Lampu kamarnya mendadak mati. Rena dan Dara terdiam saat mendengar suara ketukan dari arah pintu. Awalnya Rena ingin membuka pintu karena mengira Rana yang mengetuk, tapi saat sampai di depan pintu dia merasa kalau ada sesuatu yang aneh. Yang terdengar dari tadi hanya suara ketukan. Itu saja. Jika Rana yang mengetuk, minimal wanita itu akan memanggil namanya atau mengeluarkan suara, menyuruhnya membuka pintu. Namun ini tidak.
Rena beralih ke saklar, menekannya beberapa kali. Lampu tetap saja tidak menyala. Kemudian dari arah lemari terdengar suara seperti kayu yang dicakar. Rena menyalakan senter di ponselnya dan menyinari arah lemari. Suara itu masih tetap berada di sana, semakin lama semakin keras. Sementara ketukan di pintu sudah tidak terdengar lagi.
Perlahan Dara mendekat ke arah lemari. Rena hanya diam, ikut mendekat dengan langkah pelan. Jika di film horor, orang-orang nekat dan punya rasa penasaran besar seperti mereka pasti akan mati, tapi ini bukanlah film horor. Mereka tidak akan bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Juga tidak tahu apakah keputusan yang mereka ambil sudah tepat atau malah sebaliknya, membuat nyawa mereka semakin terancam.
Mungkin jika sendiri, Rena tidak akan memedulikan suara itu. Namun sekarang dia bersama dengan Dara yang ingin menyelidiki bangunan yang mereka tempati. Tentu saja gadis itu tidak akan tinggal diam jika dihadapkan dengan situasi yang seperti ini.
Setelah berdiri tepat di depan lemari, dengan cepat Dara membuka pintunya. Suara tadi berhenti. Dara memeriksa dengan cepat di antara baju-baju Rena yang tergantung. Tidak ada siapa pun di sana. Entah kenapa Dara malah merasa lega sekaligus kecewa. Perasaan yang saling bertolak belakang, aneh.
Ditutupnya kembali lemari itu dan mendekat pada Rena. Dia baru menyadari kalau air muka Rena sudah tegang dan pucat setelah berada di sampingnya.
“Lo kenapa?” tanya Dara heran.
Rena tidak mengatakan apa pun, juga tidak bergerak. Hanya matanya yang menjelaskan apa yang sudah terjadi. Mata itu membelalak, menatap pada sesuatu di belakang Dara. Refleks Dara berbalik dan dia juga sama terkejutnya. Diam, tidak bisa bergerak untuk beberapa detik.
Pintu lemari kembali terbuka dan di sela-sela baju Rena menyembul keluar sepasang tangan yang pucat, dengan urat-urat yang menonjol keluar berwarna hitam. Di atas tangan itu ada kepala wanita. Matanya hampir putih semua dengan titik hitam kecil di tengah-tengah mata, menatap marah. Wajahnya retak-retak, dari retakan itu keluar darah.
Baru kali itu Dara melihat langsung sosok yang mendiami rumah yang terkenal angker ini. Dia sangat terkejut, ditambah tubuhnya tidak bisa digerakkan.
“Mati ….”
Sosok itu berbicara dengan suara serak yang berat, terdengar seperti suara laki-laki. Kemudian menerjang ke depan dengan sangat cepat. Dara tidak sempat bergerak, tubuhnya terlempar ke belakang bersama sosok mengerikan tadi. Punggungnya terasa sakit ketika membentur badan ranjang dan pandangannya menggelap.
***
Dara mendapati dirinya sendirian, berdiri di depan rumah Rena yang terlihat kosong. Dia baru sadar kalau saat itu tampilan bangunan yang dilihatnya jauh berbeda dengan yang ditempati Rena sekarang. Ilalang tumbuh dengan liar di sekitar rumah, sudah setinggi paha Dara.
Jendela depan bangunan itu rusak, kacanya kotor dan pecah. Cat-catnya sudah terkelupas dan lumut tumbuh di beberapa tempat. Tangga menuju beranda juga retak-retak, sementara pintu kayunya sudah lapuk dan terbuka lebar.
Dara melihat ke dalam. Harusnya dia bisa melihat ruang tamu yang juga sama rusaknya, tapi yang terlihat hanyalah warna hitam. Gelap. Tidak ada apa pun yang bisa terlihat dari luar, seolah yang ada di belakang pintu masuk itu adalah dunia lain, bukan bagian dari rumah kosong itu.
