Setelah mengantarkan bu Mela kerumahnya, El buru-buru pergi. Dalam perjalanan ia mencoba menelepon Luna tetapi tidak ada jawaban mungkin saat ini ia sedang ada didalam kelas.
"Gimana cara jelasinnya ke bunda tentang Luna?" Ucapnya sambil mengemudikan mobilnya. El terus berpikir sepanjang jalan menuju kantornya sampai pada akhirnya Luna menghubunginya saat itu.
"Halo kenapa bang? Tadi lagi ada kelas tambahan." Kata Luna didalam telepon.
"Kamu udah selesai kuliah?"
"Mmmm.....Baru aja, Habis ini mau langsung pulang."
"Jangan pulang dulu." Cegah El cepat membuat Luna heran.
"Kenapa?"
"Kamu tunggu didepan kampus, Abang kesana sekarang. Situasinya lagi kurang baik entar abang jelasin." El langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Luna membuat Luna makin bingung tetapi ia tetap menuruti semua ucapan El. El yang baru saja sampai dikantornya langsung pergi lagi ke kampus Luna.
"Kakak kamu ya?" Tanya Dara penasaran.
"Iya." Sahut Luna singkat sambil memasukan hapenya ke dalam saku celana.
"Kenapa? dia mau kesini?" Tanya Dara lagi makin antusias.
"Iya."
"Yey........Kenalin ya, Please......." Dara langsung mengatupkan kedua telapak tangannya didepan dada memohon pada Luna, Luna yang melihat mengerucutkan dahinya.
"Please......Jujur banget ni ya. Setuju gak setuju, Suka gak suka. Aku tuh fall in love at first sight sama kakak kamu." Kata Dara to the point tanpa malu-malu, Dara memang memiliki sifat terbuka dan tidak suka basa-basi berbeda jauh dengan Luna yang masih terlihat selalu menjaga image.
"Iya, Nanti aku kenalin." Sahut Luna sambil tersenyum. Ia bahkan tidak merasa aneh apalagi cemburu saat suaminya disukai oleh seorang gadis lain.
"Aaaa.....Thank u baby....Love u." Dara memeluk manja tubuh Luna. Mereka berdua menunggu El dipinggir jalan dekat kampus sambil mengobrol dan sekekali tertawa.
"Aaaaaa... . " Teriak dua gadis itu saat terkena cipratan air yang menggenang dijalan. Karena tadi malam hujan membuat genangan air dipinggir jalan.
"Woy sialan banget sih lo! Turun lo!" Teriak Dara pada dua pria yang sedang berboncengan satu motor. Motor itupun berhenti dan melihat kearah Luna juga Dara.
"Ish......Kenapa sih tuh orang suka banget cari masalah?" Kata Dara saat melihat orang yang membuatnya dan Luna basah karena cipratan air. Luna yang sibuk membersihkan diri tidak melihat kearah orang itu, Bajunya yang berwarna putih membuat tubuh bagian dada Luna yang terkena air terlihat menerawang oleh sebab itu ia sibuk membersihkan dan berusaha menutupinya.
"Ma.....Maafin kita ya, Serius kita gak sengaja." Ucap salah satu pria itu dan yang satu tidak merasa bersalah sama sekali.
"Eh! Lo sengaja kan nyipratin kita?" Sambar Dara, Dara memang memiliki sifat galak dan berani jadi jangan heran jika melihatnya bertengkar seperti ini.
"Sengaja? Kalian yang salah kenapa berdiri didepan genangan air?" Sahut pria yang mengendarai motor itu yang tidak lain adalah Andra dan Ryan.
"Ndra, Kita yang salah. Minta maaf buruan." Bisik Ryan ditelinga Andra, Andra malah tersenyum mengejek kearah Luna dan Dara.
"Ra, Kita ketoilet aja yuk." Ajak Luna yang mulai bingung dan merasa malu karena bra yang ia kenakan terlihat jelas. Ia menutupi dadanya yang basah dengan rambutnya yang panjang. Sebenarnya Luna ingin sekali menampar Andra untuk kedua kalinya, Tetapi karena ia lebih memikirkan bajunya yang menerawang ia tidak menghiraukan Andra kali ini.
