Part 5 - Aku, Kau dan Dia

Rian menatap perempuan itu dalam-dalam. Memperhatikan langkah gontai yang mulai menjauh. Dari kejauhan, punggung Alia tampak bergetar. Sedetik kemudian, tangan kirinya mengusap lelehan bening yang mengalir deras.

Alia telah menghilang dari balik pintu. Sejenak, Rian memikirkan nasib wanita itu. Rasanya tidak tega membiarkan perempuan sebaik dia harus disakiti oleh laki-laki seperti Arya. Meski Arya adalah teman dekatnya, Rian tidak pernah berada di pihak Arya.

Jemari Rian cekatan membuka aplikasi perpesanan hijau dan mencari nama Arya di sana. Di dalam lubuk hatinya, Rian merasa bersalah; tak seharusnya ia turut mencampuri masalah rumah tangga mereka.

[Tolong ke rumah sakit sekarang. Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu.] Isi sebuah pesan whatsapp yang ditujukan untuk Arya.

[Baiklah! Aku akan ke sana sekarang.] Sebuah pesan balasan dari Arya tiba-tiba masuk, hanya berselang sepersekian detik.

[Ok.]

Waktu terus berlalu. Jarum jam telah menunjukkan pukul satu siang. Namun, belum ada tanda-tanda kehadiran Arya di sini.

Rian memainkan gawai. Sesekali, ia membuka perpesanan hijau. Pesan yang dikirimkan kepada Arya hanya bercentang biru.

Tok! tok! tok!

"Silakan masuk!" ucap Rian dengan tatapan masih terpaku ke layar gawai.

"Ada apa, Bro?" Suara bariton itu mengejutkan Rian. Ia menatap ke arah lelaki jangkung yang berada di balik pintu.

"Duduk, Ar!"

Lelaki itu mengangguk sembari mengukir senyum tipis. Detik kemudian, ia duduk di depan Rian. Netranya menatap lekat ke arah laki-laki berjas dokter tersebut. Ia hanya diam, menunggu Rian mengutarakan maksudnya.

"Jadi, begini. Em ...." Rian masih menggantungkan ucapannya.

Arya mengernyitkan dahi dan menaikkan sebelah alisnya. Namun, ia masih menunggu Rian melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Alia?"

"Baik," jawab Arya cepat.

"Lalu, kenapa kau tidak pernah mengajaknya check-up lagi, Ar? Apakah Alia sudah positif?"

"Hahaha ... positif apa? Alia itu mandul, Bro.  Jadi, tidak ada gunanya aku mengajaknya periksa lagi." Lelaki itu menepuk bahu Rian sambil menahan tawa.

Entah, mengapa jawaban yang terlontar dari mulut sahabatnya begitu membuat Rian naik pitam. Arya begitu merendahkan harga diri istrinya. Padahal, Alia rela dituduh mandul untuk melindungi harga diri suaminya. Perempuan sebaik Alia jarang ditemukan di dunia ini.

"Kau bilang apa tadi?"

"Istriku itu mandul, Bro. Lagipula, aku sudah bosan dengan wanita itu. Sebagai laki-laki, aku merasa tidak punya harga diri jika dia tak kunjung hamil. Bukan begitu, Bro?" Tangan kanan Arya mengusap pelipisnya beberapa kali. "Sudah? Kau menyuruhku kemari untuk menanyakan kondisi wanita itu saja, hah? Sungguh membuang waktu, Rian! Bagaimanapun, Alia mandul! Dia tidak bisa sembuh!"

Bughh!

Sebuah bogem mentah mendarat di sudut bibir Arya. Darah segar mengucur deras. Lelaki itu meringis, tangan kanannya mengusap bekas hantaman yang terasa nyeri.

"Kau bodoh, Arya! Karena isi kertas itu menyatakan bahwa istrimu mandul, lalu kau percaya begitu saja? Bodoh!" maki Rian penuh amarah.

"Hei, Bung! Bukankah kau sendiri yang memberikan hasil tes lab kepada Alia? Oh ... aku tahu, kau hanya kasihan kepada wanita itu. Jadi, kau membelanya sampai seperti ini. Hahaha ... licik!" Arya menyeringai sambil terus memegangi sudut bibirnya.

