Dave dan kedua sahabatnya telah terbang menuju New York untuk bertemu dengan investor proyek yang akan mereka garap. Sebelumnya mereka tiba di Thailand dan bertemu dengan pemerintah Thailand hanya beberapa jam saja.
Dave melihat keluar jendela dan sesekali tersenyum. Ia teringat kemarin malam ketika Alena masih menangis dipelukannya.
"Siapa Varisa?"tanya Dave ketika Alena mulai tenang. Mereka kini berada ditaman rumah sakit. Alena masih menyandar dibahunya. Sedangkan Dave masih menggenggam tangan Alena.
"Varisa pasien aku sejak 4 tahun yang lalu. Dia kena kanker darah sejak usia 2 tahun. Karena kedua orangtuanya sibuk bekerja, mereka harus mengabaikan anak itu. Biaya untuk kemo tinggi, mereka kehabisan dana. Aku sengaja membantunya secara moril dan materil. Aku bikin donasi khusus buat Varisa. Banyak banget yang mau bantu Varisa sembuh. " Ucapnya pelan. Ia mulai terisak kembali.
"Udah jangan nangis. Udah takdirnya Varisa menyerah sama penyakitnya. Kamu sudah melakukan yang terbaik sebagai dokter. Aku bangga." Bisik Dave sambil memeluknya.
Alena mengangkat kepalanya keatas dan mereka saling bertatapan. Dave menghapus bulir airmata yang masih tersisa di pipinya. Dave menundukkan kepalanya dan mencium bibir Alena yang lembut.
"Jangan sedih lagi."ucap Dave ketika melepaskan diri. Ia melihat Alena masih kebingungan. Dave membelai pipi Alena perlahan.
Karena merasa terlalu mendadak, Alena menggeser duduknya dan menunduk karena malu.
Dave berdiri dan melihat Alena sambil tersenyum. "Besok aku ke New York. Mungkin seminggu atau bisa 2 minggu. Aku pergi bertiga sama mereka. Jangan kangen aku ya Al, aku pasti sering telpon kamu."ucapnya sambil tersenyum.
Alena ikut berdiri. "Aku gak akan kangen kamu. Lagian kita cuma 2 bulan punya hubungan."
Dave tertawa. Setidaknya ia bisa pergi ke New York dengan tenang saat melihat wajah Alena sudah berubah sejak tadi di apartemen.
"Mau pulang gak sayang?" tanya Dave menggodanya.
"Enggak. Aku masih ada kerjaan." Jawab Alena ketus.
"Ya udah kalo gitu aku pulang ya. Jaga diri baik-baik. Jangan nakal!" Ucapnya sambil menarik lengan dan mengecup pipi Alena dengan tiba-tiba. "Dua nol." Tambahnya sambil tertawa. Iapun pergi meninggalkan Alena seorang diri ditaman. Alena membalikkan diri dan masuk kedalam rumah sakit. Ia tersenyum.
Calvin dan Edward saling bersenggolan. Mereka berdua melihat sikap Dave siang ini. Ia terlihat tersenyum terus sepanjang perjalanannya ke New York. "Alena bener-bener bisa ngerubah Dave dalam waktu kurang dari satu bulan."ujar Calvin
"Aku gak akan nolak dikasih duplikat Alena tapi yang sedikit agak nakal. Sayang Alena gak punya adik." Ucap Edward.
Calvin tertawa mendengar ucapan sahabatnya. "Mirip Alena tapi agak nakal?"tanya Calvin dan seketika itu langsung tertawa terbahak-bahak.
"Iya, wajahnya kayak Alena. Baiknya kayak Alena. Cantiknya jangan ditanya lagi. Tapi jangan lupa, dia harus nakal juga di ranjang." bisik Edward dengan suara kecil.
Calvin tertawa terbahak-bahak sehingga sedikit mengganggu penumpang lainnya.
"Taruhan. Apa Dave bisa melewati 2 bulan tanpa punya perasaan apa-apa sama Alena?"bisik Edward. "Kalo aku sih yakin. Dengan pengalaman Dave yang luar biasa sama wanita, aku yakin."tambahnya.
"Aku gak yakin. Suatu saat Dave bakal kena getahnya." Jawab Calvin mantap.
"Oke. Hadiahnya tiket pesawat ke phuket." Ujar Edward.
"Kenapa sih suka banget ngeliat banci." Tanya Calvin
"Bukan. Ini jelas salah. Aku yakin masa depan aku ada disana." Jawabnya tenang.
"Oke, deal." Ucap Calvin lantang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sri Astuti
phuket oh phuket
2022-07-28
0
Sevi Hartanti
lah jgn2 Edward sama adeknya Alena😂😁
2021-08-01
1
Rohayah Misah
lanjut
2020-07-31
0