"Lari saja biar kita tidak ketinggalan mobil itu!" kata Doni.
Alhasil mereka pun berlari dengan kencang. Tanjakan desa Kenanga curam juga panjang sekitar beberapa meter baru jalannya mulai menurun dan datar. Rambu jalan terpampang jelas dan banyak supaya pengendara lebih berhati-hati. Di saat musim hujan begini jalanan licin, tak sedikit pengendara roda dua sering tergelincir dan jatuh.
Dibalik pepohonan dan semak-semak itulah ada sebuah desa yang bernama Kenanga. Konon diberi nama kenanga karena bunga kenanga atau kantil banyak tumbuh di desa tersebut. Desa sebrang tempat tinggal Hanum sering menyebutnya desanya orang mati. Sering tercium aroma wangi yang menusuk-nusuk atau malah kadang bau tak sedap seperti bau bangkai.
"Haaaa aku lari duluan, kalian cepatlah" kata Doni.
"Doni gimana sih kan dia yang bawa senter malah duluan huh" gumam Lili.
"Aduh bau apa ini?" keluh Hanum sambil menutup hidung.
"Ayo teman-teman larinya lebih cepat!" kata Gugun yang menyadari sesuatu.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di perbatasan desa. Doni lebih dulu sampai di rumah, disusul Lili yang rumahnya agak masuk gang kemudian Gugun dan terakhir Hanum.
Selesai membersihkan diri, Hanum bersiap untuk sholat kemudian menuju pondok tempat biasa ia mengaji. Disusul teman-temannya yang lain. Disana mereka diajarkan mengaji oleh dua guru yaitu seorang ustadz dan ustadzah. Selesai mengaji Hanum, Lili, Gugun dan Doni tidak langsung pulang.
"Ustadz Hanif, Hanum mau bertanya apakah manusia bisa melihat setan secara langsung?" tanya Hanum.
"Dalam Al-Qur'an jin, manusia dan malaikat itu merupakan makhluk ghaib yang eksistensinya wajib kita imani. Jin dan malaikat tinggal di alam ghaib. Sedangkan kita manusia tinggal di alam nyata. Jin ada yang muslim dan kafir. Jin yang mempunyai sifat membangkang tidak beriman kepada Allah itu adalah setan. Begitu juga dengan manusia yang tidak taat kepada perintah Allah SWT memiliki sifat setan. Jin tidak bisa dilihat wujud aslinya oleh manusia. Tapi Jin bisa melihat manusia dari keberadaannya. Jin biasanya tinggal di tempat kosong seperti rumah yang lama tak berpenghuni, tempat-tempat kotor seperti toilet. Golongan jin biasa memakan darah, kotoran hewan, tulang belulang. Jin bisa menyerupai hewan seperti ular, anjing, keledai dan juga bisa menyerupai manusia. Jin yang menyerupai ini bertujuan untuk mengganggu dan menakuti manusia" jelas ustadz Hanif.
"Jadi Ustadz warga sering diganggu dengan makhluk halus itu perbuatan jin?" tanya Hanum lagi.
"Betul. Itulah mengapa saat kita akan masuk rumah membaca do'a, dan hendaknya saat mulai senja saat adzan Maghrib baiknya di dalam rumah menutup pintu dan jendela dengan lafadz bismillah" ujar Ustadz Hanif.
"Lalu Ustadz tentang desa Kenanga?" tanya Gugun.
"Desa itu dulunya ramai tanahnya subur sayur mayur tumbuh dengan lebat hingga karena suatu petaka ditinggalkan begitu saja dan dibiarkan terbengkalai" jawab ustadzah Anisa.
"Pasti banyak jin disana hiii" kata Lili.
"Kalian tahu tidak mobil yang tadi kita lihat di tanjakan, sopirnya terlihat aneh. Kalau kalian perhatikan tatapannya seperti kosong, kacanya agak transparan jadi dari luar kita bisa lihat. Saat aku menengok tiba-tiba sopirnya juga melihat kearah ku membuatku terkejut dan spontan aku langsung lari meninggalkan kalian hehe maaf ya" jelas Doni.
"Huh dasar pantesan ngibrit. Tadi aku juga mencium bau kurang sedap seperti bau bangkai" ucap Gugun.
