Semenjak dua bulan yang lalu Elsaliani telah menjadi istri sahnya Iqbal, namun tidak pernah sekalipun Iqbal memperlakukan Elsaliani selayaknya seorang istri. Bahkan dia terus menerus meninggalkan Elsaliani seorang diri di rumah. Pernikahan di antara kedua terjadi lantaran perjodohan yang di rancang oleh kedua orang tua mereka masing-masing.
Semenjak menikah dengan Iqbal, segala hal dalam hidup Elsaliani berubah 180 derajat, hari-hari yang dulunya penuh dengan tawa bahagia, perlakuan manja serta kenyamanannya dalam seketika berubah menjadi suram mencengkam, perlakuan Iqbal terhadapnya sungguh sangat memprihatinkan, Iqbal terus saja menghina, mencela bahkan memperlakukannya dengan kasar. Sejak awal keduanya telah sepakat untuk tinggal terpisah dari orang tua mereka, dengan alasan agar Iqbal tinggal dekat dengan tempat kerjanya. Semenjak keduanya sah menjadi pasangan, semenjak itu pula keduanya tinggal pisah dengan keluarga Iqbal, terlebih lagi keluarga Elsaliani yang memang tinggal di Bandung.
Dua hari telah berlalu semenjak Iqbal meninggalkan Elsaliani tempo hari. Tepat pukul 16.00 Elsaliani keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya, ia keluar sambil bernyanyi riang dengan kaki yang terus melangkah menuju lemari baju dengan tubuh yang hanya terbalut dengan handuk berwarna putih yang hanya selutut dan rambut panjangnya yang terbungkus dengan handuk yang berwarna senada. Tangannya mengambil pakaian yang ada di lemari lalu meletakkannya ke atas kasur, seketika itu pula ia terperanjat kaget ketika matanya melihat sosok Iqbal yang sedang berbaring santai di atas ranjang, dengan mata yang terus menatap kearah Elsaliani, mengetahui hal tersebut dengan cepat tangan Elsaliani segera meraih selimut lalu cepat-cepat menutup seluruh tubuhnya terkecuali wajahnya.
"Sejak kapan tuan di situ? kenapa tuan....?" Elsaliani mencoba bertanya meski dengan penuh rasa takut. Elsaliani langsung menghentikan ucapannya ketika Iqbal bangkit dari tidurannya dan mendekati Elsaliani.
"Kenapa? apa aku tidak boleh masuk ke kamar ini? Ingat ini rumah aku, so terserah dong aku mau masuk ke mana aja!'
"Bukan itu maksud El...." Jelas Elsaliani sambil melangkah mundur menjauhi Iqbal hingga membuat punggungnya mentok dengan dinding kamar sebelah Utara.
"Berapa kali sudah aku ingatkan, Jangan bergerak dari tempatmu jika aku tidak menyuruhmu. Apa kamu mulai bermasalah dengan ingatanmu? hah!" Gumam Iqbal dengan wajah yang mulai terlihat kesal dan kembali melangkah mendekati Elsaliani.
"Maafkan El, tolong maafkan El."
Elsaliani mulai di penuhi dengan rasa takut, ia terus memejamkan matanya karena begitu takutnya beradu pandangan dengan mata tajam Iqbal. Kedua tangannya terlihat gemetar namun ia terus saja tetap menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya.
"Dengar baik-baik, rumah ini milik aku, jadi terserah aku mau berada di ruangan manapun. Dan satu lagi, aku sama sekali tidak pernah dan tidak akan tertarik dengan tubuhmu ini, kamu telanjang sekalipun aku tetap tidak akan terpikat, karena mata aku ini tidak akan pernah tertuju kearah gadis jelek seperti kamu, mata aku hanya akan menatap pada gadis-gadis cantik saja. Jadi kamu tidak perlu berharap kalau aku akan menyentuh tubuhku itu. Jangan berharap hal yang mustahil terjadi, kamu bukan selera aku, ingat itu baik-baik!" Jelas Iqbal dan langsung berlalu begitu saja.
Setelah Iqbal keluar dari kamar tersebut tanpa tunggu lebih lama lagi, tubuh Elsaliani langsung ambruk ke lantai, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah juga, ia hanya bisa menangis tersedu-sedu.
(Ya Allah berikan aku kekuatan. Ya Allah, hanya engkau pelindung bagi diri ini, hamba tau ya Allan bahwa rencana engkau adalah yang terbaik untuk hidup hamba, oleh karenanya berikanlah hati ini ketabahan dan kekuatan untuk melewati semua dugaan ini ya Allah ) Rintihan Elsaliani yang begitu larut dengan kesedihannya.
"Siapkan aku makanan, aku lapar!"
Suara teriakan Iqbal dari ruang makan sana cukup membuat Elsaliani segera menghentikan tangisnya, dengan cepat ia mengenakan pakaian dan kerudungnya lalu segera berlari menuju asal suara Iqbal.
Elsaliani langsung menghadap Iqbal yang ternyata sedang duduk di meja makan.
"Aku udah beli makanan tadi, sana gih ambilkan sendok dan minum buat aku!"