"Hahaha ... Arya ... Arya. Tidak kusangka, kau begitu bodoh! Apa kau tak pernah berpikir kalau hasil tes itu rekayasa, hah?"

"Apa maksudmu, Rian?"

"Iya, seperti yang kau dengar tadi. Hasil tes lab itu palsu, Ar." Rian menyeringai. "Kau pasti tidak tahu kalau istrimu adalah malaikat tak bersayap. Ia rela disebut mandul demi membahagiakan suami yang sangat dicintai. Kasihan sekali wanita itu," ujar Rian menjelaskan.

"Aku tidak percaya!"

"Terserah! Itu faktanya. Kau lelaki mandul, Arya! Meskipun menikah dengan wanita lain, kau tidak akan mendapatkan keturunan! Pikirkan kembali sebelum istrimu benar-benar meninggalkanmu," tutur Rian.

Arya hanya bergeming. Matanya menatap kosong. Mungkin, perasaannya mulai campur aduk. Bak senjata makan tuan, justru Arya yang mengalami kemandulan.

"Kenapa kau diam saja, hah? Kalau tidak percaya, silakan melakukan tes ulang bersama Alia. dr. Kevin akan menangani masalah ini. Siapkan hatimu untuk menghadapi risiko terburuk," sindir Rian.

Mendengar penuturan Rian, emosi Arya memuncak. Matanya melirik tajam ke arah Rian. Napasnya kian menderu. Sedetik kemudian, ia berlalu meninggalkan Rian yang masih menatapnya.

Brakk!

Tanpa pamit, Arya menghilang dari balik pintu. Rian hanya mengelus dada, menyayangkan perubahan sikap sahabatnya. Bagaimanapun, Rian tidak akan membiarkan Alia berada dalam jurang keterpurukan.

Tiba-tiba, bayangan Alia terlintas dalam benak Rian. Lelaki itu langsung mengambil gawai yang terletak di sisi kanan meja kerjanya. Ia membuka whatsapp dan mencari nama Alia di sana.

[Jangan khawatir, Alia. Aku sudah memberi tahu semuanya kepada suamimu. Namun, kau jangan menanyakan apa pun kepada Arya. Pura-pura tidak tahu saja.] Isi pesan yang dikirim kepada Alia.

Klung!

Gawai Alia bergetar, layarnya menyala seketika. Sekilas, Rian melihat bahwa Alia yang mengirim pesan untuknya. Jemarinya cekatan meng-klik pesan itu.

[Apa Mas Arya marah?]

[Tidak, Al. Arya menerima dengan lapang dada. Setidaknya, ia tidak akan merendahkanmu lagi.]

[Benarkah?]

[Iya, Al. Ingat, kau harus berpura-pura tidak tahu tentang hal ini agar Arya tidak curiga.]

[Baik, Mas. Terima kasih🙏.]

***

Senja berganti petang, langit mulai menghitam. Jarum jam seperti berputar lebih cepat, mengarah tepat di angka tujuh. Namun, Arya tak kunjung datang. Rasa hati mulai gelisah. Berbagai perasaan buruk berkeliaran tak tentu arah.

Tin! Tin! Tin!

Mendengar bunyi itu, Alia bergegas membuka pintu. Ia mendapati lelaki yang dicintainya berada menunggu di balik pintu. Namun, ada yang aneh dengan Arya. Air mukanya kusut, tidak ada sedikit pun senyum yang tersungging di sudut bibirnya. Kemeja putih yang dipakai juga terlihat kusut.

"Assalamualaikum, Mas." Alia meraih tangan kanan suaminya, lalu menciumnya perlahan.

"Walaikumsalam," jawab Arya lemas. Setelah itu, ia menyerahkan koper kepada istrinya.

"Kenapa baru pulang, Mas?" 

"Ada lembur di kantor, Al," jawabnya singkat.

Lelaki itu tidak banyak bicara seperti biasanya. Bahkan, ia melewati Alia begitu saja. Netra wanita itu mengikuti setiap pergerakan Arya. Langkahnya tampak gontai, seperti ada yang disembunyikan.

"Makan dulu, Mas!" ajak Alia.

