantu."

"Ya itu alasan yang bagus, seandainya aku bisa memikirkan alasan seperti itu kemarin," kata Flint dengan nada lemas.

 Seperti kebanyakan kakek-kakek, Kakek Frank menceramahi Noil dan Flint beberapa lama, menempelkan telapak kaki kanannya di dahi Noil dan Flint. Kakek Frank mendoakan Noil dan Flint lalu kemudian dia meninggalkan mereka berdua dalam perjalanan panjang menyelamatkan Hutan Selatan, rumah mereka.

"Sudah kubilang kau tak perlu membawa semua itu," kata Noil menunjuk gundukan makanan yang diikat di punggung Flint membuat jalannya menjadi terasa berat.

"Aku tetap akan membawanya," kata Flint bersikeras.

"Ia oke," kata Noil tak acuh, sambil berjalan, dia berkali-kali menoleh untuk melihat leher Flint.

"Mengapa kau melakukannya?" kata Flint. Dia tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Melakukan apa?" tanya Noil.

"Menggantung penunjuk jalan kita di leherku," kata Flint.

Sebelum mereka berangkat elang gunung menggambar penunjuk arah buat mereka di atas empat lembar daun poplar, yang menunjukkan ke arah mana saja mereka harus pergi setiap harinya. 

"Kenapa memangnya?" tanya Noil.

"Karena itu membuatku merasa tak nyaman!" kata Flint.

"Aku hanya ingin memastikan kalau arah kita benar."

"Kita hanya harus berjalan lurus kearah matahari sepanjang hari ini," kata Flint, "tak perlu melihat leherku seolah-olah ...."

"Seolah-olah apa?" kata Noil, "seolah-olah itu akan enak dijadikan leher kambing rebus?"

Flint menoleh dengan kecepatan cahaya.

"Apa kau memikirkannya?" seru Flint.

Noil tertawa menyebalkan.

Noil berkata, "Apa kau takut, kau pasti merasa takut, kau takut kalau-kalau aku akan memakan mu."

Memang itulah yang ada di pikiran Flint, tapi dia tidak mau mengatakannya.

Flint berkata dengan angkuh. "Aku tidak takut padamu, aku cukup atletis, dan lariku sangat kencang."

Noil menatap Flint yang jauh dari kata atletis dan mendengus geli.

Noil memberitahu Flint. "Kurasa aku bisa mengejar mu dengan satu kaki terikat dan satu mata tertutup."

Flint berkedik ngeri jika dia bisa kabur, dia akan kabur sekarang juga. Di dalam kepala kecil Flint, dia mulai memikirkan cara untuk kabur, mungkin saat Noil tertidur.

Tapi, Noil bisa menebaknya dengan mudah. "Kurasa aku masih bisa mengejar mu sambil tidur."

"Lihat saja nanti," kata Flint kesal.

Noil tertawa.

Noil berkata, "Tenang saja, aku takkan memakan mu, aku sudah biasa makan ikan, kupikir lama-lama aku akan berubah menjadi singa laut karena terlalu sering makan ikan, kita hanya perlu mencari sungai."

"Kita sudah di sungai," kata Flint.

Noil menatap krikil-krikil di bawah kakinya, batu-batu kali dan cekungan panjang yang berkelok-kelok di depan matanya.

Noil berkata, "Sejak kapan sungainya kering?"

"Sejak mereka membuat bendungan yang di sana itu," seru Flint sambil menunjuk ke balik bukit di kejauhan.

"Bendungan apa?" 

"Memangnya kau belum tahu?" kata Flint.

"Tidak tahu," kata Noil.

Flint berhenti, dan mengamati wajah tidak tahu Noil dengan penuh selidik. "Apa kau pernah ke sini sebelumnya?"

Noil menggeleng.

"Apa kau pernah ke bukit batu?"

Noil menggeleng lagi, wajah seramnya berubah menjadi culun, mulut bagian bawahnya turun ke bawah dia menganga tidak tahu apa-apa.

