Aku gagal, Dave!

Alena menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar diikuti Sandra. Ia merasa cemas dan hatinya tidak enak. Varisa adalah pasien nya sejak usia anak itu 2 tahun. Anak itu lebih dekat dengannya daripada dengan orangtuanya karena mereka berdua sibuk bekerja. Ia menyayangi anak itu tanpa imbalan apapun. Yang ia inginkan hanyalah Varisa sembuh dan bisa hidup normal. Ia tidak menyangka jika kondisi nya akan langsung menurun tanpa tanda-tanda apapun.

Ketika dijalan, Alena lebih banyak diam. Ia menundukkan kepalanya untuk melihat setiap menit perubahan monitor ICU yang diberikan Suster Ana. Sandra menoleh pada Alena karena ia lebih banyak diam. Ia hanya menatap layar handphonenya.

"Al, tadi kamu denger ucapan Dave?"tanya Sandra tiba-tiba.

"Enggak." Jawab Alena pelan. Jauh didalam hatinya ia merasa tidak nyaman ketika mendengar ucapan Dave tadi ketika dimeja makan. Ia sadar jika ia hanya kekasih 2 bulannya. Tidak lebih. Ia tidak boleh menggunakan hatinya selama 2 bulan ini.

Dave melihat laptop Calvin dengan seksama. Terkadang ia merasa cemas pada Alena. Ketika ia pergi tadi, air mukanya membuat Dave tidak nyaman. Tiba-tiba Edward mendapat video call dari Mr. Pichaya. Ia berjalan menuju ruangan Dave dan menutupnya. Calvin dan Dave hanya bertatapan. Mereka khawatir pada keduanya wanita itu.

"Telepon Vin, mereka udah nyampe rumah sakit belum? Trus gimana keadaan Alena?" tanya Dave.

"Kita pergi besok pagi." Ucap Edward tiba-tiba

"Kemana?" Tanya Calvin.

"Thailand. Kita besok meeting bareng pemerintah Thailand trus dilanjut ke New York buat ketemu sama pihak sana yang mau invest." Jawab Edward tenang. Ia tersenyum sumringah. Ia tidak menyangka akan secepat itu ia dapatkan.

Dilain tempat

Alena berlari ketika baru saja sampai di rumah sakit. Ia bahkan lupa kalau Sandra yang mengantar. Ia harus cepat-cepat melihat Varisa. Ketika ia sampai didepan ICU, kedua orang tua Varisa langsung menghampiri Alena.

"Gimana ini dokter! Katanya Varisa bisa sembuh. Kenapa sekarang kritis?" tanya ayah Varisa marah-marah.

"Iya pa, maaf saya belum lihat. Saya mau lihat kedalam." jawab Alena mencoba menenangkan kedua orangtua Varisa.

"Dok!" panggil Suster Ana. Ia telah membawa jubah dokternya dan masker.

"Permisi.." ucap Alena sambil berlari.

Iapun masuk kedalam ruang ICU. Ia melihat dokumen untuk membaca beberapa tindakan yang sudah ia lakukan.

"Sel darah merah terus menurun dok. Jantungnya mulai lemah."

"Varisa sayang, mana janji kamu buat sembuh?" ucapnya sambil menangis. Ia melihat indikator jantungnya sudah semakin lemah. "Panggil orangtuanya, suster." ucap Alena dibalik maskernya. Ia terus meneteskan airmata.

Suster tiba dengan kedua orangtua Varisa. Mereka terkejut melihat kondisi Varisa yang sudah semakin lemah. Ketika indikator jantungnya mulai berjalan lurus, Alena langsung memberikan pertolongan dengan menekan dadanya dengan kedua tangannya. "Kamu bisa Varisa!" teriak Alena.

Kedua orangtuanya hanya menjerit ketakutan.

"Varisa! ingat janji kamu sama Tante. Kamu mau sembuh!" jerit Alena mengabaikan kode etik dokter. Varisa adalah sahabat kecilnya. Ia sudah terlalu sayang pada gadis cantik itu.

"Dokter,, cukup dok!" ucap Dokter Adrian yang tiba disana. Ia memegang bahu Alena.

"Varisa!!!" teriak kedua orangtuanya ketika ia melihat suster sedang melepas peralatan yang ada pada tubuh gadis kecil itu. Dokter Adrian menarik Alena untuk menjauh dan memberikan kebebasan pada keluarganya disaat-saat terakhir.

Dave bangun dari duduknya dan membawa jaketnya. Ia merasa tidak enak hati. Tak lupa ia mengambil kunci mobil dan handphonenya.

"Kemana?"tanya Calvin ketika melihat Dave pergi.

"Cari angin." Jawab Dave pendek

Edward tertawa. "Masa gak tau sih vin, udah pasti nyamperin Alena buat salam perpisahan. Kan gak mungkin kita ke New york cuma semalem." Jelas Edward.

Dave tidak mendengarkan karena sosoknya telah keluar dari apartemen. Ia membawa mobilnya menuju rumah Alena. Ia ingin menemuinya untuk memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Ketika sampai, ia melihat rumahnya sepi. Ini memang hampir tengah malam, tapi Alena sempat mengatakan jika ia tidak pernah mematikan lampu rumahnya bahkan ketika tidur. Iapun mencoba menghubunginya tapi tidak diangkat.

Dave teringat jika Alena tadi diantar oleh Sandra kerumah sakit. Tapi tengah malam begini apa mungkin Alena belum pulang?

Tanpa berpikir panjang, iapun membawa mobilnya kerumah sakit. Ketika mobilnya mendekati pintu utama rumah sakit, ia melihat Alena berjalan keluar rumah sakit dengan wajah sedih. Iapun memarkirkan mobilnya tak jauh dan berlari menghampiri Alena.

"Al, ada apa?"tanya Dave cemas. Ketika tak ada jawaban, Dave langsung memutar tubuh Alena kedepannya.

Alena tampak terpukul. Ia masih memakai jubah dokternya. Tapi wajahnya terlihat kesakitan. Kedua matanya nanar akan kesedihan yang mendalam.

"Al, kenapa?" Bentak Dave.

Alenapun tersadar dan menatap Dave. Ia mencoba untuk menahan kesedihannya. Namun ketika Dave membawanya kepelukannya, tangisan Alena pecah.

"Aku gagal, Dave. Aku gagal selamatkan Varisa."isaknya. Tangisnya pecah.

Dave membelai rambut Alena dan memeluknya erat.

Terpopuler

Comments

Ratna Dewi

Ratna Dewi

sedihhh bangt...😭😭

2020-12-08

0

Riavika

Riavika

dokter juga manusia alena,mkn udh takdir varisa,komplainya sm thor aja deh hehe...kan thor yg tentuin ....🙏😁

2020-11-04

2

Rohayah Misah

Rohayah Misah

sabar alena

2020-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!