12. Perasaan Aneh

Pria itu sangat tampan, dia yang menyelamatkan aku saat kejadian itu. Betapa bodoh nya aku karena hampir melupakan dirinya. Selama ini papa juga sudah menceritakan jika pria ini lah yang sudah mengurus semua kasus ku.

"Mr. Jack, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas semua bantuanmu. Sekarang putriku sudah kembali seperti dulu, ini semua karena anda yang sudah memberikan dokter terbaik seperti dokter Dev" ujar papa yang berhasil membuatku sangat terkejut, papa sama sekali tidak pernah mengatakan tentang hal itu.

Tapi kenapa dia begitu peduli padaku? Apa dia memiliki perasaan padaku? Ya tuhan Elsha, apa yang kau pikirkan. Tadi dia sudah mengatakan jika ia akan melakukan ini pada semua orang. Jangan terlalu pede Elsha, ini hanya sebuah kebetulan. Bisa saja dia sudah punya kekasih, atau bahkan dia sudah memiliki istri.

"Elsha" sebuah tangan kembali mengejutkanku, aku langsung menatap pemilik tangan itu dan ternyata itu Mama.

"Eh ia Ma" ucapku bingung karena tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Lalu tak sengaja mataku bertemu dengan mata gelap miliknya. Ya ampun, kenapa jantungku berdetak sangat cepat? Aku menyetuh dadaku yang begitu sesak.

"Elsha kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya mama begitu khawatir, aku langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Lalu kenapa kamu memegang dada? Mama kira kamu sakit" ucap mama mengelus kepalaku, dengan cepat aku menyingkirkan tanganku yang menempel di dadaku.

"Nak Jack, bukankah anda berasal dari Rusia? Kenapa anda ada disini? Apa sedang menjalankan bisnis?" tanya mama pada Mr. Hero, aku sendiri bingung kenapa bisa aku memberikan nama itu padanya mungkin karena dia yang sudah menolongku.

"Ya, kami ada sedikit urusan. Kebetulan bertemu dengan anak anda" ucapnya, tapi tunggu! Dia memakai bahasa Indonesia? Jadi dia bisa berbahasa Indonesia. Jika tahu seperti itu dari tadi aku bicara bahasa Indonesia padanya.

"Mr. Hero, anda bisa bahasa Indonesia?" tanyaku karena penasaran.

"Ya, ibuku asli Indonesia" ucapnya, aku hanya ber'oh' ria saat mendengar jawabannya.

"Ma, kak Za dan dokter Dev mana? Kok gak baik-balik?" tanyaku saat tak juga melihat keberadaan kakakku dan dokter Dev. Ya ampun, apa mereka mulai berkelahi? Jangan sampai hal itu terjadi.

"Elsha, kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Aditi karena aku menatapnya.

"Apa mereka mulai berkelahi karena kakakku mendekati mu?" tanyaku yang berhasil membuat Aditi terkejut.

"Hus, jangan bicara sembarangan Elsha. Mama mungkin mereka berkelahi, lagian Aditi juga belum tentu mau dengan kakak kamu" ujar mama yang membuat wajah Aditi merona seketika, aku yang melihat itu tertawa geli. Namun tak sengaja mataku dan mata gelap itu kembali bertemu, aku merasa ada yang aneh saat mata itu menatapku. Senang, takut, entah lah aku tidak tahu dengan apa yang saat ini aku rasakan.

"Jack" seru seseorang yang berhasil memutuskan pandangan kami, aku langsung menoleh dan mendapatkan dokter Dev sudah berdiri di sana.

"Kapan kau disini?" tanya dokter Dev pada Mr.Hero pemilik nama Jack itu. Aku sangat tidak menyukai nama itu, nama itu sangat mirip dengan nama-nama preman di Indonesia.

"Belum lama" ucap Mr. Hero begitu datar. Ah, bahkan dari tadi aku perhatikan dia sama sekali tidak pernah tersenyum. Wajahnya sangat datar dan begitu dingin, mirip sekali dengan kak Zu. Untung saja dia sangat tampan, jika tidak mungkin orang akan sangat malas melihatnya.

"Kalian tidak berkelahi kan?" tanyaku pada dokter Dev.

"Berkelahi?" bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.

"Iya, aku kira dokter tadi berkelahi dengan kakakku" ucapku sambil mengaduk minumanku.

"Kakak mu? Bahkan aku tidak bertemu dengannya" ucap Dokter Dev.

"Syukur deh" ucapku menaikkan kedua bahuku, sekilas aku melirik Mr. Hero yang ternyata sedang memperhatikan diriku. Ah, jangan geer Elsha dia tidak melihatmu. Dia melihat kebelakangmu, mana mungkin dia menatapmu. Aku memormalkan detak jantungku dan membenarkan posisi dudukku yang sudah mulai tak nyaman.

"Emm... Aditi, besok aku harus kembali ke Indonesia. Terima kasih sudah selalu menemaniku, kau akan tetap menjadi temanku" ucapku menggenggam tangan Aditi.

"Kau juga akan selalu menjadi teman terbaikku, suatu hari nanti aku akan main ke Indonesia" ucap Aditi tersenyum padaku.

"Oh iya, minggu depan hari ulang tahunku. Aku harap kamu datang, aku akan sangat bahagia" ucapku penuh harap, jika Aditi ke Indonesia maka aku tidak akan membiarkan dia kembali lagi ke sini. Apa pun caranya, aku akan membuat Aditi dan kak Za bersatu.

"Aku tidak berjanji, kau tahu kan?" ucapnya sambil melirik dokter Dev, aku tersenyum mengerti dengan maksud Aditi.

"Ok aku mengerti. Ma, Pa, Elsha jalan-jalan dulu ya dengan Aditi? Tidak akan lama kok" ucapku menatap mama dan papa bergantian.

"Iya sayang, jangan jauh-jauh" ucap papa, aku tersenyum bahagia dan langsung bangkit dari dudukku.

"Em Mr. Hero, sorry aku tinggal dulu" ucapku menatap pemilik wajah datar yang duduk di hadapanku. Dia mengangguk pelan sambil menatapku dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Aku tidak memikirkan hal itu, dengan semangat aku menarik tangan Aditi dan membawanya keluar dari restoran.

***

Di kamar hotel yang begitu mewah, terlihat tiga orang pria sedang mengobrol. Mereka tak lain adalah Jackson, Adrian dan Dev.

"Aku tidak menyangka selera big boss kita ini tinggi juga, pantas saja selama ini terlihat gelisah. Ternyata gadis itu memang sangat cantik, Dev apa kau tidak jatuh cinta padanya?" ujar Adrian, Dev yang mendengar itu langsung menatap Jackson begitu pun sebaliknya.

"Entah lah, gadis itu memang sangat cantik dan begitu menggemaskan" ucap Dev yang berhasil mendapatkan tatapan membunuh dari Jackson.

"Jujur aku sangat menyukainya..." belum selesai Dev bicara, Jackson sudah terlebih dahulu mencengkram kerah baju Dev.

"Hey, aku belum selesai bicara tuan Mikhelson" ucap Dev melepaskan cengkraman Jackson. Jackson menatap Dev begitu tajam dan kembali duduk seperti semula.

"Aku menyukainya karena dia sangat mirip dengan mendiang adikku, aku seperti bertemu kembali dengan sosok adikku yang sudah lama tiada" sambung Dev, Jackson dan Adrian terdiam saat mendengar ucapan Dev.

"Jack, jika kau memang benar-benar mencintainya. Jangan pernah kau sakiti dia, karena aku adalah orang pertama yang akan membunuhmu jika kau berani menyakitinya" ucap Dev dengan penuh penekanan.

"Aku juga orang yang pertama akan membunuhmu jika kau berani menyentuhnya" ucap Jackson memberikan tatapan membunuh pada Dev, Dev yang melihat itu hanya tersenyum.

"Apa kau begitu takut aku menyetuhnya? Bahkan jika kau memilikinya, aku tidak yakin jika dia mau di sentuh olehmu" ucap Dev.

"Apa maksudmu?" tanya Jackson begitu dingin.

"Apa kau lupa dia memiliki trauma, itu bisa saja kembali muncul" ucap Dev membuat Dev terkejut.

"Apa kau ragu untuk memilikinya?" tanya Dev menatap Jackson untuk menunggu jawaban.

"Tidak, aku tidak pernah ragu dengan keputusanku. Aku akan membantunya untuk melupakan trauma yang dia alami" ucap Jackson begitu lantang, Dev yang mendengar itu tersenyum puas.

"Aku tahu kau akan menjawab seperti itu, kau sahabatku. Berjuanglah untuknya, aku yakin kau akan membahagiakan dia" ucap Dev bangkit dari duduknya.

"Mau kemana? Mencari pelampiasan?" tanya Adrian.

"Cih, aku bukan kau Ad. Aku tidak pernah mencari pelampiasan untuk hal sepele. Aku hanya ingin menjemput adikku" ucap Dev yang langsung beranjak pergi.

"Sial, kenapa aku yang menjadi sasaran" ucap Adrian.

"Karena kau **** Ad" ucap Jackson yang juga ikut pergi.

"Pergi lah, tinggalkan aku sendiri. Aku akan bebas mengundang wanita kesini" teriak Adrian.

"Berani kau membawa wanita ke kamar ku, maka bulan ini kau tidak akan menerima gajimu" ucap Jackson yang kembali muncul di balik pintu.

"Hehe, aku hanya bercanda" ucap Adrian yang sedikit terkejut, ia tak menyangka jika Jackson akan kembali.

"Huh dasar, jika bukan big boss. Aku akan memakanmu Hidup-hidup" ucap Adrian yang langsung mejatuhkan dirinya diatas kasur empuk milik Jackson.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***