"Kalau danau biru di utara?"

Flint mencoba lagi, dulu danau biru di Utara adalah tempat para binatang berkumpul mencari pasangan. Semua binatang di Hutan Selatan pernah pergi ke danau biru kecuali kau bukan binatang.

"Pernah waktu masih kecil dulu," kata Noil.

Flint bertanya lagi untuk yang terakhir kali. "Seberapa jauh kau pernah meninggalkan wilayahmu?"

Noil menatap langit dan mencoba mengingatnya. Sejak kecil Noil sudah kesulitan untuk mengingat nama tempat, menghafal belokan dan tikungan. Setiap kali Noil keluar terlalu jauh dari wilayahnya dia pasti nyasar dan kesulitan untuk kembali.

"Ini yang terjauh," seru Noil memberitahu.

"Cukup!" kata Flint mengerang, " mulai sekarang aku yang berjalan di depan dan kau di belakang."

"Ia oke," kata Noil.

Flint berjalan di depan, beberapa langkah dia berhenti lalu berbalik lagi ke Noil, Flint mengambil kesempatan yang ada untuk bisa mengatur sesuka hati dan membuat perjalanan lebih menyenangkan buatnya.

"Sebaiknya kita membuat peraturan," seru Flint dengan nada congkak, "peraturan pertama aku yang memimpin perjalanan ini."

"Baiklah Flint, kau yang memimpin," kata Noil.

"Bagus!" Flint berjalan, berhenti lalu berbalik lagi untuk menatap Noil, "aturan kedua adalah tidak ada lagi omongan soal leher kambing rebus."

"Ok baiklah tidak ada leher kambing rebus," kata Noil.

Demi menyenangkan hati Flint, Noil bertingkah seolah dia hilang ingatan.

Noil berkata, "Kambing rebus itu makanan apa? aku tidak pernah mengenalnya."

Flint mencoba mempertegas kedudukannya. Dia berseru, "Jelas sekali kau tidak tau apa-apa, kau tidak akan bisa selamat berjalan sepuluh langkah lebih jauh dari ini tanpaku, jadi demi keselamatan kita berdua kau harus nurut padaku, bisa dibilang nasibmu ada di tandukku"

"Apa kau punya peraturan lagi?" tanya Noil.

Noil mulai kesal karena perjalanan terus berhenti karena mulut Flint tidak bisa berhenti mengoceh.

Flint berkata, "Tidak untuk saat ini, tapi nanti akan kupikirkan lagi."

"Bisakah kita berjalan lagi?"

"Baiklah," kata Flint.

Flint tidak berbalik lagi tapi dia tetap bicara sambil berjalan.

"Kukatakan sekali lagi," kata Flint, "jika aku menyuruhmu menunduk maka kau harus menunduk, jika aku bilang sembunyi dalam semak-semak berarti sembunyi dalam semak-semak, jika aku suruh belok kanan, belok kanan!, kalau aku bilang berhenti bernafas, berhenti bernafas! Aku yang memutuskan semuanya!"

Hari itu Noil menyadari satu hal, bahwa perjalanan tidak hanya akan sangat jauh dan berbahaya tapi juga akan sangat berisik, hampir sepanjang waktu Flint tidak bisa berhenti bicara, dan selalu ada saja yang dia ceritakan, saat tidur siang pun dia mengigau. Ketika harus menerobos padang rumput yang berduri, Flint menunjukkan pada Noil bahwa seekor kambing bahkan bisa memekik dan mengomel sekaligus menjerit kesakitan dalam waktu yang bersamaan, Noil mulai berpikir keputusannya untuk membawa Flint sebagai penunjuk jalan mungkin sebuah kesalahan.

