Departure (1)
*Kamu tiba didepan gedung dorm, kamu dapat melihat logo Twice yang besar diatasnya. Kamu menekan alarm dengan jantung berdebar*
Seseorang membuka pintu, ia sedang mengikat rambutnya dengan sikat gigi yang masih menempel di mulutnya
Nayeon
Ah? Weowea mewew wawu iku?
Ray
*Aku menggaruk kepalaku, kebingungan dengan bahasanya* Maaf... Aku tidak mengerti
Nayeon
*Nayeon mencabut sikat gigi dimulutnya lalu melanjutkan kalimatnya* Haha.. Maaf, maksudku.. Kau member baru itu?
Ray
Ya..ya, itu aku, kuharap kau tidak terkejut..
Nayeon
Aku sudah terkejut sejak kemarin, itu sebabnya aku tidak berteriak tadi. Jika aku tidak tau, mungkin aku akan berteriak minta tolong *ucapnya dengan santai lalu kembali menggosok gigi*
Nayeon
Oh ya hilahan mawuk wuwu *Nayeon berucap tidak jelas lagi, namun ia terlihat seperti mengajakmu untuk masuk*
Kamu perlahan masuk ke gedung dorm ini, sambil melihat kesana sini. Kamu dapat melihat foto-foto Twice yang dipajang di dinding.
Nayeon
*Nayeon keluar dari kamar mandi setelah berkumur* Oh ya, itu kamarmu *ia menunjuk ke salah satu kamar*
Nayeon
Itu belum dirapikan, sebaiknya cepat kau rapikan dan isi dengan barangmu *Ucapnya lalu duduk di sofa dan bermain ponsel*
Ray
*Aku melihat ke arah kamar yang ditunjuk Nayeon, Noona bergigi kelinci tadi. Aku membuka pintu kamarku dan melihat kamar yang kosong, dengan beberapa kardus kosong*
Ray
*aku membawa koperku masuk dan mulai meletakkan barang-barangku di lemari dan meja*
Ray
*Setelah 30 menit, aku selesai mengemas kamar. Cukup melelahkan karena aku bekerja sendiri, wanita disini tentunya tidak akan membantuku yang adalah seorang pria*
Ray
*Setelah selesai merapikan kamar, aku merasa puas. Saat aku berbalik badan, aku tiba-tiba dikagetkan oleh seseorang*
Sana
BOOM! *Sana mengejutkan ku sambil menepuk pundakku, kejahilan nya berhasil membuatku melompat*
Ray
Astaga.. Aku kira siapa.. *aku mengelus dadaku sambil berusaha mengatur nafasku*
Sana
Haha.. Kau lucu, kenalkan aku Sana, member paling imut disini *Sana memberikan tangannya untuk menyalami nya, ia juga bangga dengan kalimat akhirnya*
Ray
*aku menyalami tangannya dengan penuh rasa ragu, aku merasakan aura berbeda dari anggota satu ini. Namun ia cukup ramah*
Ray
Kenalkan aku.. Ray, hanya Ray..
Sana
Ray? sepertinya anak yang baik, kuharap begitu.. *Sana menggodaku lalu pergi meninggalkanku sambil membawa tas belanjaan nya*
Ray
*aku mulai merasa tinggal disini akan sedikit sulit. Pertama, aku berfirasat aku sering dijahili dan dikucilkan karena aku satu satunya pria disini. Kedua, aku bisa dilaporkan jika aku tidak sengaja menyentuh mereka, rasanya seperti di neraka saja*
Ray
*Tiba tiba aku merasakan gemuruh di perutku, aku baru ingat ini sudah pukul 9 pagi dan aku belum sarapan, aku tidak ingin mati karena ini tentunya. Saat aku keluar dari kamar, aku mencium aroma enak dari arah belakang*
Ray
*Aku mencari sumber aroma itu, melewati Nayeon yang sedang maskeran di sofa dan Sana yang sedang melamun. Aku menemukan seorang wanita berambut pendek sedang memasak.. Sepertinya omelet*
Jeongyeon
Aku sudah memasak punyamu, duduk saja.. *ucapnya dengan nada datar sambil tetap membalikkan telur di panci*
Ray
Ah.. Terima kasih.. *ucapku dengan gugup lalu berjalan kembali ke sofa dan duduk disamping Nayeon yang sedang maskeran dengan timun*
Nayeon
Namanya Jeongyeon, dia dingin bukan? *ucap Nayeon tiba tiba*
Ray
Ya, kau benar.. Kurasa dia tidak akan menyukaiku disini
Nayeon
*Nayeon tidak menjawab ku dan malah mendengkur, bisa bisanya ia tertidur setelah mengajak orang berbicara*
Ray
*aku menggeleng kepala dan melihat ke Sana, yang sedang melamun ke akuarium. Ia terlihat seperti autisme yang bosan* Ehem.. Sana?
Sana
*Sana tidak menjawab, lalu kepalanya tiba-tiba terjatuh ke meja. Astaga, dia juga tertidur*
Ray
*aku menggeleng kepalaku lagi, aku semakin yakin bahwa tinggal disini akan tidak baik baik saja. Menghadapi 3 wanita yang sifatnya sulit ditebak, kuharap 7 orang lainnya akan normal*
Jeongyeon
*Jeongyeon tiba-tiba datang sambil membawa sepiring omelet dengan nasi putih. Ia meletakkan nya disamping ku lalu pergi. Spertinya ini punyaku*
Ray
*aku perlahan mengambil piring itu dan menyantap omelet nya. Betapa aku terkejut, aku kembali memuntahkan omeletnya. Omelet yang barusan kumakan rasanya manis seperti buah-buahan*
Jeongyeon
*Jeongyeon kembali sambil membawa sepiring omelet lagi, ia mengerenyitkan keningnya saat melihatku menyantap omelet manis tadi*
Jeongyeon
kenapa kau memakan punya Mina?
Ray
Mina? ini bukan punyaku? *aku bertanya dengan panik sambil mengelap mulutku dengan tisu*
Jeongyeon
*Jeongyeon menggeleng* ini milik Mina, ia suka omelet dicampur stroberi dan nanas..
Ray
apa-apaan.. *aku meletakkan omelet aneh itu kembali dan menerima omelet yang normal dari Jeongyeon. Kutarik kata-kataku, kuharap 6 orang lainnya normal. Satu orang ini memiliki selera yang aneh*
Chaeyoung
*seseorang tiba-tiba keluar dari sebuah kamar. Ia sedang bermain gimbot sambil keluar dari kamar. Saat ia melihatku, ia memiringkan kepalanya* hm? Member baru?
Ray
*aku yang sedang memakan omelet melihat ke sumber suara* ya itu aku, Ray.. Salam kenal
Chaeyoung
*ia tersenyum lalu memberikan tangannya kepadaku* Salam kenal aku Chaeyoung..
Ray
*aku sedikit terkejut, akhirnya bertemu satu orang yang normal disini. Aku membalas senyumannya dan hendak menyalaminya. Saat aku mengangkat tanganku, Chaeyoung tiba-tiba menarik tangannya*
Chaeyoung
Hey apa ini? Astaga eh! Sial! Aku mati.. *ucapnya dengan kesal. Chaeyoung lalu menatapku dengan sinis lalu kembali masuk kamar, tidak lupa membanting pintu*
Ray
*aku yang menyaksikan tragedi itu terdiam di tempat, bisa-bisanya aku disalahkan karena ia kalah di gimbot nya. Tersisa 5 orang yang kutunggu untuk normal..*
Comments