IPAR

IPAR

Kepergianya Membuatku Membencinya

Siang itu langit terlihat gelap, angin berhembus bersamaan dengan rintik hujan membuat suhu semakin dingin, musin hujan di kota ini masih berlangsung. Kali ini di musim berkah sebuah keluarga tengah berkabung bahkan langit yang tampak semakin gelap seolah ikut merasakan duka yang dialami keluarga itu.

" ... Sebab engkau dari debu dan engkau akan kembali menjadi debu ..."

Acara pemakaman sedang berlangsung, seorang pendeta memberi nasihat untuk mengobati luka dan air mata yang bercucuran dari mereka yang tertinggal.

Varga Sadah, masih terus terisak bahkan terdengar lebih menyayat hati bagi siapapun yang mendengar. Ia memeluk photo istrinya setelah lubang besar itu di tutup rapat dengan tanah. Tubuhnya bergetar di sandarkan pada siapapun yang ada di belakangnya. Begitu juga dengan Nisa mertuanya air matanya tak ada hentinya terurai. Namun diantara mereka yang berduka ada seorang yang berdiri tampak tenang berlindung dibawah payung hitam dengan kaca mata hitam menutup matanya.

Meski tampak tenang, bukan berarti ia tak berduka. Mungkin bisa di bilang hatinya lebih hancur daripada mereka yang hanya di tinggal tanpa sebuah permintaan yang begitu sulit ia berikan.

Dua belas jam yang lalu ia terlihat tanpa beban, tertawa lepas bersama ketiga temannya. Menertawakan orang -orang disekitarnya yang terlihat konyol hingga berencana akan mengakhiri masa remajanya di sebuah Bar sebagai tanda kalau mereka bukan ABG lagi. Tapi rencana itu buyar sesaat setelah ia mendapatkan kabar dari Ibunya lewat telpon.

Ring --- Ring--- Ring---

"Iya Mama, " sahutnya setelah menekan tanda jawab. Memberi isyarat lewat jarinya pada teman-temannya sedang terbahak untuk memberi ruang baginya.

"Ra ...," Aralia mengerutkan kening suara dari seberang sana terdengar sedih.

"Mama, ada apa?" Sahutnya merasakan ada sesuatu yang terjadi.

"Rena ada di rumah sakit, kakakmu itu sedang di operasi." Kata Nisa tak bersemangat, dari nada itu Aralia bisa merasakan ada kesedihan tersirat di sana. Untuk beberapa saat hening Ara menunggu ibunya mengatakan sesuatu tapi yang terdengar hanya tarikan napas berat.

"Ara akan kesana, Ma." ujarnya mematikan ponsel, Aralia menyesal saat melihat ketiga temannya yang kini sudah menatapnya.

"Teman-teman aku harus pulang, sorry rencana kali ini kita batalkan tapi kalau kalian mau pergi tanpa aku—,"

"Ada apa? Kita sudah sepakat malam ini akan mencoba hal yang belum pernah kita lakuin, yaitu party di Bar." —ucap Cayrol bersemangat

"Iya, kalian tahu aku yang paling bersemangat untuk itu. Tapi ada sesuatu yang terjadi, ah --- begini kakaku akan melahirkan."

"Dan itu kabar baik kan? Kita rayakan—," sahut Ilir tak kalah semangatnya.

"Sorry! mama menelpoku suaranya terdengar sedih. Seperti yang aku bilang kalau kalian mau pergi tidak masalah." kata Aralia dengan raut sedih.

"Mungkin ada sesuatu yang terjadi. Pulanglah! Lain kali kita rencanakan ulang." Lea yang paling pendiam di antara mereka berujar menepuk bahu Aralia, mengerti.

"Sorry ...," ujar Aralia.

Langit terlihat mendung, sementara tubuh Aralia hanya berbalut jeans biru laut dipadukan dengan kaos bewarna putih awan merasakan dinginnya hembusan angin yang membawa gerimis berlabuh kebumi. karena itu ia memilih menghentikan taksi daripada naik transportasi online seperti sepeda motor untuk berjaga-jaga kalau hujan akan turun deras.

Rumah sakit yang ada di kota ini tak hentinya di datangi orang-orang yang berkepentingan. Aralia yang sudah menapak kaki disana mengambil langkah lebar menuju ruang tunggu dimana ibunya berada. Tak butuh waktu lama untuk menemukan tempat itu setelah mendapat arahan dari bagian informasi yang ada di lobi rumah sakit.

Disana dua orang terlihat gelisah, Aralia mendekat tanpa bersuara.

"Kau sudah datang, Sayang." Kata Nisa dengan suara kecil dan bergetar.

Aralia mengangguk mengambil posisi duduk di sebelah ibunya, mengelus lengan Nisa mencoba menenangkan wanita lima puluh tahunan itu agar terlihat tenang.

Sementara pria bertubuh tinggi yang tak jauh darinya berulang kali mengusap wajahnya sembari melangkah mondar- mandir menunggu dengan rasa cemas.

Ceklek

Seorang perawat tiba-tiba keluar dari ruang operasi.