"Udahlah, Ngapain minta maaf? Kita gak salah, Emang mereka aja yang aneh udah tau ada genangan air ngapain bediri disini? Lo gak tau kalo itu cuma strategi untuk cari perhatian." Kata Andra santai tanpa tau baju Luna yang basah.
"Eh lo tu anak baru hari pertama kuliah udah bikin masalah aja ya. Minta maaf sekarang, Lo gak liat baju temen gue basah kuyup gitu?" Kali ini Dara benar-benar merasa sangat kesal pada Andra. Melihat Dara yang makin marah Ryan mencoba membujuk sahabatnya untuk segera meminta maaf dan menyesali atas semua yang terjadi, Namun Andra tidak menghiraukannya.
"Udahlah Ra percuma, Dia emang suka bikin masalah dan gak bisa selesein masalah itu. Dia itu cowok, Tapi seorang pengecut yang suka lari dari masalah dan gak bisa bertanggung jawab." Kali ini Luna angkat bicara lalu menarik Dara untuk segera pergi dari sana namun tangan Andra lebih dulu mencekal tangan Luna hingga Luna tersentak.
"Apa lo bilang?" Kata Andra dengan wajah marah, Matanya tajam melihat Luna yang berusaha melepaskan tangannya dari genggaman kuat Andra.
"Lepasin tangan lo." Ucap seorang pria yang baru saja tiba ditempat itu. El dengan wajah dingin dan suara datar menatap tajam kearah Andra, Tangannya juga menggenggam kuat lengan Andra membuat Andra merasa kesakitan dan melepaskan genggamannya dari tangan Luna. Saat tangan Luna terbebas El juga melepaskan genggamannya pada tangan Andra membuat pria berambut pirang itu memperhatikan El saat ini.
El melepaskan jasnya lalu menutupi tubuh Luna.
"Ini kedua kalinya lo bikin masalah sama gue. Jangan buat gue lebih marah lagi, Atau gue hancurin lo!" Ucap El tegas membuat suasana menjadi sepi, Bahkan Ryan menundukan kepalanya tidak berani melihat wajah El yang saat itu benar-benar terlihat marah. El lalu membawa Luna dan Dara pergi dari sana meninggalkan Ryan yang pucat karena takut dengan ancaman El dan juga Andra yang terlihat sangat marah saat ini. Kini ia tau siapa Luna dan El dan kenapa ayahnya marah besar saat itu. Ini semua karena El pikirnya, Semua kesialan yang ia alami saat ini disebabkan oleh Luna.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya El pada Luna yang sejak tadi hanya diam duduk disampingnya.
"Kita langsung pulang aja ya bang, Aku mau ganti baju." Kata Luna, Saat ini ia benar-benar merasa malu bahkan ia enggan melihat kearah El padahal tubuhnya sudah tertutupi oleh jas hitam milik El.
"Gak bisa, Kita gak bisa pulang sekarang ini." Jawab El cepat, Ia ingin segera bilang jika dirumahnya saat ini ada bu Mela ibu angkatnya namun ia sadar ada Dara yang juga ikut mereka saat ini.
Luna lalu melihat El seolah sedang bertanya ada apa namun hanya lewat tatapan mata.
"Kita cari baju dulu buat kalian ganti." Jawab El, Melihat sikap El saat ini Luna tau ada yang disembunyikannya saat ini. ia pun menuruti saja apa yang diucapkan El. Mereka bertiga lalu pergi ke sebuah butik besar yang masih menjadi anak perusahaan milik El, Bisa dibilang kalau butik ini juga milik El. Karena perusahaan El bergerak di bidang majalah media penting baginya untuk memiliki butik-butik khusus untuk para model dan butik ini hanya satu dari sekian banyak anak perusahaannya.
"Ki....Kita kesini?" Ucap Dara ragu-ragu. El mengangguk lalu meminta dua gadis itu turun dari mobil.
"Ayo masuk." Kata El, Luna dan Dara sempat melempar pandangan satu sama lain lalu Luna masuk terlebih dahulu disusul oleh Dara.
