Bagian 5

Rena tidak tahu apa yang membuatnya terbangun, apakah karena suara hujan deras yang terlalu keras, karena embusan angin dingin yang masuk dari jendela kamar yang terbuka atau karena suara seseorang yang terlampau dekat dengannya. Seperti bisikan, tapi anehnya terdengar jelas.

Suhu di dalam kamar terlalu dingin. Rena mengusap-usap lengan sambil membangunkan diri, turun dari tempat tidur dan menutup jendela. Seingatnya tadi sebelum tidur dia menutup, bahkan mengunci jendela itu. Kenapa sekarang bisa terbuka?

Jendela sudah tertutup. Baru saja Rena ingin kembali tidur ketika samar-samar melihat seseorang yang berdiri di halaman samping rumah kakaknya. Dia memastikan bahwa yang dilihat memang benar orang dengan menajamkan pandangan. Kemudian Rena melihat ke arah jam yang tergantung di dinding kamar. Pukul dua belas lewat sedikit, sudah tengah malam.

Orang gila mana yang tengah malam berdiri tanpa melakukan apa pun di tengah-tengah hujan deras? Rena tidak habis pikir, kenapa di lingkungan tempat tinggal kakaknya ini ada orang aneh seperti itu. Namun gadis ini tetap diam memerhatikan sosok yang diam bagaikan patung itu.

Dilihat dari pakaian yang dipakai dan postur tubuhnya, sudah jelas kalau orang itu adalah pria. Meski di luar sana sedikit berkabut karena hujan dan hawa dingin, Rena masih bisa melihat kalau pria itu memakai jas, entah warna aslinya hitam atau cokelat, tapi karena sudah basah terlihat seperti perpaduan antara dua warna itu. Celana kainnya juga sama basahnya, jelas berwarna hitam.

Atensi Rena terpaku pada topi yang pria itu kenakan. Jenis topi fedora, sama persis seperti yang digambar keponakannya. Mendadak Rena menyadari kalau mungkin sosok inilah yang ditemui Daffa. Siapa lagi? Yang membuatnya masih heran adalah apa yang pria itu lakukan di luar sana? Di tengah hujan deras dan tengah malam begini.

Pria itu memang membelakangi Rena, jadi si gadis tidak bisa melihat wajahnya. Namun beberapa saat kemudian, Rena dibuat terkejut oleh pria itu yang menoleh padanya dengan mata yang terbuka lebar. Benar-benar

lebar, sampai hampir ingin keluar dari rongganya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah, kepala pria itu berputar 180 derajat, menampilkan seringai seram yang menakutkan, lalu jatuh ke tanah begitu saja.

Tidak ada darah yang mengucur dari leher si pria. Rena juga merasa kalau tidak ada lagi darah yang mengalir ke wajah pucatnya. Dia terkejut dan ketakutan setengah mati, kemudian terbangun dengan badan bersimbah keringat dan tenggorokan kering.

“Untung cuma mimpi,” gumamnya sambil mengambil napas dalam-dalam. Mimpi itu berasa nyata, sampai dia mengira kalau tadi dia benar-benar mengalami hal itu dan bertemu dengan si pria.

Di luar sana memang hujan deras, jendela terkunci di balik tirai yang tertutup. Memang tadi dia hanya bermimpi, meski begitu rasa takut yang dirasakannya bukan sekadar dalam mimpi, tapi nyata. Rena mengalihkan pandangan dari jendela, merasa ngeri jika kembali terbayang akan mimpinya.

Dia kembali bergelung di dalam selimut, memejamkan mata, mencoba kembali tidur. Beberapa detik Rena dalam posisi itu, tapi tidak kunjung tertidur. Tenggorokannya kering, dia kehausan. Tidak biasanya dia seperti itu, sudah jelas ini karena mimpi buruknya tadi.

Dengan malas Rena membangunkan diri, menyeret kakinya menuju ke arah pintu dan keluar kamar. Sesaat dia menatap pintu kamar Daffa. Anak itu pasti udah tidur nyenyak, pikir Rena.

Lantai terasa sangat dingin oleh kakinya yang telanjang. Suasana memang sepi, Rana dan Yudha jelas sudah tertidur. Suara hujan di luar sana malah membuat suasana menjadi terasa mencekam alih-alih mengusir hening. Rena menuruni tangga dengan hati-hati, dia memang sengaja tidak menyalakan lampu. Takut silau dan matanya tidak bisa lagi diajak tidur.

Rena memang begitu, jika terbangun tengah malam dan lampu kamar dalam keadaan menyala, dia tidak akan lagi bisa tidur sampai pagi. Berbeda jika dia terbangun dan kamarnya gelap, dia dengan mudah akan kembali tertidur. Dia pun tidak tahu kenapa dirinya seperti itu.

