Kamu cemburu ya Al?

Alena melihat jam tangannya. Sudah hampir pukul 7 malam tapi pria itu tidak datang. Sebenarnya Alena tidak mau menunggunya. Tapi, tadi ketika pria itu menelpon ia berkata akan menemuinya sebelum ia melakukan operasi.

“Dok, 15 menit lagi operasi. Ruang operasi sudah steril.” Ucap suster Ana ketika ia membuka pintu ruangan Alena.

Alena mengangguk. “Iya, saya kesana.” Iapun memakai jubah operasinya dan berjalan menuju ruang operasi.

Ia dapat melihat diluar ruang operasi kedua orangtua anak itu sedikit cemas. Ia menghampiri mereka sebentar untuk meyakinkan jika anaknya akan baik-baik saja. Ketika masuk kedalam ruangan, ia lihat anak itu sedang menatapnya.

"Kamu siap sayang? Ingat janji tante waktu tadi pagi?"

"Iya" jawab anak itu sambil tersenyum.

"High five!" seru Alena. Ia mengangkat tangan kanannya yang belum terbungkus sarung tangan karet. Anak itu membalasnya.

Suster Ana dan beberapa suster lainnya hanya tersenyum melihat sikap Alena ketika akan melakukan operasi. Ia selalu melakukannya sebagai tradisi agar anak itu tidak gugup.

“Dave, kamu udah tahu rumah Alena?”tanya Calvin ketika mereka pada akhirnya makan direstoran yang tadi Dave rekomendasikan. “Kapan kalian ketemu lagi?”

"Aku udah tau semua tentang Alena."

"Trus kapan kalian ketemuan lagi?"

“Harusnya hari ini. Tapi dia ada operasi jam 7. Tadinya aku mau kesana sebelum dia ada operasi. Tapi aku batalin.” Jawab Dave sambil melanjutkan makannya.

“Kenapa?”

“Buat apa? Aku bukan pacar beneran dia. Buat apa aku kasih support tentang kerjaan dia. Buang-buang waktu."

Calvin menggelengkan kepalanya.

“Kenapa?”

“Jahat kamu, Dave.”

“Loh, kenapa?” tanya Dave bingung.

“Seenggaknya kamu masih punya hati nurani dong. Gimana kalo dokter itu nungguin kamu. Harusnya tadi kamu hubungi dia.”

Dave tertegun. Ia menatap makan malamnya.

“Jam 7. Mungkin dia lagi operasi sekarang. Kita makan dulu aja, nanti aku susul kerumah sakit."

Calvin melihat sekelilingnya. Ia mengerutkan kening. "Cewek jaman sekarang gak tau malu." ucapnya.

Dave menghentikan makannya. "Kenapa?"

"Liat aja."

Dave menatap sekelilingnya. Ia sedikit terkejut melihat mereka mengelilinginya. Mencoba mencari perhatian. "Aku suka." jawab Dave sambil tersenyum. Ia menghentikan makannya dan menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan wanita-wanita itu. Calvin hanya memukul dahinya. Sifat Dave masih sama seperti dulu. Playboy.

"Kehilangan Alena baru tau rasa!" umpatnya.

Operasi yang dilakukan Alena berjalan lancar. Ia hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk mengeluarkan daging disekitar perutnya. Ia benar-benar lelah malam ini. Iapun duduk dikursi nya dan menyalakan handphonenya. Ia hampir menutup matanya namun terdengar suara handphonenya berbunyi . Ia melihat ada pesan beberapa waktu lalu. Firly menghubunginya. Ia menelpon balik.

“Apa? Aku baru beres operasi. Cape banget." ucap Alena.

“Al, tadi restoran aku kedatangan dua laki-laki ganteng banget. Restoran aku tadi rame sama perempuan-perempuan yang cari perhatian mereka. Aku sampe capek. Tadinya aku mau video call kamu, cuma handphone kamu gak aktif. Tapi seinget aku ya, yang satu pernah dateng kesini maksa-maksa minta kursi kosong."

“Siapa?”

“Aku juga gak tau.”

“Artis mungkin.”jawab Alena malas.

“Aku kirimin fotonya sama kamu ya. Biar kamu semangat buat buka restoran."