"Pasien meminta suaminya, ibunya dan adiknya masuk sebentar keruang ini."

ketiga orang yang dipanggil itu saling bertatapan, tak seharusnya begitu. Dan apa yang membuat Rena harus memanggil mereka bersamaan.

"Suster bagaimana kondisi istriku?" Tanya Varga sebelum perawat itu kembali masuk kedalam ruangan.

"Dokter akan menjelaskannya nanti di dalam, Tuan."

Tanpa menunggu lama ketiganya mengikuti perawat masuk kedalam ruang bersuhu dingin itu.

"Sayang, " Varga bergegas begitu melihat Rena yang masih terpasang alat-alat medis. Menggenggam tangan Rena sembari mencium kening istrinya itu dengan sangat lembut.

"Hun, Ra." Suaranya kecil dengan tatapan sendu, terlihat lelah dan pucat.

Mendengar namanya di panggil, Aralia melepas tangannya dari lengan Nisa yang sedang menatap bayi merah terbungkus lampin di dalam ranjang kecil. Lalu menghampiri Rena yang terbaring lemah.

Sesaat Rena membuka mulutnya, ia ingin mengatakan sesuatu tetapi terlihat sangat berat. Dari sudut mata wanita yang baru saja melahirkan itu terjatuh air mata yang membuat Aralia kebingungan.

"Kak ... ada apa?" tanya Aralia, mata Rena tak berkedip menatapnya dengan raut sedih. Sesaat keadaan hening, Varga, Aralia maupun Nisa dibuat kebingungan oleh tatapan Rena yang menyendu.

"Rena ... ." Nisa berucap, mengelus kaki Rena tapi karena efek bius Rena sama sekali tak merasakan hangatnya tangan Ibunya itu.

Kedua tangan Rena bergerak, mengambil tangan Aralia yang ada di sisi kiri dan Varga di sisi kanannya. Menggenggam kedua tangan itu lalu berkata.

"Titip pu-putri kita, dia sangat manis. Aku ingin kalian berdua menjaganya. Ara adikku jadilah Ibu bayi i-itu. Kumohon."

"Apa yang kau katakan!" Aralia sontak melepaskan tangannya dari Rena, tak percaya dengan apa yang ia dengar, sementara Varga menggeleng-gelengkan kepala mengeratkan genggaman Rena.

"Kakak mohon ...." Aralia menggelengkan kepala, menolak.

Rena terdiam menampakkan raut mengiba, dan terakhir menatap bayi merah yang ada di ranjang kecil di ruangan itu. Perlahan Varga merasakan genggaman Rena melemas, tangannya tak lagi merasakan gerak Rena.

"Rena."

"Kakak."

"Re."

Ketiga suara itu bersamaan memanggil dengan panik. Tak ada sahutan atau gerakan apupun dari Rena.

Varga berteriak memanggil dokter. Aralia melangkah mundur tanpa mengalihkan tatapannya dari Rena.

Seketika ruangan itu menjadi tempat ratapan.

Nisa memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, air matanya sudah tak dapat dibendung lagi.

Varga berusaha menyadarkan Rena dengan menepuk pipi istrinya itu. Sementara Aralia ia terduduk setelah tubuhnya mentok ke dinding. Menangis sampai tubuh kecilnya gemetar. Gadis itu memeluk kedua kakinya, melihat Rena yang pucat di tangani team medis.

Tangis itu semakin kencang ketika mereka mendengar dokter mengatakan.

"Catat jam kematiannya. Pasien sudah tiada."

Hari itu hari yang menyedihkan, hari yang menyakitkan bagi keluarga Nisa, Varga dan Aralia.

Rena sudah tiada, wanita yang melahirkan bayi cantik itu kini pergi dengan senyum dan rasa tenang. Ia berhasil berjuang menjadikan pria yang ia cintai menjadi seorang ayah, menjadikan seorang wanita yang ia sayangi menjadi seorang nenek dan ... adik terkasihnya, entah permintaanya akan di penuhi atau tidak yang pasti Rena sudah memintanya.

Keluarga berkumpul untuk mengadakan acara pemakaman dan sampai saat itu juga hujan rintik masih turun.

Awan gelap terlalu kejam menyembunyikan sinar terang matahari, begitu juga dengan Rena yang begitu tega meninggalkan orang- orang yang mencintainya.

Sebagian keluarga sudah meninggalkan pemakaman. Begitu juga dengan Varga dan Nisa mereka dibantu keluarga yang lain meninggalkan tempat itu. Tapi Aralia masih berdiri dibawah payung hitam menatap nisan Rena yang sudah basa karena gerimis.

"Aku membencimu." Katanya tak dapat menahan tangisnya hingga kembali pecah.

Terpopuler

Comments

Asmawatikadri Wati

Asmawatikadri Wati

siapa yach yg dibenci oleh Ara.. Varda atokah kakaknya Rena

2022-09-05

1

HenyNur

HenyNur

mampir langsung nyesek 😭😭😭😭😭

2021-08-08

0

Ifhon

Ifhon

lanjut

2021-07-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!