Orang itu menghilang dan seketika saat itu juga tempat kami berada juga sangat jauh berbeda. Sepanjang mata memandang yang dilihat hanyalah hamparan padang rumput nan hijau serta beberapa bukit yang menghiasinya.
Mata kami semua terhenti sejenak dan menikmati keindahan pemandangan itu. Keindahan yang tak pernah kami dapatkan di bumi sekarang bisa kami semua rasakan didunia ini.
Bicara masalah bumi, kami semua pastinya masih memikirkan keadaan keluarga disana. Apa mereka masih saja menangisi kepergian kami semua? Apa mereka masihlah bersedih dan apakah mereka sehat-sehat saja?
Meskipun dunia kita sekarang sudah berbeda, tapi kami tetap memikirkan keadaan keluarga disana, terutama yang masih memiliki adik ataupun kakak. Tapi meski kami berpikir sekeras mungkin, tetap saja semuanya tak akan tercapai kalau Satan masihlah belum terbunuh dan bisa saja kami semua akan terjebak didunia ini selamanya hanya karena tak bisa melaksanakan misi kali ini.
"Bagaimana kalau malam ini kita kemah dulu di tempat ini? Jarang-jarang kita bisa ke tempat seperti ini di bumi? " celetuk seorang siswa yang mengeluarkan ide miliknya.
"Ide bagus! Tapi lebih baik kita tetap berjalan saja dulu! Ku rasa padang rumput ini sangat lah luas, akan butuh waktu lebih dari sehari untuk melewatinya! " ajak Mizuki.
"..." anak itu tak dapat mengeluarkan sepatah katapun tapi tetap saja dia terlihat ingin membantah ajakan Mizuki.
"Perkataan Mizuki ada benarnya, lebih baik kita segera pergi ke bagian tengah tempat ini atau minimal menjauh dari tepiannya! Harusnya ditengah sana akan aman dan tak ada monster sama sekali, berbeda dengan ditempat ini kita bisa diserang monster dari dalam hutan! " kata Lenz yang ikut dalam pembicaraan.
Mendengar apa yang diucapkan terdengar masuk akal, mereka segera memasuki tempat itu dan berharap akan mencapai bagian tengah sebelum malam menyerang.
Mereka terus berjalan dan terus saja berjalan hingga menemukan sebuah danau. Karena rasa haus ditambah dengan seharian tadi yang terasa sangat panas ditambah bekal minum mereka semua pada habis, semua anak itu segera berlari mendekati danau dan meminum airnya tanpa rasa ragu sedikitpun.
Tenggorokan mereka yang sebelumnya terasa sangat kering sekarang sudah terasa enakan tapi ada rasa lain selain rasa segar dari air danau itu, yaitu...
"Asiiin "
"Kenapa rasa air ini sangatlah asin? "
Beberapa kelihatan terdengar setelah mereka meminum air tersebut. Benar apa yang mereka katakan, rasa air danau itu sangatlah asin tak seperti air danau pada umumnya. Beberapa anak mulai menghindari tempat itu dan mulai mencari tempat lainnya lagi dan mereka menemukan sebuah kubangan air yang lebih kecil tapi air didalamnya tetaplah sangat jernih seperti air minum dalan kemasan.
'Mungkin kalau di bumi, kubangan ini sudah sangat kotor dan banyak yang menginjak tapi siapa sangka kalau di tempat ini semua airnya masih bersih!' batin Yukito sambil mengambil air itu sebanyak kedua tangannya bila disatukan.
Yukito mencoba merasakan rasa air itu dan berharap akan tak terasa asin seperti sebelumnya, tapi sepertinya dewa keberuntungan masih ingin bercanda dengan dirinya dan rasa air di kubangan itu sangatlah asin, bahkan lebih asin dari yang ada didalam danau.
"Ayolah apa aku harus mati konyol karena kehausan atau keracunan air asin? " guman Yukito sambil menatap langit dengan muka memelas.
Tanpa sadar kalau dirinya diperhatikan anak sekelas dari belakang, saat itu mereka pastinya berpikir ada apa gerangan dengan Yukito saat itu, kenapa setelah minum air dia langsung menatap langit? Apa ada yang salah?
"Hey Yukito! Apa yang kau pikirkan! Kalau harus, cepat kemari! Minum langsung dari sumber! "
"Iya Yukito, tak perlu sampai memelas seperti itu! Seolah kau sudah siap untuk mati! "
Berbagai perkataan terdengar dari belakang Yukito dan membuatnya segera menolehkan kepalanya kebelakang. Saat itu dirinya hanya bisa memberikan senyuman kecut sambil berjalan mendekati mereka dengan pelan.
---
Malam sudah tiba dan api unggun juga sudah dinyalakan. Seperti biasa mereka hanya menikmati makanan ikan yang dibakar dan itu terasa hambar, saat itu Yukito teringat dengan satu kejadian yang baru saja dia alami.
Yukito mengambil sebuah wadah dari besi dan mengisinya dengan air kubangan yang sudah membuatnya serasa ingin mati. Dia tak mengisinya hingga penuh dan hanya membuatnya terisi sebanyak setengahnya.
Tindakan Yukito yang terlihat aneh menjadi tontonan dari semua murid dan membuat mereka semua kebingungan. Yukito lalu memanggang wadah itu beserta air didalamnya. Sekali lagi mereka merasa kebingungan tapi tak lama kemudian seseorang berteriak.
"Garam! Dia mencoba membuat garam! " teriak seseorang yang sepertinya paham dengan apa yang dilakukan Yukito.
"Apa maksudmu? Menurutmu dia sedang membuat garam? Apa dia tidak membuat air panas? " sanggah seorang anak lainnya yang memikirkan hal lainnya.
"Lihat saja nanti..." katanya yang tak ingin meneruskan berdebat karena menurutnya itu tak berguna.
Air yang dimasak Yukito sudah menampakkan uapnya dan sesekali airnya juga berbalik, tapi sama sekali tak ada reaksi dari Yukito dan persepsi tentang dirinya yang membuat air panas itu sudah terbukti salah
Sekarang mereka sangat yakin kalau Yukito mencoba membuat garam, tapi ada satu pertanyaan dibenak mereka yaitu tentang keberhasilan usaha Yukito.
Air mulai menyusut dan hanya menyisakan air yang sangat kental didalamnya. Senyuman segera terlukis diwajah Yukito, dengan semangat dia segera menambahkan beberapa teras air itu keatas ikan bakar miliknya.
'Semoga saja rasanya seperti yang kuharapkan!?' Yukito saat itu berharap sangat kepada eksperimen yang dia lakukan tadi.
Dia segera memakan ikan itu disaksikan semua anak sekelas yang penasaran dengan reaksi yang diberikan Yukito. Pastinya kalau reaksinya bagus, mereka akan minta air itu dan kalau reaksinya buruk mereka akan menertawakan Yukito. Dengan kata lain mereka secara tak langsung membuat Yukito sebagai bahan percobaan.
"Gurih! Sangat lama aku merindukan rasa ini, selama ini aku hanya memakan makanan hambar..." kata Yukito yang setengah menangis saat itu.
Segera saja seluruh temannya mengerumuni dirinya dan meminta cara itu juga, karena memang merasa tak bisa menghabiskan semua itu sendirian, Yukito dengan mudah membagikannya kepada lainnya sekaligus berbagai kesenangan dan keceriaan.
Saat melihat semua temannya dengan sangat senang memakan ikan yang hanya dibumbui dengan garam belum jadi, Yukito memikirkan sesuatu yang bisa membuat mereka merasakan itu dalam waktu lama dan kalau bosan pastinya bisa bermanfaat.
l
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 684 Episodes
Comments
Ahmad M W
tumben pinter
2021-05-11
1
Win
bravo☺️
2021-01-03
0
Ratmoko Ari
josssssssss
2020-11-19
3