Saat hampir sore, langkah kaki Noil dan Flint membawa mereka di jalur kabut, mereka menatapnya dan mengerti mengapa tidak ada manusia yang akan lewat sana, tidak juga binatang, mungkin hanya para hantu tidak punya kerjaan yang iseng melalui jalur kabut, dan para burung gagak hitam yang suka bicara dengan hantu adalah salah satunya juga.

Ketika si burung gagak hitam crok-iek'uiet (Jika kalian ingin tahu kenapa nama burung gagak hitam selalu aneh dan susah diucapkan kalian bisa tanyakan sendiri kepada para burung gagak di Hutan Selatan, karena belum ada catatan ilmiah yang menjelaskan tentang nama-nama burung gagak hitam). Jadi, saat crok-iek'uiet mengatakan tentang jalur kabut, Noil dan Flint mengira itu hanya kabut tipis di atas gunung saat pagi hari, sayangnya mereka keliru. Noil melihat kabut tebal di depannya dan tidak ada apa-apa lagi selain kabut yang membentang di dataran yang kosong, seperti tirai putih berlapis-lapis yang menghalangi pandangan. Melihat kabur di depannya, Flint segera saja melakukan kebiasaannya: Mengeluh!

 "Astaga, aku tidak bisa melihat apa-apa!" keluh Flint.

"Tenang saja aku masih bisa melihat beberapa kaki ke depan," kata Noil.

Flint masih belum puas, dia tetap mengomel. Dia berseru, "Ya tenang saja! satu-satunya binatang disini yang bisa melihat adalah yang tidak bisa membedakan mana kanan dan mana kiri, itu bagus sekali!" 

Noil menunjuk ke dalam kabut dan dia berkata, "Aku seperti melihat sekelebat bayangan hitam di sana." 

Flint yang tidak suka dengan cerita horor segera melirik Noil dengan tajam.

 Noil menyeringai.

Noil berseru, "Mungkin hanya batang pohon, jadi apa yang akan kita lakukan?" 

"Apa yang akan kita lakukan," kata Flint pura-pura tidak tahu.

Tapi, sebenarnya Flint tahu yang akan dia lakukan. Flint menjatuhkan bantalan di punggungnya di tanah dan duduk melipat keempat kakinya.    

"Kurasa sudah waktunya untuk makan malam," kata Flint mengumumkan.

Flint mengambil buah dari dalam karung, bentuk buahnya aneh, kecil bewarna merah tua berlubang-lubang dengan bintik-bintik hitam dan hijau dan sedikit berbulu tipis.

Noil merasa perlu untuk menanyakannya lagi. Dia berkata, "Yakin itu apel?"

"Kau hanya perlu membayangkan kalau ini apel maka akan terasa seperti apel," kata Flint.

"Apa kau tidak kapok?"

Noil mengingatkan Flint tentang kejadian pisang lembah hantu di siang hari. 

Memakan pisang lembah hantu kulitnya tidak perlu dikupas karena kulitnya menempel dengan buahnya, kau juga harus menumbuknya dengan batu hingga menjadi hancur dan mencampurnya dengan air, tapi karena tidak menemukan air, Flint memakan serbuknya langsung dan membuatnya terbatuk-batuk selama sejam lebih.

"Akan ku beritahu cara memakan apel lembah hantu," kata Flint.

Flint sepertinya sudah lupa dengan kejadian buruk tadi siang.

Flint berkata, "Jika kau ingin makan empat buah maka kau harus memasukkan empat-empatnya langsung ke dalam mulutmu."

Noil menatap ngeri ketika Flint 'si terlalu pemberani' memasukkan empat apel lembah hantu ke dalam mulutnya yang segera menggembung, terdengar bunyi ngilu yang memilukan saat Flint mencoba mengunyahnya tapi gigi geraham kambing sepertinya tidak bisa mengalahkan apel yang kerasnya bisa membuat gigimu kabur melarikan diri, akhirnya Flint mengambil jalan pintas yang membahayakan hidupnya, dia menelan keempat apel itu sekaligus dan tentu saja menyangkut di tenggorakan. Ada benjolan besar aneh di leher Flint yang tidak mau turun dan tidak bisa naik lagi. Flint berdiri tegap, dia tersengal-sengal, tidak bisa bernafas, mukanya mendadak memerah lalu berubah menjadi pucat, kemudian pasti akan menjadi ungu jika tidak segera diselamatkan. Satu kaki depannya meraba-raba di udara seolah mencari bantuan dari sesuatu yang tidak terlihat.