Arya mengangguk pelan, kemudian berbelok ke meja makan. Keadaan masih sama, lelaki itu tetap bergeming. Namun, Alia tidak memedulikan hal itu. Ia tetap mengambil nasi dengan porsi jumbo, lalu menghidangkan di hadapan suaminya. Setelah itu, Alia menuang capcay beserta kuah ekstra. Ia berharap suaminya akan menghabiskan makanan yang disajikan.

Manusia hanya bisa berusaha, tetapi Allah yang menentukan. Benar, Arya menghabiskan separuh porsi saja. Hal itu tidak sesuai dengan harapan Alia. Setelah itu, Arya beranjak dan beralasan ingin mandi. Perasaan Alia makin tidak karuan. Ada hal janggal dari sikap suaminya.

"Kenapa tidak dihabiskan, Mas?" tanya Alia ketika melihat sisa makanan di piring Arya.

"Aku sudah kenyang, Sayang," ucapnya dengan wajah datar. Tidak ada senyum yang tersungging di poros bibirnya. "Aku mandi dulu, ya." Arya beranjak meninggalkan Alia yang terus menatapnya.

Perlahan, Alia mulai membuntuti suaminya. Lelaki itu mengarah ke kamar, lalu masuk ke kamar mandi. Melihat situasi sudah aman, wanita itu masuk dan merapikan pakaian Arya yang berserakan di atas kasur. Ia mengambil jas dan kemeja milik suaminya. Namun, sebuah benda meluncur dari saku kemejanya.

"Bagus banget!" pekik Alia kegirangan.

Gemercik air keran masih terdengar. Meski begitu, Arya tidak mengeluarkan suara apa pun. Alia terus menatap benda kuning keemasan ini. Benda itu terlihat cantik dan terkesan mewah.

"Kamu ngapain di sini, Al?" Suara bariton itu mengejutkan Alia. Ia menoleh ke arah sumber suara, melihat sosok Arya yang berdiri di depan kamar mandi.

"Eh, emm ... ini, Mas. A-aku ...."

"Ya, kenapa?" Alia menaikkan sebelah alis, tanda tidak mengerti ucapan istrinya.

"Apakah benda ini untukku, Mas?" Lengkung bulan sabit menghiasi wajah manis Alia. Kemudian, wanita itu mengulurkan tangan kanan, memperlihatkan sebuah kalung emas berliontin huruf A yang menurutnya adalah inisial nama Alia.

"Ah, i-iya ... iya, itu hadiah untukmu, Sayang." Netra Arya membulat, seolah terkejut dengan ucapan Alia barusan. Ia mendekat ke arah Alia, lalu memakaikan kalung itu. "Apa kau suka, Alia?" lanjutnya.

"Suka, Mas. Ini bagus banget!" Wanita itu tampak kegirangan. Matanya tak berhenti menatap kalung yang digenggam.

Arya meraih kalung itu, lalu memakaikan di leher istrinya. Ia menatap Alia yang masih senyum-senyum sendiri. Alia terlihat manis, ditambah senyum tulus yang menghiasi bibirnya. Rasa bersalah tampak di wajah Arya. Ia telah membohongi istrinya.

"Cantik!" puji Arya setelah memakaikan kalung itu.

Wanita itu tersenyum ketika mendengar pujian sang suami. Tanpa sadar, pipinya bersemu merah. Refleks, Alia melingkarkan tangan di pinggang Arya, lalu menenggelamkan wajah di dada bidang sang suami. Sedetik kemudian, Arya membalas pelukan istrinya.

"Huruf ‘A’ untuk Alia, kan?" lontarnya tiba-tiba.

"I-iya, Sayang." Lelaki itu mendadak gugup. Ia menjadi salah tingkah. Tanpa sadar, Arya melepas pelukannya, lalu sedikit menjauh dari Alia. Namun, Arya berusaha menetralkan keadaan. "Itu hadiah spesial untuk Bidadari Surgaku," imbuhnya seraya menyunggingkan senyum.

Terpopuler

Comments

Hafsah Alwi Asyari

Hafsah Alwi Asyari

dasar pelakor mah mmg suka d obral

2020-09-03

0

@salma#

@salma#

aneh, wanita aneh ... apa pelakor semua sama yah kaya gitu ... aneh dan ga tau malu...

2020-09-02

2

Ringgo

Ringgo

eeehhhh ... anita kutu beras ... ditolongin malah ngelunjak .. pites juga niihhh 😈😈😈😈😈

2020-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!