Happy Reading ...
..
...
" eunghhh .. "
Sinar matahari mulai menyelinap dari celah jendela mulai mengusik tidur lelap seorang pemuda tampan yang masih nyaman berada dibawah selimut tebalnya.
Jemari panjangnya mulai merambat meraih jam kecil di atas nakas dengan kedua bola mata yang masih enggan untuk terbuka lebar.
Pukul 08.30 pagi ...
" ASTAGA KESIANGAN " pekiknya.
Dua bola mata pemuda itu jelas saja membulat sempurna dengan tubuh yang dipaksa untuk langsung terduduk kaget setengah mati saat mendapati dirinya bangun terlalu siang.
Tok !!
Tok !!
" Arbian , bangun sayang . Katanya ada meeting penting nak "
Suara ketukan terdengar dari arah pintu kamar nya dibarengi dengan suara lembut yang memanggil namanya.
" Iya mom , ini udah bangun kok" sahutnya dengan sedikit berteriak.
" yaudah buruan mandi , terus sarapan " jawab suara Lembut itu lagi.
" Iya mom"
Gegas , pemuda yang di sapa Arbian itu langsung berlari masuk kekamar mandi. Selama dikamar mandi dia merutuki dirinya sendiri yang bisa tidur sampai kebablasan. Padahal sudah mengatur alarm sepagi mungkin.
Dengan gerakan cepat pemuda itu berlari menuruni anak tangga seraya mengancingi kancing yang berada di kedua pergelangan nya seraya bergantian. Tak lupa , jas yang senada dengan celana yang ia kenakan itu masih terletak di lengannya.
..
...
Cup !!
" mom aku berangkat kerja dulu "
Dengan tergesa pemuda yang sering disapa Arbian itu mengecup kening sang ibu sebelum berangkat kerja.
" ehh .. Emang ga sarapan dulu ?" tahan ibunya.
" aduh mom , ga sempat Arbi udah telat buat meeting ini."
" bentar dulu "
wanita itu masih menahan lengan anaknya , lalu memberikan selembar roti yang sudah di olesi selai coklat.
" ini dimakan dulu buat ganjel perut kamu , di minum juga itu kopinya udah ga panas kok "
Tak kuasa menolak sang ibu , Arbian langsung menduduki kursi di sebelah ibunya itu lalu menyantap Roti dan Kopi itu dengan cepat.
" mom , Daddy udah berangkat ?" tanyanya disela sela menikmati sarapannya.
" iya sejam yang lalu "
Arbian hanya mengangguk saja , ia masih menghabiskan sarapannya. setelah habis ia langsung berpamitan dengan ibunya.
..
....
Setelah drama bangun kesiangan itu untung saja Arbian datang tepat waktu saat meeting tersebut.
Dan saat ini , pemuda itu baru saja selesai dari meeting nya dan berada di ruangannya sendiri. Menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya seraya menutup rapat dua bola matanya. Hingga suara ketukan pintu terdengar mengusik telingannya.
Tok !!
Tok !!
Ceklekk !!
" gue pikir lo ga bakal datang Ar , mepet banget lo datengnya" ucap pemuda yang baru saja masuk keruangan itu.
" ck , gue kesiangan Nin. Padahal gue udah atur alarm ditambah mommy udah berkali kali bangunin tapi tetep aja" keluhnya.
" kok tumben ?"
Arbian hanya menggendikkan bahunya. Dia sendiri bingung dengan apa yang terjadi dengannya. jangankan sahabat sekaligus asistennya itu , dia sendiri merasa aneh. Tidak biasanya dirinya seperti ini. Karena biasannya jika ada meeting penting dia akan menjadi orang yang paling on time menghadirinya.
" Lo semalam bergadang ?" tanya pemuda bernama Nino itu.
Arbian mengangguk , " gue kesulitan tidur akhir - akhir ini ". Akunya.
" tumben banget , lo lagi ada masalah ?"
" enggak sih " Arbian menggeleng. " eum , gue putus Nin " lanjutnya lirih.
Nino , pemuda itu menatap lekat wajah sahabatnya setelah mendengar ucapan terakhir dari sahabatnya itu.
" sama Luna ?" Arbian hanya mengangguk pelan.
" kenapa ? Karena Sisil ? Lo gila ?"
" tapi emang harus gini kan Nin. Yang gue suka itu dari dulu cuma Sisil bukan Luna ."
" Tapi , lo gak lupa kan apa yang udah cewek itu lakuin ke elo dulu ?" Arbian mengangguk " gue inget kok , tapi perasaan gue ke dia ga bisa gue apus gitu aja Nin."
" Terserah " pasrah Nino. " gue harap sih , lo ga bakal nyesel dengan keputusan lo ini. Dan gue kesini cuma mau kasih berkas yang harus lo tanda tangani ini."
Setelah meletakkan berkas yang dimaksud ke meja sahabatnya . Dengan wajah kurang bersahabat Nino langsung meninggalkan ruangan sahabat karibnya itu. Dia kesal dan kecewa dengan keputusan Arbian yang lebih memilih memutus hubungannya dengan Luna dan memilih Sisil.
Melihat pintu yang sudah tertutup kembali , Arbian menghela napasnya kasar . ia mengusap kasar wajah tampannya itu.
Ia merasa bingung dengan respon sahabatnya itu yang terkesan kecewa dengan keputusannya itu. Kenapa bisa semarah ini saat mendengar keputusannya ini. Dan kenapa sahabatnya itu begitu membenci Sisil wanita yang dia cintai itu.
..
....
" Nin , ayok makan siang bareng "
" Duluan saja pak , saya masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan." jawab Nino sopan.
Kedua alis Arbian mengerut , kenapa sahabatnya itu menjadi begitu formal saat ini. padahal mereka sudah sepakat jika hanya berdua akan berlagak seperti mereka biasa di luaran sana . Tapi akan kembali bersikap formal saat ada karyawan lainnya.
" Nin , Lo kenapa jadi formal gini sih ?" tanya Arbian dengan raut tak suka .
" maaf pak , bapak atasan saya . Saya hanya ,-"
" gue tau nin . Tapi kita cuma berdua harusnya sikap lo ga gini sesuai kesepakatan kita." ujar Arbian memotong ucapan Nino cepat.
" sekarang kita makan siang dulu , Dean sama Bimo udah nungguin kita di kafe biasa." lanjutnya.
Mau tidak mau , Nino ikut beranjak dari duduknya. Jujur dia masih merasa kesal dengan sahabatnya yang bodoh itu karena sudah memutuskan Luna gadis manis yang baik itu.
Kedua pemuda itu pergi menggunakan mobil milik Arbian dengan Nino yang menyetirnya. Sepanjang jalan Nino hanya fokus dengan jalanan tanpa menghiraukan Arbian yang kini sedang menatap tajam kearahnya.
Sesampai di tempat tujuan , setelah memarkirkan mobil. Nino bergegas memasuki area kafe dan berjalan menuju meja yang sudah ada dua sahabat lainnya denga wajah di tekuknya.
" ck ! Lama amat si kalian ini. Dean yang dokter aja bisa dateng lebih cepet " rutuk Bimo .
" noh si Nino , diajak makan malah nolak." jawab Arbian.
" lo kali yang kasih kerjaan sama Nino terlalu numpuk" ejek Bimo lagi.
" ck , terserah lo Bim."
Arbian lelah untuk berdebat dengan Bimo. Sedangkan Nino sejak datang tadi tudak pernah mengeluarkan sedikit pun suaranya. Sontak hal itu membuat Dean yang sejak tadi diam memperhatikan gelagat dua sahabatnya itu.
" Kalian berdua lagi ada masalah?" ucap Dean.
Celetukan itu berhasil membuat tiga pemuda yang tengah sibuk menyantap makan siang itu mengangkat kepala melihat kearah Dean.
Bimo yang baru sadar dengan kondisi kedua sahabatnya itu langsung ikut bersuara.
" iya juga ya . Sejak kalian datang Nino diem aja ga ada ngomong sedikit pun. Kalian ada masalah?"
kedua pemuda itu hanya kompak menggeleng. Membuat Bimo mengerutkan keningnya sedangkan Dean masih memperhatikan raut wajah kedua sahabatnya itu.
" gue udah selesai makan , kalo gitu gue duluan." ucap Nino tiba tiba membuat ketiga pemuda lainnya terhenyak.
" kita belum selesai lo Nin , kita juga belum ngobrol-ngobrol . Jarang loh buat kita ngumpul kayak gini." ujar Bimo.
" gue tau , tapi kerjaan gue masih banyak dan .."
" yakin masalah kerjaan ? Bukan karena lo lagi ngehindari gue? Gue yakin kok kerjaan lo ga sebanyak itu Nin" ucap Arbian memotong omongan Nino yang langsung mendapat sorotan dari kedua sahabat lainnya.
' mereka lagi ada masalah ?" batin Bimo .
' tumben banget Nino kayak gini ? Apa masalah mereka sih ?" batin Dean.
" tau apa lo sama kerjaan gue hah ? Lo tuh cuma bos yang bisanya limpahin kerjaan lo sama bawahan lo doang" sarkas Nino.
" gue gak kayak gitu ya Nin . Selama ini gue selalu berusaha ikut ngeringanin kerjaan lo. Gue selalu nyelesaiin kerjaan gue sendiri." jawab Arbian tak terima.
" itu dulu . Sebelum cewek sialan itu balik ke sini" ucap Nino sedikit meninggikan suaranya.
" CUKUP NIN ! Dia bukan cewek Sialan kaya yang lo omongin. Dan satu hal lagi , ini masalah hati gue pilihan gue . Lo ga berhak atur atur gue. Lo boleh kecewa karena keputusan gue untuk akhiri hubungan gue sama Luna karena sejak awal hubungan kami diawali dengan kebohongan semata."
" tapi lo bodoh kalo harus kembali dengan cewek uler itu. Dia yang udah buat lo jadi hancur tapi saat dia kembali lo malah dengan gampangnya luluh cuma liat muka sok polos dia."
" ck !! Jadi bener cewek itu lagi' ujar batin seseorang.
" NINO !" bentak Arbian. " ini keputusan gue Nin , dan gue milih Sisil ketimbang Luna. Lo harus hargai keputusan gue."
" TERSERAH !" ujar Nino tak kalah membentak. " tapi inget , jangan nyesel nantinya kalo Luna justru bahagia dengan laki laki lain."
Setelah mengatakan itu , Nino benar benar pergi ninggalin para sahabatnya itu dengan suasana hati yang buruk .
" GUE GA BAKAL NYESEL . LO DENGER ITU ." ujar Arbian meneriaki Nino yang sudah berjalan keluar meninggalkan kafe.
Dean dan Bimo membuang muka kesal. Makan Siang kali ini benar benar buruk. Padahal mereka akhir akhir ini begitu kesulitan untuk berkumpul karena kesibukan masing masing tapi setelah berkumpul malah bertengkar.
" lo beneran putus sama Luna ?" tanya Dean memastikan. Arbian hanya mengangguk.
"kenapa ? Bukannya hubungan kalian baik baik aja ? Ya walaupun diawali dengan kebohongan sih. Tapi yang gue liat lo juga sayang kok dengan Luna." sambung Bimo.
" gue ga cinta sama dia . Dan perasaan gue ke Sisil masih sama " jawab Arbian acuh. Membuat tangan salah satu sahabatnya terkepal di bawah meja.
" kalo niat awal lo cuma mau jagain Luna . Harusnya lo ga perlu pacarin dia."
Arbian membawa pandangan matanya pada sahabatnya itu. " lo juga mau marah kayak Nino , yan ?" ucapnya ketus membuat Dean membuang mukanya.
" enggak ! gue cuma takut lo nyesel "
" ga bakal "
" yakin ? Ga ada yang tau loh akhirny kek mana nanti."
" gak ! Gue yakin , gue ga bakal nyesel ."
" oke bagus kalo gitu" ucap Dean. " berarti boleh dong kalo gue usaha buat jadiin dia milik gue ." lanjutnya membuat Bimo dan Arbian menatapnya.
" Dean , Lo jangan bercanda ." ucap Bimo yang melihat raut kesal dari Arbian.
" gue serius. Toh , Arbian udah putus kan ." jawabnya acuh , sedangkan di bawah sana kedua tangan arbian sudah mengepal kuat.
" boleh kan ?"
Dean menatap wajah Arbian dengan seringai tipisnya. Ia bisa melihat wajah kesal Arbian yang tengah menatap tajam kearahnya.
" kenapa ? Kok lo keliatan ga rela gue mau ngedeketin Luna."
" Kata siapa ? Ambil aja gue ga butuh." ucap Arbian gengsi seraya membuang muka kesamping.
" bagus deh "
Dean tersenyum miring melihat respon sahabatnya itu. Dean bukan nya tak tau arti dari respon itu tapi dia cukup diam dan menikmati raut kesal itu. Apalagi sejak tadi dia jelas melihat kedua tangan Arbian yang terkepal saat membahas dirinya yang akan mendekati Luna.
" oh iya , nanti kalo gue berhasil dapeti dia. Lo ga bakal ada kesempatan buat kembali lagi."
..
....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments