Sudah beberapa bulan El dan Luna tinggal dalam satu atap, Perasaan El yang kian hari makin bertambah membuatnya makin sulit untuk mengendalikan semua. Malam ini hanya ada mereka berdua dirumah besar milik El. Bi Irah meminta cuti untuk beberapa hari karena suaminya sedang sakit di kampung halaman.
Luna berada dikamarnya saat ini sedang asik mengobrol dengan Dara lewat telepon. Dan El juga sedang ada dikamarnya mendengarkan musik sambil melakukan olahraga ringan.
Elang Edgar Wirayudha pria berumur 30 tahun yang sukses dibidang bisnis, Memiliki otak komputer, Menguasai 5 bahasa Jepang, Inggris, Rusia, Prancis, dan juga Belanda. Berwajah tampan dan memiliki tubuh atletis juga pemegang sabuk hitam beberapa macam seni bela diri. Memiliki hobi traveling, Basket, Fitnes, Muay thai hingga kick boxing. Itulah sedikit gambaran tentang El, Pria beristri namun tidak pernah menjadi seorang suami.
Mereka berdua sibuk dengan aktifitas masing-masing dikamar, Karena cuaca malam ini juga tidak mendukung untuk mereka keluar rumah. Hujan yang turun makin deras, Suara petir berpadu dengan tiupan angin kencang membuat.
"ABANGGGGGG........." Teriakan itu hampir bersamaan saat lampu dirumah El mati. Seisi rumah gelap gulita hanya cahaya kilat yang sesekali menyinari kamar Luna.
Mendengar teriakan Luna, El buru-buru mengejarnya dengan hanya menggunakan cahaya dari telepon genggam miliknya ia sampai kekamar Luna.
"Luna....." panggil El sambil menerangi kamar Luna dengan cahaya seadanya.
"Grab....." El sempat kaget tiba-tiba Luna datang dan langsung memeluk tubuhnya yang penuh keringat karena habis olahraga ditambah saat ini ia tidak memakai baju atau kaos.
"Abang, Jangan kemana-mana. Aku takut." Katanya sambil memeluk erat tubuh El tidak peduli dengan tubuh El yang basah dan tidak mengenakan baju. El saat ini hanya mengenakan celana surfing diatas lutut.
"I......Iya, Ta...Tapi lepasin dulu. Badan abang keringetan ini." Kata El sambil berusaha melepaskan pelukan Luna tapi bukannya melepas Luna makin kuat memeluk El.
"Gak, Jangan dilepasin please." Katanya setengah memohon, El merasa risih dengan keadaanya saat ini tapi dalam hatinya El juga merasa sangat senang.
El tersenyum lucu membalas pelukan Luna.
"Seorang Luna yang tegas bisa berubah selucu ini hanya karena mati lampu." Katanya sambil tertawa melihat pucuk kepala istrinya yang masih betah menempel padanya.
"Gak peduli, Pokoknya jangan kemana-mana sampai lampunya nyala." Jawab Luna tidak memperdulikan El yang sedang mengejeknya dan menertawakannya.
"Halo....Lun, Luna.....Halo.....Kamu masih disana kan?" Suara Dara dari telepon Luna yang masih tersambung.
" Telepon kamu tuh masih nyambung." Kata El menunjuk kearah hape Luna yang ada diatas ranjang.
"Biarin, Kalo aku lepasin entar abang pasti balik kekamar kan buat ambil baju." Kata Luna enggan melepaskan pelukannya. Sikap Luna saat ini benar-benar membuat El lucu sekaligus bingung.
"Enggak Aluna Dewi Mentari, Abang gak kemana-mana ya ampun. Ya udah ayo abang temenin ngambil." Kata El, Luna lalu melangkah sedikit demi sedikit mendekati tempat tidurnya namun pelukannya tidak ia lepaskan dari tubuh El.
"Ra, Udahan dulu ya teleponan nya." Setelah sambungan telepon terputus Luna kembali meletakan hapenya diatas ranjang sambil terus memeluk El.
"Luna, Serius abang risih banget ini badan abang keringatan semua. Abang mandi sebentar ya, Bentar aja." Bujuk El namun Luna tetap tidak akan menigizin kan suaminya untuk pergi meninggalkannya dikamar itu seorang diri jika lampu belum menyala.