Sekeras apa pun Dara mencoba, hasilnya tetap sama. Dia tidak bisa melihat apa pun dari tempatnya berdiri selain kegelapan yang meraja. Jujur saja, dia cukup heran sekaligus terkejut. Bangunan di depannya ini sudah direnovasi dan sudah ada yang meninggali, tapi sekarang tampilannya seperti sudah lama tidak ada yang menempati. Menjadi rumah kosong yang selalu ditakuti oleh warga sekitar. Rumah angker yang merenggut banyak nyawa dan membuat banyak kematian di dalamnya. Seolah Dara kembali ke masa lalu saja.
Dia melangkah ke depan dengan langkah pelan. Kembali mengingat kalau dulu dirinya selalu melakukan hal ini. Diam-diam keluar dari rumahnya dan datang ke bangunan ini. Awalnya hanya sekadar untuk uji nyali, tapi lama-kelamaan dia mencari sesuatu yang sekiranya membuatnya bisa mengerti apa yang membuat rumah itu menjadi angker dan ditakuti.
Namun setiap kali datang, Dara tidak akan menemukan apa pun. Bahkan suara-suara aneh yang kata orang-orang biasa terdengar, tidak juga didengarnya. Pernah satu kali dia sengaja berlama-lama di bangunan itu, tapi hasilnya tetap saja. Tidak ada apa pun yang muncul meski Dara memang merasa merinding. Dia memang merasakan hawa mencekam dari rumah itu. Hanya itu. Tidak pernah muncul hantu atau semacamnya.
Sekarang, dia sudah sampai di beranda setelah menaiki tiga anak tangga yang retak. Hanya beberapa langkah lagi untuk masuk ke dalam rumah, bergabung dalam kegelapan yang terlihat ingin segera menelannya.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar raungan marah, menggema, membelah hening dan malam yang mencekam. Dara terkejut dan tanpa sadar mundur ke belakang. Pijakannya hilang saat sampai di tangga. Dia terjatuh, mengaduh kesakitan saat tubuhnya membentur batu-batu yang memang berada di depan bangunan.
Kemudian dari balik jendela, muncul wajah-wajah yang menatap dengan mata yang merah. Besar dan menyala. Pun tangan-tangan pucat yang menjulur-julur keluar seolah meminta dibebaskan.
Dara menyeret tubuhnya untuk terus mundur ke belakang. Dari pintu yang terbuka, terus bermunculan banyak wajah dan tangan yang berusaha keluar. Tidak ada badan, hanya kepala dan lengan. Ketakutan seketika menguasai tubuh Dara, membuat jantungnya berdetak cepat di balik tulang iganya. Keringat dingin mengucur deras, membuat pakain yang dikenakannya basah.
Lalu dari arah samping muncul seorang pria bersetelan jas lengkap dengan topi bergaya fedora. Hanya saja kepala pria itu bukan berada di atas leher, melainkan di genggaman. Matanya bergerak-gerak mencari sesuatu, berhenti ketika melihat Dara yang juga ikut terdiam.
Ketika sosok itu menerjang ke arahnya dengan seringai yang terlihat seram, Dara menutup mata. Saat matanya terbuka, dia sudah berada kembali di kamar Rena. Jendela dan tirai sudah terbuka, sinar matahari terlihat di luar sana. Ternyata sudah pagi. Rena duduk di samping Dara, mengembuskan napas lega melihat temannya itu membuka mata.
“Kamu udah bangun. Aku khawatir banget tahu,” ucap Rena dengan kekhawatiran yang tidak bisa dia sembunyikan.
“Emangnya gue kenapa?” Dara memang tidak mengerti apa yang sudah terjadi dengannya.
“Tadi malam, pas habis makan malam kamu langsung tidur. Aku bangunin tapi kamu gak bangun-bangun. Padahal katanya kamu mau lihat buku itu.”
“Eh, kok? Gue bangun kok semalam, mana kita masih sempat bahas-bahas tentang tulisan yang ada di buku itu. Gue ingat jendela kamar sama lemari lo kebuka. Ada sosok nyeremin yang keluar dari lemari. Lo gak ingat?”
“Ra, kayaknya kamu mimpi, deh. Semalam itu kamu langsung tidur, gak bisa dibangunin. Tadi pas aku bangun kamu malah teriak-teriak. Kubangunin juga, masih aja gak bangun-bangun. Mimpi apa, sih?”
Dara diam. Belum bisa mencerna apa yang sudah dia alami. Kata Rena dia tidur, tapi dia tidak merasa seperti itu. Apa yang sebenarnya sudah terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Yuan Dhinie
di bawa ke alam mimpi yang seolah nyata... hiiisssshhh
2022-02-12
0
Rani
kok rena sm dara suka ngalamin kyk gini ya....mimpi seolah2 nyata.....
2020-08-12
5
monkey D. z_ken
wow, ini baru seru,
2020-04-11
2