"Baik, tunggu sebentar!" Ujar Elsaliani dan segera mengerjakan apa yang Iqbal perintahkan.
Elsaliani kembali ke meja makan dengan sebotol air minum dan sepasang sendok dan garpu di kedua tangannya. Perlahan Elsaliani langsung meletakkan botol minuman tersebut di hadapan Iqbal, lalu membuka bungkus makanan dan meletakkannya sendok serta garpu kedalam kotak makanan tersebut lalu menyodorkan kotak nasi tersebut tepat di hadapannya Iqbal. Tanpa protes Iqbal langsung melahap makanannya, tiba-tiba ia menghentikan aksi makannya ketika matanya melirik ke arah di mana Elsaliani masih berdiri tegap tepat di sampingnya, tangan Iqbal meraih plastik yang masih berisikan kotak nasi lalu mendorong plastik tersebut ke arah Elsaliani.
"Untuk kamu!" Seru Iqbal sinis dan kembali makan.
"Terima kasih! tapi El masih punya makanan sisa tadi siang!" Jawab Elsaliani lalu kembali mengembalikan plastik tersebut ke hadapannya Iqbal.
"Aku bilang ambil!" Tegas Iqbal yang mulai terpancing emosi.
"Gadis jelek ini tidak berhak menerima makanan dari lelaki setampan tuan. Berikanlah makanan tersebut pada gadis yang tuan sudi untuk menatap wajahnya. Apa boleh El kembali ke kamar sekarang?"
"Tetap berdiri di situ sampai aku menyuruhmu pergi!"
Jelas Iqbal dengan tangan yang menggenggam erat plastik tersebut. satu setengah jam telah berlalu namun Elsaliani masih saja berdiri tegap mematung di sampingnya Iqbal, bahkan sesekali Elsaliani terlihat hampir tumbang namun dengan cepat tangannya menggenggam kursi yang ada di sebelahnya. Sedangkan Iqbal kini terlihat asyik dengan ponselnya bahkan sesekali tersenyum bahagia dengan sendirinya.
"Bagaimana bisa baru sebentar saja aku sudah merindukanmu!" Ucap Iqbal dengan raut wajah yang di penuhi dengan kebahagiaan, tanpa sengaja mata Iqbal melihat ke arah di mana Elsaliani masih berdiri.
"Kenapa masih di situ?'"
"Karena tuan belum menyuruh El untuk pergi."
"Haa,, aku lupa. Ya udah sekarang kamu boleh pergi."
"Terima kasih tuan!" Ucap Elsaliani dengan senyuman.
Elsaliani hendak pergi dari sana, namun entah apa yang terjadi tiba-tiba saja tubuh Elsaliani ambruk ke lantai, dengan cepat Elsaliani mencoba untuk bangun meski harus dengn bersusah payah akhirnya ia kembali berdiri. Ketika kakinya telah siap untuk melangkah kembali di saat itu pula Iqbal muncul tepat di hadapannya.
'Kenapa?"
"Tidak apa-apa tuan, permisi!"
"Tunggu!!!"
"Ada apa tuan?" Tanya Elsaliani yang mulai resah.
"Siapkan baju untuk aku, malam ini aku ada acara."
"Baiklah akan El siapkan, tapi sebelum itu bolehkah El minta waktu 10 menit saja, setelah itu El janji, El akan langsung menyiapkannya."
"Tidak, aku maunya sekarang!"
"El mohon tuan, tolong 10 menit saja. Setelah itu El janji, El akan langsung melakukan apapun yang tuan perintahkan."
"Lalu selama 10 menit itu kamu akan bersantai ria memanjakan kakimu yang kewalahan karena terus berdiri barusan? begitu maksudmu?"
" Tidak tuan, bukan begit...."
"Lalu untuk apa? mau telponan dengan orang tuamu atau mungkin dengan abangmu? lalu mengadukan perlakuan aku sama mereka?"
"Sungguh bukan itu maksud El."
"Lalu untuk apa? mau berdandan? tidak perlu, kalau sudah jelek ya udah jelek aja, mau di apain juga ya tetap jelek."
"Cukup!" Teriak Elsaliani yang benar-benar tidak bisa lagi mengontrol emosi dan amarahnya.***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Harniah Harny
kayak@ bakal menarik nih alurnya
2022-08-22
1
Ratih Tiyawan
baca yg kedua kali tetep aja mewek.. yaellah.. nyesek banget sih.. 😢😢
2021-08-02
0
Afni Warti Upik Panyalai
kacau klu wanita pny sikap seperti si elsya.....meski menikah krn perjodohan dan tanpa cinta....bersikp wajar lah....seorang istri hrus tau bagaimana bersikap dan jgn seperti pelayan yg patuh pd majiknnya.....elsya salah dlm penerapan dan memhami dlm ajaran islm bhwa titah suami adalh istri.....diam dan diam di perlakukan semena2 sma suami ya krn suaminya jg kesal ngk bisa cepat ngrti alias telmi.....sya aja yg baca emosi dgn sikap elsya yg terlalu lemot.....
2020-07-04
1