Semenjak kejadian itu. Mereka saling diam seribu bahasa. Tidak ada yang tahan berlama-lama saling melihat satu sama lain, terutama Alena yang terus menghindar. Nevan sangat merasa bersalah dan berusaha memperbaiki keadaan. Namun belum ada titik terang dari Alena.
Alena masih sangsi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia berulang kali membuka Google dan Youtube. Mencari tahu tentang rasanya, setelah melakukan malam pertama. Kebanyakan ciri-ciri yang disebutkan tak sepenuhnya ia rasakan. Kecuali hanya mawas diri dan tertekan dengan pikiran bingung. Sebab, ia ingat pagi itu pakaiannya lepas semua dari badan. Bagaimana mungkin ia bisa tenang, bila saja mungkin tak sepenuhnya kesuciannya ternoda. Tetap saja, Nevan telah menikmati dan melihat sebagian dirinya yang polos tanpa busana. Tidak, atau malah seutuhnya polos?
Memikirkannya saja membuat Alena pusing dan stres sendiri. Ia ingin mengenyahkan praduga buruk yang menyiksa hari-hari indahnya.
Di kantor Alena baru menyelesaikan konsep majalah, yang akan diajukan minggu ini. Kamila, temannya menegur berkali-kali tapi tak dapat respon. Akhirnya ia mencolek Alena dengan ujung bulpoin Fasternya. Alena menoleh kaget.
"Kenapa? Ada masalah? Melamun terus," tukas Kamila meneliti wajah lesu temannya. Tak seperti biasa yang selalu mudah menebar tawa.
"Ehm, boleh aku nanya sesuatu?"
"Yes, of course."
"Kamu udah pernah melakukan itu belum?"
"Itu?"
Kamila bingung, tak mengerti arah obrolan mereka. Alena terlalu klise mengungkapkan sesuatu.
"Itu, maksudku ... apa kamu udah pernah ML?"
"What?! ML?"
Spontan Kamila berteriak histeris. Buru-buru Alena membekap bibir temannya. Semua orang menoleh curiga, namun kembali sibuk dengan aktifitas masing-masing. Alena menyingkirkan telapak tangannya dari bibir temannya.
"Apa kamu melakukannya? Aduh aku nggak percaya. Kamu punya pacar, Len? Siapa? Siapa?"
Mendadak Kamila menghujani rasa penasaran bertubi pada Alena.
"Diamlah, Mil! Aku cuma nanya aja!" dalih Alena menyimpan kegugupan.
"No no no. Aku mengenal kawanku dengan baik. Kamu bukan tipe orang yang suka sekedar bertanya tanpa tujuan, Len."
Tak sempat Alena membela diri, resepsionis kantornya datang menyerahkan bungkusan pada Alena. Katanya itu titipan dari seorang pria tampan. Alena membuka isinya makanan dan minuman. Ada selembar kertas di dalamnya. Kamila mengintip isi surat, ketika Alena fokus membacanya.
Makan dan minum yang sehat. Kalau kau hamil, kau dan anak kita harus punya nutrisi yang baik. -Nevan-
"Nevan?! Teman kakakmu yang ganteng dan tinggi itu?" seloroh Kamila takjub. Ia ternganga tak percaya.
"Bukan!" ketus Alena sembari *** kertas dan membuangnya sembarangan ke tempat sampah terdekat.
"Bayi siapa yang dimaksud? Oh Tuhan ... Alena yang suci dan bersih, aku masih nggak percaya, kamu benar-benar melakukan hal itu?!"
Ponsel Alena bergetar. Ia tak berniat menggubris pertanyaan Kamila. Diraihnya ponsel di atas meja. Sebuah pesan masuk dari Nevan.
Nevan_
Jangan lupa istirahat dan makan siang. Kalau butuh sesuatu bilang, ya?
"Apa dia makin gila?!" gerutu Alena mengabaikan pesan tersebut.
***
Sepulang kerja, Alena dikejutkan dengan kehadiran Nevan. Pria berjaket biru navy itu sudah menunggunya sejak setengah jam lalu. Hanya saja, rona wajahnya tampak agak berbeda. Adabekas kebiruan di pipi dan sudut bibir Nevan. Seperti habis dipukul. Karena tak tega, Alena terpaksa mendekatinya.
"Ngapain kamu di sini?!" Alena tak senang.
"Jemput kamu. Kita perlu bicara."
Alena menautkan satu alis. Telinganya belum terbiasa, mendengar pria Jakarta itu memanggilnya dengan sebutan aku kamu.
"Nggak ada yang perlu dibicarakan!"
"Ada. Jangan keras kepala. Kamu lihat hasil cap tangan dari Rendra ini? Aku udah cerita semua ke dia."
Alena mendelik mendengar penjelasan dari Nevan. Ia merasa gemetaran tak jelas. Bagaimana bila sampai Rendra mengadu pada orang tuanya. Ia panik akan dicoret dari daftar silsilah keluarga.
Dering ponsel terdengar nyaring. Alena meraih telepon genggamnya dan membaca nama yang tertera di layar sana. Rendra menghubunginya. Alena tak berani mengangkat. Lalu sebuah pesan masuk dari Rendra ia baca.
Cepat pulang! Kalian berdua harus bicara denganku! Atau langsung ke ayah dan ibu?!
Damm. Tanpa menunggu lama, Alena langsung naik ke dalam mobil Nevan. Ia harus mempersiapkan memtal untuk menghadapi kakaknya.
\=\=***\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
kena bogem mentah dech
2020-08-18
0
Nineng Oneng
seruuu,,syukaaa😁
2020-07-15
0
Liee
bagus thor crta ya aq suka
2020-05-15
1