CH-4 Bakat Sihir

Di depan mata, terlihat beberapa hidangan yang nampak begitu lezat dan harum menggoda. Dia tak menyangka bahwa sayur-sayuran yang diolah menjadi masakan bisa menjadi begitu menggoda, padahal biasanya dia tidak mau makan jika dalam lauknya ada sayur mayur.

Shou melirik ke arah Lisa yang masih berdiri, “apakah kamu tidak mau makan?” tanya Shou.

“Aku sudah cukup kenyang tadi, jadi makanlah sepuasnya.” Lisa tersenyum dengan begitu manis, meningkatkan nafsu makan Shou secara drastis.

Alhasil, sayur mayur yang selama ini ia benci dihabiskan olehnya sendiri tanpa sisa. Meskipun tidak memakai nasi, Shou merasa sangat kenyang dan begitu puas. Melihat masakannya habis, Lisa pun merasa begitu senang dan menanyakan pada Shou apakah dia ingin tambah lagi.

“Tidak, aku sudah kenyang. Baru kali ini aku memakan sayuran, ternyata rasanya enak juga.” Ungkapnya.

“Kalau kamu ingin makan sayuran lagi, katakan saja. Aku akan segera memasaknya untukmu.”

Senyuman Lisa yang terlalu manis itu membuat Shou menjadi salah tingkah dan terbatuk-batuk, untungnya saja dia langsung meminum segelas air yang ada di depan matanya.

Shou kemudian teringat dengan perkataan Lisa yang menjelaskan bahwa keberadaan sihir dan naga sangatlah nyata di dunia ini, dia ingin lebih mengetahui hal tersebut sesegera mungkin.

Sebelum itu, aku harus menentukan alasan dan latar belakangku. Untung saja Lisa bukanlah perempuan yang cerewet, jika tidak mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan untuk memikirkan hal ini.

Shou memikirkan beberapa pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Lisa padanya sekaligus jawabannya, sambil meminum teh hijau yang baru disajikan oleh gadis itu.

“Aduh, panas!” Shou menaruh kembali gelas yang terisi teh hijau itu ke atas meja, dia memegangi bibirnya yang masih merasakan panas untuk sementara waktu.

Lisa tampak panik dan mendekat ke arah Shou, “Apakah kamu tidak apa-apa?” tanyanya.

“Tidak, tidak usah khawatir.” timpal Shou sambil tersenyum tipis.

Lisa menghela nafas lega, “Syukurlah.”

Sepertinya ini adalah waktu yang tepat bagiku untuk mengatakannya.

“Ngomong-ngomong Lisa, maaf kalau pertanyaannya sedikit aneh. Aku ingin mengetahui lebih tentang sihir, apakah kamu mau menjelaskannya?” ucap Shou agak terbata-bata.

“Eh, kamu tidak tahu sihir?” Lisa benar-benar tidak percaya. Awalnya dia mengira Shou hanya sedang bercanda, akan tetapi setelah dilihat-lihat lagi dari ekspresinya dia memang tidak mengetahui sihir.

“Aku agak bingung jika harus menjelaskannya secara langsung, jadi aku akan memperlihatkan contohnya saja.” Lisa kemudian berdiri, sambil memejamkan matanya dia merapalkan sebuah mantra.

Lisa menengadahkan tangannya, dan muncul sebuah bola cahaya di atas telapaknya

“Bagaimana?” tanya Lisa sambil membuka matanya.

Shou begitu terpana, dia tak menyangka bahwa dirinya benar-benar pindah ke dunia yang berbeda.

“Apakah kamu mau mengajarkannya padaku?” Shou memohon, dia memegang kedua telapak tangan Lisa dengan mata yang berbinar-binar.

“Eh, maaf, soal itu aku tidak bisa melakukannya. Lagi pula aku tidak tahu elemen sihir yang kamu punya, harus menggunakan bola kristal untuk mengeceknya.” jelas Lisa.

“Apakah kamu memilikinya?” Shou masih berharap penuh.

“Maaf, benda berharga itu hanya dimiliki oleh kaum-kaum bangsawan. Aku tidak memilikinya.” Lisa merasa bersalah.

Shou menjadi sedikit lemas, “Lalu bagaimana kamu bisa mempelajari sihir?” tanyanya penasaran.

“Dulu, ayahku pernah mendapatkan tugas untuk membawa bola kristal ke kediaman salah seorang bangsawan. Kebetulan saja, dia harus melewati desa ini untuk mengirim bola kristal tersebut dan mampir dulu sebentar ke rumah. Waktu itu aku sangat penasaran dengan barang yang dibawa oleh ayah, dan tak sengaja menyentuh bola kristal yang bisa digunakan untuk menilai elemen sihir. Bola kristal itu bercahaya sangat terang, dan ayah mengatakan bahwa aku memiliki bakat sihir.” tanpa ia sadari, tetesan air mata mulai berjatuhan, membuat Shou yang tadi begitu bersemangat ikut merasakan sedih yang dialami Lisa.