Tok..tok..tok..
Pintu ruangan Alena diketuk pelan. Suster Ana menengok dibalik pintu dengan senyumnya yang manis.
"Ada pasien baru lagi dok.." ucapnya sambil memberikan dokumen baru ke Alena. Ia berjalan menghampirinya.
Alena membukanya dan melihat identitas dan riwayat penyakit pasiennya. Tidak ada sesuatu yang aneh menurutnya. Ini adalah pasiennya yang ke 10 siang ini. Hanya dalam waktu 2 jam, ia mendapatkan pasien dengan keluhan berbeda-beda.
"Banyak anak sakit, suster" ucap Alena sambil mendesah.
"Iya, ini aja anak ke 10 siang ini. Belum sampe malem dok!"
"Gak apa-apa sus, suruh masuk aja 5 menit lagi. Saya istirahat sebentar."
Suster Ana mengangguk dan pergi keluar.
Alena menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia mengambil air minum dan meminumnya dengan cepat. Sedang musim peralihan biasanya banyak yang terkena sakit. Hari ini buktinya, pasiennya banyak.
Tepat 5 menit, pintu terbuka. Seorang pasien anak kecil tiba bersama wanita separuh baya. Ia yakin itu adalah neneknya. Anak itu berusia 6 tahun seperti yang tadi ia lihat di dokumen. Anak itu terlihat kurus seperti kekurangan gizi. Tubuhnya kecil. Wajahnya memerah dan bibirnya pucat. Alena mengerutkan keningnya. Ia pun bangkit dari duduknya dan menghampiri anak itu.
"Selamat siang, siapa namanya sayang?" tanya Alena ramah.
Anak itu terdiam. Neneknya berbicara. "Dave, Bu dokter."
Alena terkejut mendengar nama itu. Kenapa nama nya sama? Hampir satu minggu pria itu tidak menghubunginya. Iapun tidak peduli. Ia tidak pernah memikirkan pria itu.
"Dave, bisa ikut tante dokter kesitu buat diperiksa?" ajak Alena sambil menunjuk dipan.
Anak itu mengangguk pelan.
"Anak pinter" ucap Alena senang. Ia langsung memegang tangan anak itu dan membawanya ke dipan untuk diperiksa.
"Dave suka mengeluh sakit tenggorokan sama kepalanya pusing." ujar neneknya.
Alena hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia hanya tersenyum sambil mengecek keadaan anak itu.
"Udah dikasih obat apa aja bu?" tanya Alena.
"Saya gak pernah kasih obat dari dokter, saya kasih obat herbal aja."
Alena terkejut. "Obat herbal? Jamu? Dave mau?" tanyanya pada Dave kecil. Anak itu hanya melihatnya tanpa mengucapkan kata-kata apapun.
"Saya paksa dokter. Soalnya kalo pergi ke dokter, saya gak punya uang." ujar neneknya.
Alena membalikkan badannya. "Bu, kalo suatu saat Dave sakit lagi, maaf kalo ibu gak punya uang, bawa kesini aja. Ibu ketemu sama Suster Ana. Nanti Suster Ana yang antar ibu dengan Dave ke saya. Ibu gak usah khawatir masalah biaya." ucapnya sambil menatap wanita tua itu.
"Iya dokter, terimakasih."ucapnya dengan mata basah.
Dilain tempat.
Di salah satu kamar hotel, seorang pria tertidur dengan nyenyaknya. Seharian ini ia sibuk meeting dengan berbagai investor tentang rencana pembuatan taman bermain terbesar se Asia. Hampir tiga hari ia tidak tidur dengan cukup. Sehari ia hanya tidur 2 jam karena setiap hari investor meminta proposal yang ia buat.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dave membuka matanya. Ia melihat layar jika neneknya menelpon.
"Ya.." jawab Dave cepat. Matanya tertutup kembali.
"Dave, kamu dimana? seminggu ini nenek gak dapet kabar dari kamu."
"Aku lagi di new york nek, nanti aku telepon lagi. Aku capek lagi tidur."
"Maaf nenek ganggu kamu. Nanti kalo kamu udah bangun telepon nenek ya.."
Dave tidak menjawab karena ia kembali tertidur. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Dave mendesah kesal. Siapa yang mengganggunya malam-malam begini?
"Siapa lagi sih!" umpatnya.
Ketika pintu dibuka, Elvira berdiri dengan senyum manisnya. Ia memakai gaun berwarna merah dengan dada sedikit menerawang. Ditangannya terdapat bunga besar seperti dari sebuah penghargaan.
"Elvira?"tanya Dave bingung.
"Iya aku. Aku kangen banget sama kamu, Dave!" ucap Wanita itu. Ia berjalan masuk kedalam kamar dan memeluk Dave dengan erat.
Dave terdiam. Ia masih bingung. "Kenapa kamu bisa ada disini?"
"Aku tau dari sekretaris kamu. Kamu lagi ada di New York. Kebetulan aku lagi ada acara juga disini. Aku seneng bisa ketemu kamu!" ujarnya tanpa melepaskan pelukannya pada Dave. "Aku mau tinggal sama kamu sementara." bisiknya menggoda.
"Dokter Al, ini jawaban dari surat yang waktu itu dokter Alena buat." ucap Suster Ana saat ia masuk dan menemukan Alena sedang duduk disofanya akibat kelelahan.
Alena membukanya. Surat permohonan untuk melakukan misi kemanusiaan. Ia memohon untuk diijinkan pergi ke daerah yang baru saja mendapatkan bencana besar. Ia tersenyum senang. Inilah keinginan ibunya. Ia bisa pergi untuk menolong orang-orang yang dibutuhkan.
"Kalo dokter Alena pergi, gimana disini?"
"Saya pergi cuma 3 bulan suster, dokter anak dirumah sakit ini bukan cuma saya. Lagipula ini cita-cita saya bisa pergi untuk misi kemanusiaan."
"Trus pacar dokter gimana?" tanya Suster Ana sambil melirik Alena.
"Saya gak punya pacar, suster."jawab Alena sambil tertawa.
"Yang kemarin itu? Yang bikin heboh rumah sakit? dokter udah putus?" tanyanya penasaran.
Alena tersenyum. Ia melihat handphonenya. Kemudian ia mengambil ballpoint dan mencoret-coret kertas didepannya. Ia tidak menjawab pertanyaan suster Ana.
Pacaran? ia bahkan tidak tahu apa artinya itu. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar sedetikpun. Namun pembangunan dirumahnya masih berlangsung. Itu artinya ia tidak bermimpi. Lalu dimana pria itu?
"Udah ah suster, saya mau pergi dulu. Nanti saya kesini lagi jam 7 malem." Ucap Alena cepat.
Suster Ana kecewa tidak mendapatkan jawabannya. Alena mengganti jubah dokternya dengan cardigan . Ia mengambil kunci mobil dan tasnya.
"Bye suster Ana..." goda Alena sambil melambaikan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Zuni Tree
perjanjian cm 2 bulan, alena pergi selama 3bln,..sia2 dong, macam gak pacar juga..
2021-08-23
1
tursina anriasi
kasihan Alena...sabar ya...SMG Dave dpt karmanya❤️
2021-05-08
1
🌸so0bin🌸
kasian deh Dave mau di tinggalin,,, bagus Alena jangan baper sama Dave,,, biar Dave duluan yang bucin 😁😁😁
2020-11-02
3