Sampainya di dapur, Rena awalnya ingin membuka kulkas, tapi teringat dengan lampu yang ada di dalam lemari es itu akan menyala jika pintunya dibuka. Karena itu dia beralih ke dispenser.

Setelah masalah tenggorokan keringnya selesai, Rena kembali menuju kamar, sesekali menguap lebar dalam langkahnya. Kakinya baru saja menginjak anak tangga terbawah saat tiba-tiba dia mendengar suara nyanyian seseorang. Awalnya dia kira itu hanya suara hujan yang terdengar seperti nyanyian di telinga, tapi lama-lama alunan itu terdengar merdu, berbeda dengan bunyi hujan di luar sana.

Rena berhenti dan menajamkan telinga, mencari dari mana alunan itu berasal. Setelah beberapa detik dalam diamnya, akhirnya dia tahu kalau suara itu bersumber dari ruang tamu. Kaki Rena seperti bergerak sendiri, membawanya melangkah ke arah ruang tamu alih-alih ke kamar.

Jantungnya berdegup kencang, seperti ingin melompat dari tempatnya. Jujur saja, saat itu Rena juga penasaran siapa yang bernyanyi di rumah kakaknya. Jelas itu suara perempuan, tapi jelas bukan suara Rana. Lagi pula untuk apa Rana melakukan hal semacam itu malam-malam, kecuali kalau kakaknya punya sedikit gangguan jiwa, yang sudah pasti tidak ada.

Akhirnya Rena menemukan sosok yang bernyanyi tanpa tahu waktu itu. Seorang wanita dengan gaun putih berenda, duduk di salah satu sofa hitam di depannya. Wajahnya cantik, dengan hidung mancung yang menjulang tinggi, serasi dengan bibir tebal berwarna merah. Rambut pirangnya ditata sedemikan rupa sehingga terlihat indah.

Rena membeku, tubuhnya tidak bisa bergerak dan bibirnya kelu. Wanita itu sepertinya belum menyadari kehadirannya, karena masih tetap tenggelam dalam nyanyian yang lama-kelamaan menyayat hati. Melodi itu menghasilkan perasaan sedih yang menjalari seluruh tubuh Rena, berpangkal dari hatinya.

Mendadak wanita itu diam, kemudian menoleh pada  Rena dengan gerakan lambat, seperti adegan film yang sengaja diperlambat untuk memberi kesan dramatis. Degup jantung Rena semakin bertambah keras, dan terus

begitu, seakan sebentar lagi akan benar-benar meledak. Lalu berhenti ketika  wanita itu menatapnya, dengan rongga mata yang kosong. Padahal tadi dia benar-benar bisa melihat kalau wanita itu punya mata, mata biru yang terkesan sendu.

Ketika mendapati wanita itu tak bermata, jantung Rena seperti berhenti sungguhan dalam beberapa detik saking terkejutnya. Rena tahu dirinya tidak bisa bergerak, suaranya tertahan di tenggorokan, tapi dia berteriak sekuat yang dia bisa. Terus begitu sampai merasa badannya diguncang-guncangkan dengan keras dan matanya kembali terbuka. Lagi-lagi terbangun dari mimpinya.

Rana sudah duduk di pinggiran ranjang, menatap khawatir pada Rena.

“Kamu kenapa?” tanyanya cepat setelah Rena terbangun. “Mimpi buruk apa sampai teriak-teriak begitu?”

Rena tidak langsung menjawab, tapi memastikan kalau dia benar-benar terbangun, berada di dunia nyata. Pasalnya tadi dia baru saja bermimpi di dalam mimpi. Dan sialnya dua-duanya menyeramkan. Setelah yakin kalau dia tidak lagi bermimpi, Rena kemudian menjawab dengan suara pelan, “Gak apa-apa, Kak. Tadi emang cuma mimpi buruk aja, mungkin karena kecapean. Aku emang biasa gitu, sih.”

Rana memandang adiknya dengan pandangan skeptis, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengelus pelan puncak kepala Rena, dengan gerakan lembut dan teratur. Sedangkan Rena segera melirik ke arah jendela yang terbuka. Tidak ada hujan, bahkan saat itu masih sore, bukan malam seperti di mimpinya.

Dia tiba-tiba teringat. Setelah makan bersama Rana tadi, Rena memang merasa mengantuk. Awalnya bisa dia tahan, tapi lama-lama matanya semakin berat dan memaksakan untuk menutup. Karena itu Rena kembali masuk ke kamar dan tidur siang.

“Oh iya, Daffa udah bangun, mau ketemu sama dia?” tanya Rana beberapa saat kemudian.

Rena mengangguk sambil tersenyum, tapi mendengar nama Daffa membuatnya teringat pada sosok pria bertopi fedora, dan sosok itu mengingatkannya pada mimpi buruk barusan.

Rena menghela napas panjang, sepertinya hari-harinya tidak akan berlangsung dengan tenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!