Bab 10 Memberanikan diri.

Dua minggu kemudian...

Seperti biasa setiap pagi Aditya selalu bareng Aldo pergi ke kantor. Dalam perjalanan keduanya hanya diam, Aldo memperhatikan Aditya yang duduk di belakang dari spion mobil.

"Kepada Dit, wajahnya bete gitu?"

" Biasalah.. mamaku!"

" Nyuruh kamu married lagi?"

"Apalagi kalau bukan itu!" dengus Aditya kesal.

"Ooohhh..... jadi itu urusan nya habis sarapan tadi tante memanggil kamu ke kamarnya."

" Saya heran sama mama gak ada bosan-bosannya, selalu membahas masalah itu, saya baru lega empat bulan terakhir mama sudah tidak membicarakan itu, eehh tau-tau tadi pagi bahas itu lagi. "

" Ya udah kamu tinggal merried aja kelar itu urusan."

" Kamu aja yang merried?" jawab Aditya ketus.

" Saya masih muda Dit, soal merried masih jauh," jawab Aldo sambil tersenyum lebar.

" Jadi menurut kamu saya sudah tua gitu?"

" Dari saya memang kamu lebih tua kan!"

"Brengsek kamu Al."

Mereka berdua pun tertawa.

" Tapi kali ini mama sepertinya lebih keras, sampai mengancam saya segala."

" Ancaman? Maksudnya?" tanya Aldo begitu penasaran.

" Saya itu di kasih waktu satu bulan untuk mencari pasangan, kalau tidak beliau yang akan mencarikan jodoh untukku."

" Ya udah mulai hari ini kita cari pasangan untuk kamu."

" Gak ahh.... malas!"

" Kalau begitu kamu terima aja pilihan mamamu. "

" Sudah lah gak usah di bahas lagi membuat kepalaku pusing saja. "

Mereka pun melanjutkan perjalanan tanpa ada yang berbicara lagi.

Di kamar Hana..

"Hallo...! Assalamu'alaikum!"

" Walaikumsalam...Hana ini saya Dilla! sombong amat kamu sekarang di telpon hpnya gak aktif -aktif, kamu kemana aja pergi liburan?"

" Iya maaf deh...liburan apaan, ibuku sakit Dil."

" Sakit apa Han?"

"Ginjal."

"Gimana keadaan ibumu sekarang?"

" Alhamdulillah sudah lebih baik tapi beliau harus cuci darah setiap dua minggu sekali."

"Kamu sekarang masih di tempat ibumu?

" Saya sekarang sudah di Jakarta

" *U*dah balik ke kosan ya?"

" Bukan saya kerja sekarang di jakarta."

" Kerja apa?"

"ART."

" Apa? Kamu serius Han, kok bisa , terus kuliah mu gimana?"

" Panjang ceritanya nanti kalau sudah ketemu aku ceritain sama kamu, kalau soal kuliah aku belum bisa jawab nanti aku kabari kamu lagi."

"Tapi kamu udah daftar ulang untuk ambil sks kan? sayang lo Han kita udah semester akhir ni.

" Aku sudah daftar tapi gak tau apakah nanti bisa lanjut atau tidak, aku ijin sama majikan ku dulu, doa kan aku ya."

"Pasti Han. maaf aku tidak bisa bantu kamu."

" Tidak apa- apa., kamu tetap jadi sahabat terbaikku aja itu sudah cukup Dil."

" Sampai kapan pun kita akan tetap sahabat Han, ya udah sampai jumpa minggu depan di kampus ya. Daaa....!"

" Aamiin... Daaa!"

Setelah menutup telpon dari Dila, Hana duduk termenung di tempat tidur. Minggu depan perkuliahan sudah di mulai.

"Gimana nih... atau aku coba saja saran bibi kemarin, ya udah nanti habis makan siang aku coba tanya sama nyonya Ratna mudah- mudah beliau kasih saya ijin. bener kata bibi di tanya aja dulu, boleh gak boleh itu urusan nanti, kita mana tau kalau belum mencoba," bathin Hana.

"Semangat Hana...!semangat...!" bisik Hana ke diri sendiri sambil tersenyum.

Hana melihat jam dinding ternyata sudah pukul setengah dua belas siang, ia bergegas ke dapur untuk memasak makan siang, karena majikannya selalu makan siang selesai sholat dzuhur.

Kali ini Hana memasak sendirian karena mbak Sumi ijin anaknya lagi sakit.

Selesai memasak Hana kembali ke kamar untuk sholat, habis sholat ia kembali ke dapur untuk menyiapkan menu makan siang. Saat Hana hampir selesai nyonya Ratna dan suaminya tiba di meja makan.

"Waaah menu nya menggoda sekali Hana, " puji Nyonya Ratna.

" Diet papa gagal lagi kayak deh hari ini Ma, " timpakan tuan Wisnu sambil tertawa.

Hana hanya tersenyum mendengar gurauan sepasang suami-istri yang masih saja romantis di usia mereka yang sudah tak muda lagi.

"Kamu sudah makan siang Hana? " Tanya tuan Wisnu.

" Sudah tuan. "

Kedua majikannya memulai makan siang mereka, Hana masih terpaku dekat meja makan dengan gelisah, sesekali ia meremas kedua tangannya. Melihat Hana yang gelisah nyonya Ratna menghentikan makannya dan bertanya pada Hana.

"Kenapa Hana, kamu sakit?"

"Eeemmmhh...begini nyonya apakah habis makan siang ini saya bisa bicara dengan nyonya," tanya Hana ragu.

Nyonya Ratna menatap Hana dengan lembut sambil menjawab,

" Boleh, nanti habis ini saya tunggu kamu di ruang baca ya. "

Melihat tanggapan dan wajah majikannya Hana bernapas lega, sambil tersenyum senang Hana berkata

"Iya, terima kasih Nyonya...tuan... saya permisi dulu." ucapnya bersemangat dan di sambut anggukan oleh kedua majikannya.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***