BAB 6

Pintu kamar yang tertutup langsung di masuki oleh Rafa tanpa mengetuk lebih dulu. Kepalnya seketika menggeleng dengan napas kasar terbuang melihat Arin begitu lelap tertidur tanpa mengganti lebih dulu seragam sekolahnya.

"Arin bangun, makan dulu baru tidur lagi" coba Rafa membangunkan tidur lelap istrinya.

"Arin" tambah cowok yang sudah duduk di tepi ranjang tersebut menggoyangkan pelan tubuh Arin agar terbangun, namun tetap tak mendapatkan respon.

"ARIN BANGUN!" teriak kesal Rafa, karena Arin tidur seperti orang mati saja.

Walau sudah berteriak kencang, namun tetap tak berhasil mengganggu mimpi indah Arin, hingga pikiran nakal pun mulai tumbuh dalam benak Rafa.

"Sayang, istriku ayo bangun. Kalau masih engga mau bangun, Aku cium sekarang ya" goda Rafa menggigit kecil telinga istrinya masih terlelap.

Merasa geli pada telinga yang di gigit dengan napas di buat buat oleh suaminya, seketika Arin terperanjat memasang wajah marah.

"Berani banget Lo kaya gitu? sekali lagi Gue tonjok Lo!" geram Arin dan bergegas menuju kamar mandi, meninggalkan suaminya yang masih terbahak di atas tempat tidur.

Tak perlu waktu lama, Arin sudah keluar dengan mengenakan celana hotpant dan kaos putih oblong sedikit terawang. Seketika mata Rafa pun membulat melihat keindahan yang berjalan menuju arah pintu tersebut.

"Nih anak maunya apa coba? mau Gue terkam apa gimana sih pakai kaya gitu?" gumam Rafa dalam hati tanpa melepaskan sedikitpun pandangan pada tubuh Arin yang terlihat menggoda dibalik pakaian sederhana.

Menyadari tatapan tajam cowok di atas ranjang tersebut, cepat Arin keluar dengan membanting pintu langsung menyadarkan Rafa dari lamunan serta fantasinya.

"Dasar barbar engga ada etika!" kesal Rafa bergumam karena kaget.

Ia pun memutuskan menyusul Arin kebawah masih dengan jantung berdetak cepat karena rasa kagetnya tadi. Ketika sampai di meja makan, kembali Ia membuang napas kasar. Arin yang sudah duduk di meja makan malah tengah asik berbincang manja bersama Niko melalui sambungan telpon. Walau tengah mengobrol, namun mulutnya tak henti mengunyah sama sekali.

Seketika Rafa mengambil satu piring dan diisi dengan banyak makanan, seperti merangkap jatah makan satu hari menjadi satu piring. tatapan heran asisten rumah tangga pun ditujukan pada cowok ganteng bertubuh tinggi tersebut, karena tak biasanya Rafa makan dengan porsi kuli bangunan satu tim.

Tanpa pikir panjang dan menunggu persetujuan, Rafa melahap satu sendok penuh makanan dan berganti untuk menyuapi gadis yang masih asik dengan ponsel di telinga. Dengan menarik pundak Arin, Rafa langsung memasukkan satu sendok makanan ke mulut Arin begitu Ia menoleh.

Tak ada protes karena takut terdengar oleh Niko, Arin menurut saja setiap suapan yang di masukkan suaminya ke mulutnya. Walau Ia tahu jika sendok yang di gunakan lebih dulu masuk ke mulut Rafa. Senyum sini dikembangkan Rafa begitu melihat Arin memajukan bibir menerima candaan pacarnya. Langsung saja bibir tengah maju tersebut di kecup lembut Rafa kilas, hingga membuat Arin melotot tajam.

Asisten rumah tangga yang juga memperhatikan itu hanya tersenyum saja melihat putra majikannya bertingkah seperti itu. Namun Arin tetap terbengong tak percaya karena ciuman pertamanya di curi begitu saja, tak seperti apa yang Ia harapkan selama ini.

Dimana Ia mengharapkan jika ciuman pertamanya akan dilakukan pada momen romantis dibawah sinar bulan. Sedangkan Rafa langsung berlalu pergi ke taman dan mulai menyalakan laptop, usai mencium lembut bibir istrinya untuk pertama kali.