"Gak, Pokoknya gak boleh!" El membuang nafas panjang, Ia sama sekali tidak bisa membujuk Luna saat ini jadi mau tidak mau ia mengikuti apa yang Luna inginkan saat ini.
"Ya udah iya, Abang gak akan kemana-mana. Tapi masa iya kita mau bediri gini terus? Kalo satu jam mati lampunya, Gak sanggup abang bediri gini terus selama satu jam penuh. Kita duduk ya, Oke." El lalu membawa Luna duduk ditepi ranjang. Sambil terus memeluk El Luna juga sebenarnya merasa risih bukan karena keringat El tetapi karena El tidak memakai baju saat ini dan parahnya ia merasa seperti gadis yang tidak tau malu terus menempel pada El namun tidak ada pilihan lain saat ini selain menempel pada El.
Sebenarnya Luna bukan tipe orang yang penakut, Hanya saja ia memiliki trauma pada kegelapan. Saat umurnya 5 tahun ia pernah dikunci seharian didalam lemari oleh teman-temannya. Berada didalam ruangan sempit juga gelap membuat Luna merasa sesak nafas juga takut setengah mati, Dan trauma itu hingga kini ia rasakan.
"Dilaci ini kek nya ada lilin, Bentar deh." El membuka laci meja yang ada disamping tempat tidur Luna. Ia menemukan sebatang lilin berwarna merah, El juga meraih korek api yang ada didalam laci lalu menyalakan lilin membuat penerangan walau hanya sedikit tetapi bisa membuat perasaan Luna lebih baik.
Kini tubuh sexy El terlihat, Rambutnya yang basah karena keringat juga tubuhnya membuat pria itu terlihat sangat maskulin saat ini. Ada getaran kecil yang Luna rasakan dalam hatinya, Terlebih bau tubuh El saat ini benar-benar aroma tubuh seorang pria dewasa. El mulai merasa hatinya tidak karuan, Tadi ia bisa tenang karena tidak melihat Luna tetapi saat cahaya lilin menerangi ruangan besar itu El langsung terdiam tubuhnya makin banyak mengeluarkan keringat. Bisa ia rasakan hangat tubuh Luna yang menempel erat ditubuhnya.
"Kok aku jadi ngerasa aneh gini." Kata Luna dalam hati sambil memegangi dadanya. Jantungnya mulai berdetak cepat serasa habis lari cepat.
"Ummm......Kapan ya lampunya nyala." Kata El memecah suasana tegang antara dia dan Luna.
"I......Iya. Kapan sih lampunya nyala." Sahut Luna gugup, Ia juga merasakan apa yang El rasakan hanya saja El tau perasaan apa yang ia rasakan sedangkan Luna hanya merasa gugup karena sedang memeluk tubuh El.
Hawa dingin yang dirasakan El karena hujan sangat deras ditambah suasana sepi juga romantis yang ditimbulkan oleh lilin kecil juga pelukan Luna yang kian kuat membuat tubuh El bereaksi cepat. Bagaimana pun juga El adalah seorang pria normal dan dewasa, Keadaan saat ini benar-benar sangat menyiksanya.
"Tahan El, Lo harus bisa tahan ini semua. Jangan buat Luna kecewa sama lo." Hatinya terus memperingati agar El tidak lepas kendali. Fantasi liar mulai hinggap di otak jenius El. Pelukan Luna yang erat membuat tubuh mereka menempel sempurna hingga tidak tersisa ruang kosong diantaranya.
"Lun, Bisa gak kamu longgarin dikit pelukan kamu." Kata El meminta Luna untuk menggorkan pelukannya.
"Gak, Nanti abang jauh-jauh duduknya."
"Ya tapikan tetap abang temenin disini abang gak kemana-kemana."
"Gak pokoknya gak mau." Luna bersikeras tidak akan melonggarkan pelukannya pada tubuh El.
Pikiran El mulai kacau, Perasaan juga hasratnya sebagai seorang pria tidak dapat ia kendalikan lagi rasanya. Dengan sekejap El membalik tubuh Luna, Kini ia berada diatas tubuh Luna benar-benar **** tubuh Luna.
Sangking kagetnya Luna yang saat itu berada dibawah El tidak dapat mengatakan apapun. Hanya matanya yang mewakili semua isi hatinya.
El terus mendekati wajah Luna hingga bibir mereka saling bersentuhan.
"Kamu lupa kalo aku ini seorang pria dewasa yang memiliki hasrat pada seorang wanita." Bisik El ditelinga Luna membuat Luna merasakan geli luar biasa. Wajahnya seketika memerah seperti kepiting rebus ia juga hanya diam harusnya ia marah tetapi entah kenapa hatinya tidak merasa keberatan El melakukan ini padanya, Mulutnya juga merasa enggan untuk memarahi El atau sekedar menyuruh nya untuk menjauh.
El menyentuh lembut wajah istrinya dari kening hingga tangan itu berhenti dibibir Luna. Diusapnya lembut bibir Luna yang berwarna merah muda itu, Nafas Luna makin cepat merasakan sentuhan lembut dari tangan El. Sepertinya ia juga larut dalam hasrat yang tidak ia sadari.
El mendekati bibir Luna, Sangat dekat dan semakin dekat membuat nafas keduanya saling beradu dan bertukar. Dan saat itu juga listrik kembali menyala membuat isi kamar terlihat jelas termasuk El dan Luna.
El langsung bangun menjauhkan diri dari Luna begitu juga Luna yang langsung bangun dan membuang wajah menghindari pertemuan dengan wajah El.
"Ummmm.... A-.....Abang kekamar dulu ya. Lampunya juga udah nyala." Kata El cepat lalu langsung pergi dari kamar Luna. Luna yang juga sangat gugup langsung mengunci pintu kamarnya saat El sudah keluar dari sana. Luna memegangi dadanya dibalik pintu, Jantungnya yang sejak tadi berdetak kencang sedikit demi sedikit mulai kembali bekerja normal seperti biasanya. Dengan cepat ia berjalan menuju kamar mandi lalu mencuci mukanya yang terasa panas dan berwarna merah.
"What is wrong with me?" Katanya sambil berkaca dan menepuk-nepuk pipinya yang merah.
Sedangkan El langsung kekamarnya dan masuk kekamar mandi lalu meng-guyur tubuhnya dengan air dingin untuk meredam nafsunya. Tidak peduli seberapa dingin yang ia rasakan saat ini ia tetap berdiri dibawah kucuran air shower yang dingin.
Setelah hasratnya benar-benar mereda, Ia langsung membungkus tubuhnya dengan handuk lalu pergi ketempat tidur dan menggulung tubuh telanjangnya dibalik selimut tebal. Tubuhnya meng-gigil bibirnya juga terlihat biru, Ia mulai bersin berkali-kali.
***
Pagi pun tiba, Luna bangun cepat entah kenapa ia belum siap kalau harus bertemu El saat ini. Ia mandi lalu bersip-siap untuk pergi ke kampus sangking ingin cepat pergi dari rumah ia sampai lupa memasak bekal dan juga sarapan untuk El. Sepanjang jalan didalam bis Luna selalu terbayang-bayang kejadian tadi malam bersama El.
"Aaaa......Kok aku bisa diem gitu aja sih?" Katanya menyesal lalu mengacak rambutnya membuat beberapa orang didalam bis melihat kearahnya.
"Terus kalo ketemu, Aku harus ngomong apa?" Luna terus bicara sendiri tanpa memperdulikan tatapan orang lain pada dirinya.
"Oke tenang Luna, Tenang. Bersikap seperti biasa dan jangan menyinggung apalagi membicarakan hal itu. Cukup diam dan lupakan, Oke." Katanya lagi berusaha menenangkan diri sendiri, Padahal ia tau jika hatinya saat ini masih merasa sangat gelisah.
El yang baru bangun melihat kearah jam yang ada dimejanya. Ini sudah jam 10 pagi, Ia mencari hape miliknya dan menelepon Daniel.
"Tumben pak bos belum berangkat jam segini." Kata Daniel saat telepon terhubung.
"Lo bisa kesini gak? Sekalian beliin gue sarapan ya. Gue demam bi Irah pulang kampung." Katanya lemah tidak bertenaga, El memang kuat dan memiliki tubuh yang besar namun ia tidak tahan dingin atau air hujan. Jika terkena air hujan dan kedinginan maka ia langsung demam.
"Lo sakit? Luna kemana?" Tanya Daniel, El pun langsung mengingat kejadian tadi malam.
"Huh? Lu.....Luna kek-nya dia udah berangkat ke kampus." Jawab El ragu sambil mengigil menahan demam.
"Ya udah lo tunggu bentar gue langsung kesana." Daniel mematikan sambungan telepon lalu buru-buru pergi kerumah El. Ia juga membelikan bubur ayam untuk El dan beberapa obat demam juga radang diapotek.
Tidak berapa lama Daniel muncul lengkap dengan bawaannya ditangan. Daniel meletakan bubur diatas meja sebelum membawanya masuk kekamar El. Saat Daniel masuk, El sedang meng-gigil hebat didalam selimut tebal miliknya
"Lo kok bisa sakit gini? Lo main hujan tadi malam?" Celetuk Daniel sambil meletakan mangkok bubur dimeja El.
"Tu.....Tunggu bentar. Tolong ambilin pakaian gue dilemari." Kata El lemah, Sejak selesai mandi tdi malam El memang belum mengenakan sehelai pun pakaian. Tubuhnya terlalu lemah untuk mencari pakaian sendiri.
"Lo......Lo habis ngapain tidur gak pakai baju? Lo....." Belum selesai Daniel bicara El langsung membantahnya duluan
"Apaan? Gue habis mandi tadi malam terus kedinginan dan meng-gigil. Gue gak sempat nyari baju keburu ngebungkus badan dalam selimut." Jelas El, Daniel hanya mengangguk mendengar penjelasan El sambil mencarikan El baju baju, Celana juga under wear.
"Nih buruan pakai, Habis itu lo makan dan minum obat." Suruh Daniel sambil meletakan baju El didekatnya berbaring saat ini.
"Lo keluar dulu sana." Titah El sebelum memakai baju menyuruh Daniel meninggalkannya. Daniel memutar bola matanya jengah dengan sikap sahabatnya itu.
"Gue juga males liat lo telanjang!" Sahutnya kesal lalu pergi dari kamar El.
Setelah El selesai memakai baju ia makan sedikit bubur yang dibawakan Daniel lalu meminum obat sesuai perintah Daniel.
El kembali berbaring membungkus tubuhnya. Tidak lama Daniel kembali muncul dengan secangkir teh hangat ditangannya.
"Gue heran sama lo, Lo udah tau gak bisa kena udara terlalu dingin dan hujan tapi kok bisa lo mandi pas harinya dingin kek tadi malam. Dan lagi kamar mandi lo kan lengkap sama air hangatnya ngapain lo mandi pake air dingin?"
Harus ya gue jelasin semuanya ke lo. Tadi malam gue habis fitnes ringan, Badan gue keringetan dan gerah. Makanya gue mandi pake air dingin." Jelas El berbohong pada sahabatnya itu, Untungnya Daniel selalu percaya dengan apa yang dikatakan oleh El.
"Lo tolong bawa file untuk meeting hari ini ya. Untuk sementara lo yang handle dikantor, Hari ini meeting sama bagian perencanaan jam 12 siang, Terus lanjut makan siang bersama pak Betrand pemilik DS Group kontaktor kita yang baru jam 1:30 siang. Jangan sampai terlambat karena kita baru seminggu kerja sama dengan perusahaanya.
"WHAT? lo nyerahin itu semua ke gue? Lo gila ya? Kerjaan gue aja udah numpuk lo tambahi. lagi."
"Terus lo mau gue yang ke kantor? " Tanya balik El membuat Daniel frustasi.
"Ya udah iya, Makanya jangan macem-macem kalo sakit gini siapa yang repot? Gue juga kan. Mana filenya sini." Akhirnya Daniel mau tidak mau menyetujui permintaan El.
"Lo ambil di ruang kerja gue ya, Gue taro dilaci sebelah kiri no 2." Daniel melangkah malas menuju ruang kerja El.
"Oh iya, Kalo udah ketemu lo bisa langsung balik ke kantor. Gue mau istirahat."
"Serius lo itu sebenernya cowok brengsek yang sembunyi dibalik kesempurnaan lo." Celetuk Daniel membuat El tersenyum mendengarnya.
Daniel langsung mencari file yang dimaksud oleh El, Ia membuka laci satu persatu.
"Dimana sih tu anak nyimpen. Laci no 2 ya, Oh pasti disini." Daniel membuka laci no 2 sebelah kanan.
"Apaan ni?" Kata Daniel penasaran ia mengambil dan mengeluarkannya dari dalam laci.
"Buku nikah?" Katanya kaget sekaligus heran.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Boru Silalahi
ketahuan tp ms nyimpan
2023-01-31
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
hmmmmm ktahuan daniel dong
2021-07-13
0
Lina Sari
waah kthun
2021-03-11
0