Noil menanyakan apa yang Flint inginkan.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Noil was-was.

Mata Flint melotot seperti akan keluar dari batok kepalanya.

Noil berkata, "Muntahkan saja Flint jangan dipaksa!"

Flint menggeleng lalu dia memutuskan untuk memukul-mukul dadanya sendiri, setelah bergulung dengan malaikat maut akhirnya apel-apel itu masuk ke dalam perutnya. Flint bernafas terengah-engah seakan dia baru saja tenggelam.

Noil berkata, "Sudah kubilang Brony itu gila, dan itu bukan apel."

Flint berkata, "Seharusnya aku menambahkan garam agar lebih gurih, apa kita punya garam?"

"Kau juga sudah gila!"

Flint menjulurkan apel ke dekat surai Noil.

"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Flint.

"Tidak terima kasih aku tidak lapar" kata Noil berbohong.

Sedari tadi perut Noil yang kelaparan sudah mengajukan protes.

"Kau akan memakannya saat kelaparan nanti, percayalah padaku," seru Flint memberitahu dengan tatapan sangat yakin.

Noil menggeleng kuat-kuat. Dia berkata, "Setelah apa yang baru saja kulihat, itu tidak mungkin."

"Baiklah," kata Flint mendadak tenang dan kembali duduk dengan santai.

"Sekarang kita tinggal menunggu kunang-kunang nya datang," kata Flint.

"Kunang-kunang?" kata Noil memulai perdebatan, "bukankah harusnya kumbang."

"Kumbang!" kata Flint berdiri lagi dari duduknya.

Ketenangan Flint segera hilang. Dia berkata, "Jangan membual jika nyasar di dalam jalur kabut kita tidak bisa kembali, di dalam sana ada lorong tua, apa kau tahu apa yang ada di dalam lorong tua? tidak ada yang tahu, karena tidak ada yang berani ke sana, karena itu berbahaya."

"Karena itu kita harus mengikuti arah kumbang berjalan, itu yang dikatakan crok-iek'uiet," kata Noil.

Lidah Noil seperti terlipat saat menyebut nama burung gagak.

"Ada apa denganmu? Apa kau mengira aku tuli," kata Flint.

Flint jelas tidak akan mau mengalah.

"Aku tidak mengatakan kalau kau tuli, kau mungkin salah dengar," kata Noil.

Flint memberitahu Noil. "Apa kau tidak melihat apa yang baru saja ku alami?"

"Tentu saja aku melihatnya kau hampir mati karena makan apel aneh yang sebenarnya bukan apel," kata Noil.

"Aku melakukannya demi bertahan hidup jadi aku tidak mungkin salah dengar jika itu berhubungan dengan masalah hidup dan mati."

Noil mengkerut kan keningnya.

Flint menyentak. "Apa!"

"Aku masih berpikir kalau itu kumbang."

Flint akhirnya mengeluarkan hak dari jabatan yang baru saja dia dapat tadi pagi.

"Kau tahu siapa yang memimpin perjalanan ini,"seru Flint.

Noil yang tahu kemana arah pembicaraan ini segera menyerah.

Flint berkata dengan tegas dan jelas. "Jika aku bilang kita harus mengikuti kunang-kunang maka kita akan mengikutinya! Jikapun, aku bilang ikuti gajah, kita juga akan mengikutinya, apa kau mengerti?"

"Terserah kau Flint," seru Noil.

Noil mengangguk dengan terpaksa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!