"Aku nggak mau nikah sama kamu."
Alena masih keras kepala. Ia sendiri belum yakin tentang apa yang terjadi pada mereka malam itu. Ia tak ingin mengorbankan perasaan Nevan, atas hal yang belum pasti terjadi. Tapi toh, pada kenyataannya Nevan telah menelanjanginya hingga seluruh busananya tanggal dari badan. Mengingat kejadian tersebut, membuat kepala Alena pusing tak karuan.
"Kenapa kamu keras kepala banget, Len? Aku cuma mau memperbaiki reputasiku di matamu. Kamu benci sama aku, kan? Kasih aku kesempatan, Len?" pinta Nevan memelas. Mengharap ada pengertian dan kepercayaan dari Alena untuknya.
"Asal kamu tahu, Van. Aku nggak mau menikah dengan cowok yang nggak sayang sama aku." Lena mengakui isi hatinya.
Nevan menghela nafasnya sekali lagi. Ia memandang lurus bola mata gadis di hadapannya. Menunggu ada sedikit celah dan maaf di mata Alena.
"Aku bukan manusia sempurna, Len. Aku manusia biasa. Sifatku juga masih banyak yang buruk. Tapi aku tulus, minta kamu menikah denganku. Kita bisa belajar saling menyayangi nanti. Saat ini, kita hanya perlu saling memahami dulu. Sisanya, biar waktu yang menentukan perasaan kita mau gimana. Aku nggak mau kamu membenciku, Len. Please?"
Gadis itu terdiam. Bukan ia tak ingin bicara lagi. Cukup baginya, Nevan sudah mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus. Di sisi lain, ia juga khawatir terjadi hal yang ia belum siap terima. Keraguannya pada dirinya sendiri, makin membuat batinnya mencekam bimbang. Ia pun takut jika benar adanya, mahkota yang ia jaga direnggut Nevan. Bila ia tak malu, ingin sekali ia pergi ke rumah sakit dan memeriksakan selaput daranya.
Bagaimana bila memang mereka sudah melakukan hal terlarang, dan Alena hamil? Tapi bagaimana bila sebaliknya, mereka tak sejauh dugaan Nevan? Apa bisa pernikahan tanpa cinta mereka pertahankan nantinya? Alena menimbang segala kemungkinan yang ada. Tapi lebih parahnya lagi, Alena dihantui perasaan ngeri. Apabila akibat kesalahan dalam waktu semalam, tidak ada pria yang sudi menerimanya.
"Kamu pilih terima Nevan, atau aku laporkan dia atas tuduhan pelecehan seksual. Lebih parah lagi dengan tuduhan pemerkosaan! Mau Ibu dan Ayah tahu juga ulah si brengsek ini?!" geram Rendra penuh nada ancaman.
Kalimat Rendra sontak membuyarkan keheningan mereka. Keduanya bersamaan mengalihkan tatapan ke arah sumber suara. Alena bergidik mendengar ancaman yang disebutkan. Nama baiknya dan keluarga bisa jadi taruhan utama. Belum lagi nasib Nevan, akan seperti apa pria itu bila sampai mendekam dipenjara? Kemelut dalam benak Alena membuncah bersahutan. Degup jantungnya berdebar lebih kencang. Iramanya seakan mendengung nyaring bak lantunan musik rock yang memekakkan telinganya. Ia tahu betul sifat Rendra. Tak akan main-main dengan ucapannya.
"Jangan!"
Bibir Alena memekik kilat, sedikit bergetar. Ia tak tahan menatap bola mata tajam menghunus milik Rendra. Pula tak ingin membuat keluarganya menanggung malu akibat aib yang tak diinginkan. Hidupnya bertaruh pada satu pilihan terbaik sekarang. Ya, menerima Nevan adalah keputusan terbaik yang ia punya saat ini.
"Aku mau .... " lirih Alena hampir tak terdengar. Suaranya parau seiring wajah lesunya makin tertunduk, menatap nanar lantai di bawah kakinya berpijak.
"Mau apa?" Nevan menuntut kelengkapan jawaban gadis berlesung pipi itu.
"IYA. AKU MAU NIKAH SAMA KAMU!" kesal Alena, hingga tanpa sadar mendongak dan berteriak keras.
***
Pernikahan pun berlangsung sangat sederhana. Hanya dihadiri keluarga inti Alena dan Nevan. Alena beruntung, orang tua Nevan yang sekarang resmi menyandang status mertuanya amat senang dengan berita pernikahan mereka. Bahkan merekalah yang memaksa Nevan dan Alena tidak menunda acara barang sebulan pun. Alhasil tak ada persiapan apa-apa, kecuali pengurusan surat-surat dadakan ke sana ke mari dalam waktu dua pekan saja.
