2. Ancaman Raka

Pagi hari, Sella terbangun di kamar asing. Ah iya, dia baru tau jika ini kamar dirumah suaminya, Raka. Apa yang harus dilakukan sekarang? Biasanya Sella akan mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Tapi, bukankah sekarang dia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang Istri?

Tok! Tok! Tok!

Sella terkejut ketika pintu kamarnya diketuk, dia menyibakkan selimutnya lalu turun dari kasur, ketika dia membuka pintu kamarnya, Sella melihat seorang wanita yang sudah berumur kepala empat tersenyum ke arahnya.

“Tuan berkata jika saya akan menjadi pelayan pribadi Nona Sella,” kata wanita itu. “Saya Risma, Nona.”

Sella gelagapan. “Sa-saya Sella.”

“Saya akan mengurus semuanya untuk Nona Sella dengan baik.”

Sella mengangguk. “Saya ingin menemui Raka..”

“Tuan Raka tidak ada dirumah, Nona,” kata Risma.

Sella melihat jam di dinding kamarnya, ini masih begitu pagi. Kemana perginya Raka sepagi ini? Ah, mungkin Raka sedang menghindarinya? Akhirnya, Sella memutuskan untuk pergi kuliah saja dari pada disini.

•••

“Tuan sudah melarang saya untuk membuka pintu pagar ini untuk Nona Sella.”

“Pak, Please, saya harus pergi kuliah,” kata Sella memohon. Dia melirik arlojinya, hari ini dia ada kelas pagi.

Pak Andi selaku penjaga rumah tetap kukuh dengan jawabannya, bagaimana pun juga dia takut dengan bosnya itu. Karena jika sudah marah, itu bahaya dan akan mengancam kelangsungan jangka kerjanya.

“Ra—Mas Raka..” Argh! Sella bingung harus memanggil Raka dengan sebutan apa, Raka atau Mas Raka? Entahlah!

Terpaksa Sella kembali masuk ke dalam rumah yang besar itu. Perempuan itu merogoh saku bajunya dan mencari nomor Raka tapi dia lupa jika dia tidak memiliki nomor Raka. Helaan nafas terdengar, hidupnya yang sudah dia tata dan dia beri plan hancur sudah karena pernikahan konyol ini.

Tiga puluh menit berlalu, Sella mendengar suara derum mobil. Perempuan itu segera melihat dari balik kaca yang menjulang tinggi, Raka datang. Aih, Sella kelabakan, bingung, apa yang harus dilakukannya sekarang? Jantungnya berdegup dengan kencang tatkala lelaki itu saat ini berdiri dihadapannya dengan tatapan dingin menusuk. Ada seorang lelaki dibelakang Raka, dia adalah Nino, orang kepercayaan Raka.

Raka mengangkat tangannya dan Nino serta Risma dan Ony—teman kerja Risma—pergi dari ruang tamu, membiarkan Raka dan Sella berdua. Kini, mereka berdua membuat Sella merasakan situasi canggung.

“Aku.. Aku ingin pergi kuliah.. ta-tapi—”

“Aku tidak mengizinkannya,” kata Raka dingin.

“Ra—Mas Ra-Raka..” Sella gugup. “Aku ha-harus pergi kuliah, hari ini ada jadwal kuliah pagi,” kata Sella lalu menghela nafas karena lega.

Tatapan Raka menajam mendengar ucapan Sella, dia tidak suka dibantah. “Apa kurang jelas ucapan yang aku katakan padamu, Sella?”

“Ta—”

“Tidak!” Bentak Raka.

Sella menundukkan kepalanya mendengar bentakan Raka, dia takut. Perasaannya bergejolak kali ini, dia ingin menangis karena Raka membentaknya. Sella memang gampang menangis apalagi jika dia dibentak.

“Kamu bukan lagi ABG yang mudah berkeliaran, Sella." Raka memasukkan kedua tangannya di saku celananya kemudian lelaki itu berjalan mendekati Sella. “Nasib hidupmu bahkan hidupmu sekarang ada ditanganku, kamu tidak boleh keluar tanpa izinku.”

“Kenapa?”

Raka tertawa namun tertawanya membuat Sella merinding. “Sella, aku ingin hidupmu menyedihkan. Karenamu, aku tidak jadi menikah dengan Melly, itu karena KEBODOHANMU!”

Tes.

Satu tetes air mata Sella jatuh, tak lama setelahnya terdengar isakan kecil yang sedang Sella tahan.

“Sial! Kenapa menangis!” Teriak Raka emosi. “ITU KARENA KESALAHANMU WANITA BODOH! SIALAN!”

“Maaf..” Ucap Sella si sela-sela isakannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!