Cinta Dalam Senyuman
Hari itu adalah hari yang seperti biasa bagi Maya. Langit biru cerah dan matahari bersinar terang di atas kota. Dia adalah seorang seniman muda yang tinggal di kota kecil yang penuh inspirasi seni. Maya adalah sosok yang penuh gairah terhadap seni, dan galeri seni lokal adalah tempat di mana dia sering menghabiskan waktunya, mencari inspirasi untuk karyanya yang sedang dia kerjakan.
Maya memasuki galeri seni tersebut dengan tas kanvas besar di tangannya, siap untuk menghabiskan beberapa jam di sana. Dia merasa seperti dia sedang dalam pencarian yang tak berujung untuk mengekspresikan perasaannya melalui warna dan bentuk. Maya percaya bahwa seni adalah jendela ke dalam jiwa manusia, dan dia ingin memahami jiwa-jiwa tersebut melalui karyanya.
Galeri seni itu tenang, dengan cahaya alami yang mengalir masuk melalui jendela-jendela besar. Karya seni yang menghiasi dinding-dindingnya adalah hasil karya seniman-seniman lokal dan internasional. Maya selalu merasa seperti dia berbicara dengan seni ketika dia berada di sana. Dia mengeksplorasi setiap sudut galeri, melihat setiap lukisan dan patung dengan penuh perhatian.
Saat dia berjalan melewati sejumlah karya seni yang menarik, dia merasa ada yang berbeda hari ini. Ada aura kehadiran yang dia rasakan, seolah-olah ada mata yang memperhatikannya. Maya berbalik cepat, mencari-cari sumber perasaan itu. Dan di ujung galeri, dia melihatnya.
Seorang pria berdiri di depan lukisan besar yang menggambarkan pemandangan alam yang menakjubkan.
Pria itu tampak begitu terpesona oleh lukisan itu sehingga dia tidak menyadari keberadaan Maya. Pria itu memiliki rambut cokelat gelap yang tergerai sedikit di atas bahunya, dan pakaiannya terlihat elegan dengan jas hitam dan dasi merah yang kontras.
Maya merasa tertarik oleh pria itu, dan dia berjalan mendekatinya dengan hati-hati. Dia ingin melihat apa yang membuat pria ini begitu terpesona oleh lukisan itu. Dengan langkah-langkah yang lembut, Maya mendekati pria tersebut. Ketika dia berada hanya beberapa langkah dari pria itu, dia mendengar suara pelan yang membuatnya tersenyum. Pria itu, tanpa berpaling, tersenyum sambil mengangguk setuju ketika Maya berada di sebelahnya.
Menakjubkan, bukan?" kata pria itu dengan nada yang tenang.
Maya tersenyum setuju. "Ya, benar sekali. Lukisan ini memiliki keindahan alam yang memukau."
Pria itu kemudian berbalik untuk melihat Maya, dan mata mereka bertemu. Detik itu adalah momen yang tak terduga. Kedua mata mereka saling memancarkan cahaya, seolah-olah ada ikatan yang tak terlihat yang langsung terbentuk di antara mereka. Maya merasa seakan-akan dia sedang tersenyum dengan hatinya, bukan hanya dengan bibirnya.
Apa Anda seorang seniman juga?" tanya pria itu dengan rasa ingin tahu.
Maya mengangguk. "Ya, saya adalah seorang seniman. Nama saya Maya."
Pria itu tersenyum hangat. "Saya Adrian."
Percakapan itu terasa alami, seolah-olah mereka sudah lama saling mengenal. Mereka melanjutkan untuk berbicara tentang seni, menggali pandangan mereka tentang berbagai karya seni di galeri tersebut. Adrian ternyata adalah seorang kritikus seni terkenal yang sering menulis tentang seni-seni yang dipamerkan di galeri ini. Maya merasa senang bisa berbicara dengan seseorang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang seni.
Waktu berlalu begitu cepat saat mereka berbicara tentang seni, dan mereka bahkan tidak menyadari bahwa galeri seni itu hampir sepi. Mereka tertawa dan bercanda seperti teman lama, meskipun mereka baru saja bertemu. Ada kecocokan yang luar biasa di antara mereka, sebagai dua jiwa yang memiliki hasrat yang sama terhadap seni.
Kemudian, tiba-tiba, Adrian menoleh pada Maya dengan mata yang penuh harap. "Apakah Anda ingin melihat pameran seni yang sedang saya ulas sekarang, Maya? Saya yakin Anda akan mengapresiasinya."
Maya mengangguk antusias. "Tentu, saya akan senang sekali."
Adrian mengajak Maya berkeliling galeri, memperkenalkannya pada seni-seni yang baru dipamerkan. Maya merasa beruntung bisa berada di sana bersama Adrian, mendengar pandangan kritisnya tentang karya-karya tersebut. Mereka tertawa dan berbicara tentang seni sepanjang waktu, dan waktu terasa berjalan sangat cepat.
Saat akhirnya mereka kembali ke lukisan awal yang telah menarik perhatian Adrian, mereka berdua terdiam sejenak. Lukisan itu adalah awal dari perjalanan mereka yang tak terduga, sebuah lukisan yang telah membawa mereka bersama. Lukisan itu menggambarkan matahari terbenam di atas perbukitan yang hijau, dengan warna-warna yang begitu memukau sehingga membuat orang merasa seakan-akan mereka ada di sana.
"Matahari terbenam ini benar-benar luar biasa," kata Adrian dengan suara yang lembut.
Maya mengangguk, dan dia merasa seakan-akan mereka sedang menyaksikan matahari terbenam itu bersama-sama. Ada ketenangan dalam momen itu, dan ketika mereka berpaling untuk melihat satu sama lain, mereka merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
"Terima kasih, Adrian," kata Maya dengan tulus. "Hari ini adalah hari yang luar biasa."
Adrian tersenyum. "Terima kasih juga, Maya. Hari ini adalah hari yang tak terlupakan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments