Disepanjang perjalanan keluar dari desa itu, Dave melihat ada beberapa jenis hotel disana. Ia memutuskan untuk mampir agar semua planningnya bisa berjalan dengan lancar. Hotel disana tidak terlalu buruk. Setidaknya mereka masih menyediakan air panas dan kopi. Dua bulan bukan waktu yang lama. Ia bisa bertahan walaupun dokter itu sedikit dingin. Tapi ketika tadi pagi ia melihatnya dengan pria lain, suasananya berbeda. Sepertinya ada sesuatu pada dirinya. Mungkin karena pertemuan pertama mereka. Alena belum pernah tertawa seperti itu. Pertemuan pertama mereka ia sendiri yang menghancurkannya. Dave tersenyum sendiri.
Iapun memutuskan menginap dihotel itu semalam. "Saya pesen deluxe.." ucapnya pada petugas hotel.
"Satu bed atau dua bed?"tanya resepsionis hotel itu.
Dave melihat ke kiri dan ke kanan. "Gak ada lagi orang. Kecuali kamu mau nemenin aku." goda Dave.
Resepsionis itu tersenyum malu. Wajahnya memerah.
Dave merasa keterlaluan. Ia langsung berkata." Tolong pilih kamar yang AC nya bagus. Soalnya saya gak bisa tidur kalo AC nya kurang dingin."
"Baik pa."
Tanpa diantar bell boy, ia pergi mencari kamarnya sendiri. Tidak buruk untuk kamar sekelas deluxe, pikirnya. Besok pagi ia akan menemui dokter itu lagi. Iapun menelpon seseorang. “Bisa gak?Besok pagi aku liat dulu tempatnya. Tapi bapak sama team harus udah siap dulu” Ucapnya serius.
“Bisa pak. Saya siapkan dulu teamnya sekarang."
“Oke. Besok aku foto tempatnya. Pagi-pagi." ucapnya.
Dave mendesah lega. Tidak pernah ia melakukan hal seperti ini seumur hidupnya. Kehidupan pribadinya yang terakhir selalu terkuak oleh media namun akan hilang sendirinya seiring berjalannya waktu. Dokter muda itupun harus siap dengan konsekuensinya.
Ia membaringkan tubuhnya di ranjang. Terdengar suara berdecit ketika ia merebahkan tubuhnya. Ia hanya tersenyum. Gara-gara dokter itu ia harus mengalami menginap dihotel paling biasa.
Pagi hari menjelang, Alena mendengar suara keributan ketika ia baru saja membuka matanya. Pintu kamarnya diketuk pelan. “Mbak Alena..”
“Ya.” Jawab Alena sambil bangun dari tidurnya. Ia melihat jam dindingnya sudah pukul 7. “Kesiangan deh.”umpatnya pelan. Perlahan ia membuka pintu kamarnya. Syifa sudah berada didepan kamarnya. Wajahnya panik. “Ada apa? Itu siapa yang ribut-ribut? Anak-anak?”
“Mbak, ada orang-orang banyak. Katanya mau renovasi beberapa hari.”ucapnya cemas.
“Anak-anak?”tanya Alena panik.
“Semua anak dibawa main ke kota. Itupun yang baru datang cuma 10 orang. Nanti kalo ada tambahan yang dateng kesini katanya mau dibawa juga."
“Siapa yang nyuruh?”tanya Alena panik. Ia keluar dari kamarnya dan berjalan keluar. Ia tidak menyadari jika dirinya memakai pakaian minim.
Diluar, beberapa orang pria telah siap dengan alatnya masing-masing. “Maaf, siapa yang nyuruh kalian kesini?” tanyanya panik.
Orang-orang disana hanya menatapnya tanpa berkedip.
“Ouw, jangan keluar pake pakaian minim gitu, sayang. Mereka gak siap pagi-pagi gini, termasuk aku.” ucap seseorang yang ketika itu langsung menutupi tubuh Alena.
“Kamu?”tanya Alena kaget.
“Ya, aku. Pacar kamu yang paling tampan” jawab Dave sambil tersenyum. Tiba-tiba Dave melepas jaketnya dan menutupi sebagian tubuh Alena. “Terlalu terbuka, sayang.”
Alena tersadar dan langsung menutupi bagian dadanya dan kakinya yang mulus. “Aduh.” Pekiknya. Ia langsung berlari kedalam. Dave merasa pagi ini ia mendapat hiburan tersendiri. Ia tersenyum lebar.
“Mbak Alena ampun. Kayak anak kecil.”ucap Syifa sambil tersenyum.
Dave melihatnya. “Kamu siapa?Adiknya?” tanya Dave.
Syifa tersipu malu. “Bukan mas. Saya yang bertanggungjawab disini. Saya pegawainya mbak Alena.”
“Kamu tau dong tentang Alena?”tanya Dave
“Tau. Kenapa mas? Mas ini siapanya Mbak Alena?”
“Oh, saya pacarnya Alena.”
Terlihat wajah senang Syifa. “Wah, saya senang Mbak Alena punya pacar. Selamat ya mas, saya pastikan Mbak Alena orang yang baik.”
“Saya mau tanya-tanya bisa?”tanya Dave.
“Bisa mas. Kita didalam saja.”
Dave memberikan arahan pada orang-orang yang akan merenovasi rumah itu sebelum masuk kedalam.
Alena menatap wajahnya dicermin. Setelah mandi dan sedikit berdandan, ia mau menghampiri orang-orang itu. Ia tidak menyangka permintaannya terpenuhi dalam waktu satu malam.
Siapa nama pria itu? Lalu siapa nama neneknya? Kapan mereka berkenalan? Kenapa nenek itu ingin cucunya menikahinya? Siapa mereka?
Alena tidak mau banyak berfikir, iapun keluar kamar. Terdengar suara orang-orang berada dipaviliun depan rumahnya. Ia dapat melihat mereka mulai mengobrak-abrik paviliunnya. Tidak terlihat pria itu. Mungkin sudah pulang, ia tidak mempermasalahkannya. "Baguslah, lagian aku paper " ucapnya pelan.
Alena pergi kedapurnya. Sudah lama ia tidak membuat masakan sendiri. Lagipula tidak ada yang mengganggunya. Ia bisa membeli sesuatu dengan menyuruh Syifa untuk para orang-orang yang sedang bekerja itu.
Tadi malam tetangganya tiba-tiba datang untuk memberinya bahan makanan. Mereka tahu jika Alena datang dengan tangan kosong. Alena menjadi sangat terkenal di desanya gara-gara keberaniannya. Dan ia satu-satunya orang desa yang sukses menjadi dokter.
Padahal ia dan mamanya datang kedesa itu ketika ia berusia 8 tahun. Kedua orangtuanya bercerai dan ia harus kehilangan adiknya karena adiknya ikut dengan ayahnya. Sampai sekarang ia tidak tahu keberadaan adik dan ayahnya.
Berhubung dapurnya berada di gedung yang berbeda dengan rumahnya, iapun pergi kedapur karena lapar. Ia bahkan sedikit melupakan pria tadi karena ia pikir pria itu sudah tidak ada. Ia sedikit tenang karena tidak ada yang mengganggunya.
Alena membuka lemari esnya. Ia mengeluarkan beberapa bahan makanan. Sebagai dokter dirinya diharuskan hidup sehat. Menu empat sehat lima sempurna biasa dilakukan. Tapi ia juga selalu menyanggahnya sekali-kali seperti kebanyakan orang. Ia mulai memotong-motong sayuran dengan serius. Begitu juga dengan ayam.
“Wah, kebetulan nih aku laper.”ucap Dave tiba-tiba.
Alena terkejut dan tanpa sengaja mengiris jarinya. “Ah..”
Dave yang melihat itu langsung menghampirinya. “Aduh, sorry..sorry,”
Alena kesal. “Ngapain sih kamu kesini?”
“Ngapain? Aku lapar belum sarapan. Aku lagi keliling buat liat rumah ini. Tapi liat kamu sibuk didapur, ya udah aku samperin.”
Alena hanya mendesah. Iapun berkata.
“Aku bener-bener gak kenal nenek kamu. Mungkin nenek kamu salah orang.”
“Enggak mungkin. Nenek sendiri yang ngasih tau alamat kerja kamu. Dirumah sakit tempat kamu kerja apa ada dua dokter yang namanya Alena?”
“Enggak.”
“Ya udah berarti kamu.”
“Kamu gak takut?”
“Takut kenapa?”
Alena membawa piring dan menyerahkannya pada Dave. “Aku nipu kamu.”
“Aku gak percaya wanita berwajah malaikat kayak kamu nipu aku.” jawab Dave sambil melihat piring dihadapannya. “Wah enak nih kayaknya.”
Alena langsung mengambil piringnya sendiri dengan wajah merah. Mana ada pria yang baru dikenalnya satu hari itu langsung memberikan pendapatnya seperti itu.
Alena berdeham. Ia menjulurkan tangannya. "Oh iya, siapa nama kamu?"
Dave tertawa. "Kita udah jalan dari kemarin, kamu gak tau nama aku?"
"Gimana aku bisa tau nama kamu, di handphone aja namanya my love." sewot Alena.
"Oke, kenalin nama aku Dave Michael."
"Alena." Jawab Alena sambil berjabatan tangan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sri Astuti
walah.. klo mrk sdr kepriye
2022-07-28
0
Nani Sunarni
duuhhh suka banget nihh ceritanya...samgat thor
2021-03-29
0
Loveta Nayla
bagus...lanjut kak....
2020-11-21
0