"Iya aku juga menciumnya" kata Hanum.
"Barangkali ada tikus atau hewan yang mati, di sekitar sana kan masih banyak pepohonan dan semak-semaknya masih rimbun" kata ustadz Hanif.
"Ya sudah anak-anak ayo pulang ini sudah malam besok kalian sekolah bukan" tambah ustadzah Anisa.
Hanum pulang bersama Gugun dan ustadzah Anisa sementara Lili, Doni arah pulangnya sama dengan ustadz Hanif.
"Ustadzah kalau mimpi dikejar-kejar hantu apa mungkin mimpi itu bisa jadi kenyataan?" tanya Hanum.
"Yang namanya mimpi itu hanya bunga tidur, sebelum tidur sunnah untuk wudhu dan jangan lupa berdo'a. Baca ayat kursi" jawab ustadzah Anisa.
"Ooh rupanya disini, sudah berapa kali bapak bilang berhenti mengajar ngaji. Kamu begini tidak menghasilkan uang tidak membuat bapakmu ini kaya. Sudah waktunya kamu menikah, ayo pulang menikahlah dengan juragan Karto jadilah isterinya yang ketiga. Kebunnya banyak, sawahnya lebar, sudah pasti kamu tidak akan kekurangan. Ayo ikut bapak!" teriak seseorang yang ternyata itu adalah Ayah dari ustadzah Anisa.
"Pak tangan Nisa sakit ampun Pak lepas Nisa gak mau menikah sama juragan Karto Pak" rengek ustadzah Anisa sembari menangis.
"Pakde tolong lepaskan kasihan ustadzah" pinta Hanum memelas.
"Ah sudah anak kecil jangan ikut campur sudah sana, jangan panggil anak saya ustadzah ngerti" pekik Ayah ustadzah Anisa.
Ustadzah Anisa dan ayahnya kemudian pergi. Bukan hanya satu atau dua kali mereka melihat ustadzah Anisa diperlakukan seperti itu oleh ayahnya. Apalah daya keduanya mau menolong pun tidak bisa.
"Semoga segera datang seorang ustadz atau habib untuk melamar ustadzah Anisa kasihan melihatnya diperlakukan semena-mena oleh ayahnya sendiri" gumam Hanum.
"Iya Han kamu tahu kan rumor tentang ayahnya ustadzah, Pakde Wiro itu yang setiap malam Jum'at sering membawa sesajen ke desa Kenanga untuk pesugihan katanya" ucap Gugun.
"Huss tahu darimana, jangan ngelantur ah sudah sana pulang!' kata Hanum.
"Iya Han aku pernah melihatnya di malam hari gelagatnya mencurigakan" tambah Gugun lagi.
"Huam.. besok lagi ceritanya ya aku ngantuk aku pulang dulu ya!" ujar Hanum sembari berjalan menuju rumahnya.
"Aah selalu begitu kamu payah Han awas ya lain kali akan aku buktikan ucapanku" gumam Gugun.
Saat akan memejamkan mata Hanum kembali teringat akan mimpinya tadi siang di sekolah.
"Raka..Raka itu siapa kenapa tiba-tiba aku bisa langsung akrab dengannya. Apakah sebelumnya aku pernah melihat dia? Aah mungkin saja itu tipu daya jin yang dikatakan ustadz Hanif. Sudahlah sebaiknya aku tidur" kata Hanum kepada dirinya sendiri.
_______
"Haaaa tidak lepaskan kakiku. Aku gak mau ikut sama Kakak aku mau pulang. Aku masih mau hidup" teriak Hanum.
_______
"Han, ada apa bangun Nak ini Ibu. Kamu mimpi apa? Istighfar" teriak Ibu Dwi sembari menggoyangkan tubuh Hanum.
"Astaghfirullah mimpi itu lagi, Hanum barusan mimpi buruk. Kenapa ya Bu, Hanum sering kali mimpi tentang Kak Raka sebenarnya siapa dia?" ungkap Hanum.
"Raka? Hanum sering bermimpi tentang Raka, mimpi apa?" tanya Ibu Dwi penasaran.
"Kak Raka tadinya manusia biasa seperti kita Bu tapi berubah menjadi sosok menyeramkan kemudian mengajak Hanum untuk tinggal di desa Kenanga" jelas Hanum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments