BAB 9

Hari hari berlalu semenjak kejadian malam itu, tak satu patahpun keluar dari bibir keduanya. Setip hari selama dua minggu mereka hanya duduk diam bersama menikmati makan di meja makan, lalu pergi kembali ke kamar masing masing tanpa saling tegur.

Setiap pagi keduanya selalu berangkat sekolah masing masing. Dan di sekolah pun tak ada satupun tegur sapa seperti hari hari sebelumnya sebelum mereka menikah.

"Lo telat lagi?" tegur Rafa namun lebih kalem tanpa bentakan pada Arin.

"Iya, Lo mau hukum Gue apa sekarang?" pasrah Arin memang datang erlambat dan harus di hadang Rafa dengan penampilan culun di depan gerbang sekolah.

"Maafin Gue atas malam itu. Gue khilaf Rin" lirih Rafa baru mendapat kesempatan untuk bisa berbicara tanpa Arin menghindar.

"Gue harus bersihin toilet kan ? Gue kerjain sekarang" pungkas Arin berlalu pergi dengan motornya, meninggalkan Rafa yang membuang napas panjang karena tak dihiraukan permintaan maafnya.

Ia tahu apa yang telah dilakukannya sudah keterlaluan, namun mengingat dirinya sebagai seorang suami tentu saja menyentuh istri sendiri adalah hal wajar. Tapi pemaksaan yang mengiringi perbuatan itu masih membuatnya merasa bersalah.

Seakan tangannya masih bisa merasakan berapa ukuran dada istrinya, hingga setiap malam terasa seperti hukuman mengingat apa yang telah Ia lakukan dengan paksa. Wajar saja jika Arin tak memaafkan dirinya cukup mudah atas perbuatan paksa suaminya kala itu.

"Lo tunggu sini Gue ada perlu sebentar" pamit Arin pada Alex dan Adi yang juga berjaga di pagar setiap pagi.

"Kemana tuh bocah? lesu amat" gumam Alex melihat sahabatnya bertjalan seperti tanpa nyawa.

Rafa memutuskan untuk kembali mencoba meminta maaf pada Arin dan menyusulnya ke toilet sekolah, dimana Arin mulai membersihkan dengan sikat gigi sebagai hukuman setiap kali Ia datang terlambat.

Dengan kasar Rafa mengambil sikat gigi yang digunakan Arin untuk menggosok kamar mandi sambil berjongkok.

"Berhenti! cukup!" tegas Rafa menahan suara agar tak terdengar oleh lainnya.

"Apaan sih Lo Fa, jangan mulai deh Gue lagi engga minat buat berantem" lirih Arin seperti seseorang yang tak memiliki tenaga karena rasa lelah harus mendorong motornya yang mogok tadi.

Matanya mulai terpejam kilas mengiringi napas panjang terhembus lalu menutup rapat pintu kamar mandi dimana hanya ada mereka berdua di dalam.

"Ini sdekolah Fa, Lo janganmacam macam. Gue beneran bisa teriak sekarang!" ancam Arin takut mengingat betapa buasnya Rafa malam itu.

"Gue kangen sama Lo" lirih tulus Rafa memeluk erat tubuh Arin tanpa balasan.

"Maafin Gue, Gue cemburu saat Lo sama Niko. Gue cinta sama Lo Rin, Lo istri Gue" tulus kembali Rafa membulatkan mata tak percaya Arin mendengar perkataan ketua OSIS galak tersebut.

"Gue pengen Kita jalani pernikahan Kita sesungguhnya bersama, Gue engga mau kehilangan Lo Rin" terus Rafa mengutarakan isi hati dengan begitu tulus dan penuhy perasaan.

Rasa tak percaya bersarang kuat dalam benak dan perasaan Arin. Tak menyangka jika cowok yang masih begitu erat memeluk itu mulai memiliki perasaan terhadap dirinya.

"Sejak kapan?" tanya Arin ingin tahu.

"Gue engga tahu pastinya, tapi Gue cemburu saat Lo pelukan sama Niko di apartemen. Gue nunggu Lo di bawah  malam itu Rin" jelas Rafa menyentak batin arin seketika, dan merasa wajar jika Rafa melakukan hal itu karena bagaimnapun juga Ia tetap seorang suami yang tak rela melihat istrinya bersentuhan dengan pria lain.

"Maafin Gue Fa, Gue engga berniat sakiti Lo. Lo emang berhak atas diri Gue, tapi jujur Gue belum siap lakuin apa yang Lo mau, kewajiban Gue sebagai istri" lembut Arin lirih.

"Gue engga akan maksa Lo lakuin itu, tapi sekarang Gue cuma mau Lo maafin Gue karena malam itu" jelas kembali Rafa masih tak tenang sebelum mendapatkan kata maaf istrinya.

"Gue maafin Lo" seru Arin tersenyum dalam dekapan Rafa.

"Gue juga bakal putus sama Niko" tambah kembali Arin sudah yakin dan memantapkan hati seketika mendengar ucapan tulus Rafa.

"Makasih" singkat rafa dengan hati bahagia.

Pelukan sama sama mereka lepas perlahan mengingat keduanya masih dalam lingkungan sekolah. tatapan mulai beradu di antara keduanya hingga menjadi sebuah kenikmatan saling menikmati bibir pasangannya. Entah siapa yang memulai lebih dulu, namun arus itu begitu kuat menyeret keduanya dalam sebuah perasaan aneh hingga tersadar ketika bel masuk berbunyi.

Arin lebih dulu keluar kamar mandi usai memastikan jika susah sepi, sementara Rafa masih dengan senyum mengembang merasakan kebahagiaan yang seakan ingin meledakkan dadanya saat itu juga. Baru kali ini sebuah ciuman hangat dengan ketulusan mereka lakukan berdua.

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

Rafa gentle

2023-10-04

0

Rara Kusumadewi

Rara Kusumadewi

nah gitukan seneng lihat nya ...klo romantis....Arin jgan egois....LG.. skrg km udah nikah...loh

2023-07-15

0

Nina Puji Handayani

Nina Puji Handayani

nah g2 dong...oh indahnya dunia kalo udah saling cinta 🥰🥰🥰😍😍

2021-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!