Ketika seluruh keluarga mengumandangkan pertanyaan penghulu. Mengatakan 'SAH.' Maka selesailah sudah kelajangan dua belah pihak-Nevan dan Alena-. Kini Alena Dinaya resmi berstatus nyonya Utama. Saat sebagian perempuan mungkin akan iri melihatnya berhasil menikahi Nevan. Alena justru sangsi dengan dirinya sendiri.
"Len?" panggil Nevan menghampiri istrinya yang termenung di balkon rumah.
"Apa?"
"Mama Papa minta adakan pesta resepsi besar-besaran di Jakarta bulan depan."
Alena menoleh dengan tatapan serigala lapar. Nevan hanya bisa menggaruk rambut meski tidak gatal sama sekali.
"Terus? Kamu nggak nolak, Van? Aku nggak mungkin izin kerja lagi. Kerjaanku banyak yang keteteran karena sering izin belakangan tahu!" protes Alena bersedekap tangan di dada.
"Mama Papa juga minta kamu berhenti kerja."
"What?! Are you kidding me?!"
"Anu, Len .... " Nevan tergagap sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan, "Kita disuruh cepat-cepat bikin cucu buat mereka."
"Hah?!"
Tak bisa lagi menahan kagetnya, Alena ternganga hingga mulutnya membentuk huruf O. Sementara Nevan hanya cengar-cengir setengah malu. Ingin sekali kepalan tinju di tangan Alena melayang ke wajah menawan Nevan. Sayangnya, ia terpaksa mengurungkan niat setelah ibu mertuanya menghampiri mereka.
"Kalian masih di sini? Ini Mama buatkan sesuatu buat kalian. Harus diminum sampai habis,"
Alena dan Nevan mengamati dua gelas di atas nampan. Keduanya bisa mengendus bau rempah alami menguar pekat menyapa indra pencium. Bisa ditebak itu adalah jamu.
"Apaan ini, Mah?" tunjuk Nevan ke arah gelas berwarna kuning gelap.
"Ini jamu dan telur. Dijamin malam pertama kalian lebih HOT!" tukas ibunda Nevan seraya mengedipkan sebelah mata.
Hampir saja Alena mengumpat Nevan, bila mertuanya tak ada di sana.
"Ayo minum. Mama tungguin, kalau nggak habis Mama tambahin nanti."
Buru-buru Nevan meraih gelas dan meneguknya sampai ludes. Meski ia harus menutup hidung tak tahan dengan bau khas yang ditimbulkan minumannya.
"Lena, ayo diminum. Ini biar kamu nggak cepat capek."
Diana-ibu Nevan- menyodorkan gelas pada Alena. Gadis yang masih rapi dengan sanggulan rambutnya itu menerima dengan tangan sedikit gemetar. Ia berharap bisa lari sekencang-kencangnya bak kuda balap. Daripada harus minum jamu tersebut. Susah payah Alena meneguk airnya, pipinya mengerucut menahan rasa tak enak. Diam-diam Nevan menahan senyum melihat ekspresi tertekan istrinya.
"Baiklah. Sekarang kalian mandi dan ... semoga berhasil! Semangat!"
Satu tangan Diana mengepal ke udara. Kelopak mata berhias bulu mata palsunya mengerling, menggoda Nevan dan Alena.
\=\=***\=\=
Sekilas sapa_
Hai hai. Mau ngucapin makasih nih buat kalian yg udah mampir dan komen. Maaf juga bila masih banyak tipo tak sengaja yg mengganggu pandangan. #peace
Diriku hanya author biasa yg jauh dari kesempurnaan cintah (lagu kali).
Btw, sekedar info, First Night akan diusahakan tayang setiap hari loh ya. Jadi jangan khawatir buat ngikutin terus.
Juga say thanks buat RATU IKLAN si anak tercemar dari keluarga tercemar -Hairunnisa Ys- yg sudah sudi mempromosikan cerita gajeku ini. #tabokmanjah
Salam hangat,
Depa (Dee14007)
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Sigit Pratama
salam kenal Thor,, ijin baca😁
2023-05-27
0
Afifa Afifauzma
semangat amat c ibu mertua wkwkwk
lanjut
2021-05-17
0
Meidy Mangalengkang
visualnya
2021-04-15
0