Alena menggelengkan kepalanya. Ketika ia kelelahan seperti ini, ada seseorang yang menghiburnya. Ia menyandarkan tubuhnya dikursi. Terdengar ada pesan masuk di handphone nya. Firly benar-benar mengirimkan foto pria yang menghebohkan restorannya.

Ketika ia membukanya, ia terkejut karena kedua pria yang difotonya adalah orang yang dikenalnya. Ia menunggu kedatangan Dave tadi sore namun ternyata pria itu membatalkan kepergiannya kerumah sakit ini karena ia pergi dengan Calvin? Ia seharusnya menghubunginya. Ia marah dan kesal. Iapun keluar dari ruangannya sambil membawa tas kerjanya.

Alena menuruni tangga dan berjalan menuju lobi. Langkahnya cepat. Ia sedikit mengabaikan beberapa suster yang tersenyum padanya. Ketika ia sampai dibawah, Ia terkejut ketika melihat seorang pria sedang menunggu didepan resepsionis. Sosok pria itu telah menjadi perhatian beberapa suster dan pasien disana. Alena hanya terdiam sambil menatapnya.

Pria itu menatapnya sambil tersenyum. Karena masih kesal, iapun berjalan pergi meninggalkan pria itu tanpa tersenyum padanya. Ia memutar balik untuk keluar rumah sakit dari pintu selatan.

Pasti Alena marah, pikir Dave. Ia berjalan cepat untuk sampai kedepan Alena. “Tunggu sayang.” Ucapnya. Sontak orang-orang disana langsung mengangguk. Ia tidak peduli tatapan orang-orang. Saat ini Alena adalah kekasihnya.

Alena menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam Dave. Dave hanya tersenyum tapi kemudian ia berkata. “Kamu cantik banget kalo lagi marah gitu.”

“Kamu mau apa? Ngapain kesini? Aku capek, pengen pulang."

“Mau apa?” jawab Dave. “Tentu aja jemput kamu, sayang.”

Alena melanjutkan langkahnya lagi. “Ngapain kamu jemput aku, bukannya tadi sama Calvin? Katanya mau kesini sebelum aku ada operasi?”

Dave mengerutkan keningnya. “Kok kamu tau sih? Tadi kamu nunggu aku?" tanyanya sambil berdeham.

Alena langsung menatapnya. Ia menyahut "Gak da gunanya buat aku nungguin kamu. Kamu bukan beneran pacar aku."

"Oh ya, trus kenapa sekarang marah? Gara-gara aku pergi sama Calvin? Tapi kenapa kamu bisa tau aku pergi sama Calvin?" goda Dave.

“Aku tau karena restoran itu milik sahabat aku.” jawab Alena pendek. Ia terus berjlan menuju pintu keluar.

Dave berjalan mengikuti Alena. “Sorry tadi aku gak hubungi kamu kalo aku batalin buat datang kesini. Calvin lagi butuh temen curhat. Dia lagi sakit hati sama wanita.”

“Sakit hati sama wanita?Oh, apa butuh obat?” tanya Alena sambil tertawa. Ia menghentikan langkahnya. “Please Dave, kalo ngebohong jangan kebangetan. Aku gak percaya. Buat seorang laki-laki yang sakit hati sama wanita itu gak akan ngelakuin duduk sama wanita lain. Ketawa-ketawa cekikikan, melukin mereka satu-satu. Butuh hiburan gak kayak gitu juga."

“Aku enggak.” Jawab Dave cepat.

"Ya, yang meluk mereka cuma kamu. Temen kamu enggak."

Dave tersenyum. "Kamu cemburu ya?"

“Udah cukup, aku capek. Aku mau pulang.” Jawab Alena sambil mengeluarkan handphonenya. Ia benar-benar terlihat lelah.

“Loh, kamu mau kemana? Kamu telepon siapa? Aku dateng kesini mau jemput kamu.” tanya Dave cepat. Ia memegang lengan Alena dengan kuat.

“Aku mau telepon taxi.”

Dave langsung menarik lengan Alena. “Jangan marah terus dong. Kita naik mobil barengan. Si hitam siap mengantar tuan putri kemanapun.”

Terpaksa Alena mengikuti apa yang Dave mau. Lagipula ia sudah lelah, dan tidak bisa menolak.

“Al, jangan marah dong. Dari tadi kamu diem terus.” Ucap Dave. Sejak mereka meninggalkan rumah sakit, Alena diam seribu bahasa. Dave menjadi merasa bersalah. Iapun menghentikan mobilnya dipinggir.

Dave menoleh pada Alena yang masih tidak bergerak. “Al.” Dave melepaskan sabuk pengamannya dan turun. Ia membuka pintu samping Alena dan terkejut ketika tubuh Alena ikut miring ketika ia membuka pintu. Untung Dave dapat menahan kepala dan bahunya. Alena terlihat tertidur. Dave tersenyum dan membetulkan letak duduk Alena. Ternyata sejak tadi ia tidak menggunakan sabuk dan ia tertidur.

Perlahan Dave menarik sabuk yang berada disamping Alena dan memasangnya. Sebelum menutup pintu, dave sempat menyentuh rambut Alena yang lembut. "Kasian." ucapnya pelan.

Alena terbangun beberapa saat kemudian dan langsung memperbaiki duduknya. Ia melihat keluar. Mereka berada didepan jalan dekat rumahnya. Ia menoleh pada Dave. Pria itu sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Ngapain kamu ngeliatin aku?”tanya Alena.

Dave langsung mencubit pipi Alena. “Kamu lucu kalo lagi tidur.”

Alena memegang pipinya. "Aku bukan anak kecil. Aku dokter anak."

Dave tertawa pelan.

Jangan-jangan ia mengigau, pikir Alena. Ia menggelengkan kepalanya. Dengan cepat iapun turun dari mobil diikuti Dave. Ia menatap jam tangannya. Sudah jam 12 malam. Berarti ia tertidur dua jam. Dan Dave menunggunya sampai ia bangun.

Alena membalikkan badannya dan menatap Dave. “Thank you udah nganter aku.” ia berjalan tapi tiba-tiba tangannya ditarik. “Tunggu” ucap Dave.

“Apa?”tanya Alena.

“Aku mau liat isi rumah kamu.” Jawab Dave.

“Rumah aku didesa itu. Aku disini ngontrak.”

Dave menggelengkan kepalanya. “Gak mungkin. Masa seorang dokter ngontrak.”

“Memangnya dokter gak boleh ngontrak?” ucap Alena tersinggung.

`Dave tersenyum malu. “Gak juga”

Alena melanjutkan jalannya diikuti Dave. Ia membalikkan badannya kembali. “Mau apa?”

“Aku kan tadi bilang mau liat rumah kamu.”

“Gak. Rumah aku gak pernah kedatangan pria.”

“Berarti sekarang waktunya rumah kamu didatengin sama pria.”

Alena menghentikan langkahnya dan berbalik. “Enggak!” serunya.

“Kenapa sih? Aku ini pacar kamu. Bukan tukang nguntit.” Jawab Dave. “Atau jangan-jangan kamu lupa kalo kita udah pacaran. Atau jangan-jangan kamu nyembunyiin laki-laki lain didalam?"

Alena merasa kesal. Ia menghentikan langkahnya. “Please, Dave. Jangan konyol. Kamu nyebelin. Hari ini aku bener-bener capek. Aku gak bisa."

Davepun menyerah. Ia terdiam sampai Alena sampai didepan rumahnya.

“Thank You.” Ucap Alena sambil membuka gerbang rumah.

Dave menarik tangan Alena. “Besok kamu ada jadwal?”

Alena berfikir sejenak. “Enggak, Cuma ketempat Firly siang.”

“Firly itu yang punya restoran kan?”

“Iya. Kenapa? Gak boleh?” tanya Alena.

"Oke, selamat malam sayangku. Have a good night." Dave tersenyum kemudian pergi.

Alena mengerutkan keningnya, namun ia tersenyum saat melihat kepergian Dave.

Terpopuler

Comments

dite

dite

lhah kalo ampe operasi mah dokter bedah donk, dokter anak mah ga bisa ngoperasi 😶

2021-05-07

0

N. Y

N. Y

tipe2 dave klo dunia nyata aku bayanginnya dj yrap

2021-03-01

0

Riavika

Riavika

mg jodoh ya al

2020-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!