Ini pertama kalinya Luna dan Dara masuk kebutik mahal dan sebesar ini, Mata mereka langsung disambut oleh gain-gaun mahal, Ternama dan dari rancangan-rancangan desainer terkenal. Tidak hanya gaun dan baju ditempat ini juga banyak tas-tas brended, Sepatu, Sandal, Makeup dan banyak lagi barang lainnya yang pasti tidak ada yang namanya murah ditempat ini.
Saat El dan dua gadis itu masuk semua karyawan dan staf menyapanya. Tentu saja ini akan terjadi, Karena saat ini mereka berjalan dengan seorang CEO pemilik tempat ini.
"Selamat siang pak El, Ada yang bisa kami bantu?" Ucap salah seorang staf wanita yang terlihat sangat cantik dengan kulit putih bersih, Mata yang bulat, Juga tunggi badan yang ideal mirip seperti seorang model.
"Tolong bantu mereka untuk cari baju yang cocok." Kata El, El lalu menyuruh Luna dan Dara untuk mengikuti staf itu sedangkan ia duduk di sofa sambil terus memikirkan cara membawa pulang Luna tanpa ditanyai hal macam-macam oleh bu Mela.
Tidak lama menunggu, Luna keluar terlebih dulu dari kamar ganti. Ia mengenakan dress musim panas pendek selutut berwarna soft pink.
"Ada yang mau abang bicarakan?" Tanya Luna menyadarkan El dari lamunannya sejak tadi. Sebenarnya El tidak melamun, Ia benar-benar berpikir keras saat ini ditambah lagi ayahnya juga ikut-ikutan ingin menginap dirumahnya.
"Huh?....." Kata El kaget sadar kedatang Luna yang kini sudah duduk disampingnya.
"Kenapa? Kok abang kek mikirin sesuat?" Tanya Luna lagi makin penasaran. El menghembuskan nafas panjang sebelum bicara.
"Dirumah ada orang tua abang. Dan mereka bakalan nginep disana." Kata El, Sama seperti El. Luna juga terkejut dan langsung bingung saat ini.
"Apa aku balik aja kerumah ayah?" Kata Luna memberikan saran yang langsung ditolak El.
"Rumah itu sudah lama kosong, Lagian abang gak akan izinin kamu tinggal sendirian disana." Sahut El tanpa pikir panjang.
"Terus gimana? Atau bilang aja kalo aku keponakan bi Irah."
"Ngaco, Bi Irah itu yang memperkerjakan bunda. Mereka udah tau seluk beluk keluarga bi Irah." Mendengar semua penolakan El membuat Luna makin bingung, Ia menghela nafas panjang sambil menggaruk kepala.
"Ya terus apa dong? Gak mungkin dong kalo kita bilang kita itu......" Ucap Luna berhenti seolah ia pun enggan untuk mengatakan status mereka saat ini.
"Gini aja, Selama ada orangtua abang dirumah kamu jadi asisten pribadi yang ngebantu kerjaan kantor abang. Sisanya biar abang yang urus." Luna diam memikirkan saran yang diberikan El, Sebenarnya itu bukan ide yang buruk tapi apa masuk akal jika seorang asisten tinggal dirumah bosnya? Belum sempat Luna menyampaikan isi pikirannya Dara keburu keluar dari kamar ganti dan menghampiri Luna juga El.
El yang tidak menerima protes dari Luna menganggap ia setuju dengan sarannya. Mereka lalu pergi dari tempat itu untuk mengantarkan Dara kerumahnya.
"Kamu ikut kekantor ya, Entar pulangnya bareng abang." Kata El, Luna mengangguk mengikuti semua permainan El ia hanya berharap agar status pernikahannya dan El tetap tertutup rapat dan tidak ada seorangpun yang tau.
***
Kini Luna ikut El kekantor, Ini pertama kalinya Luna masuk kekantor El. Sejak Luna masuk ia mendapat berbagai macam pandangan dari staf dan karyawaan perusahaan. Sebagian memandangnya biasa saja dan sebagian seolah sedang mengintimidasinya karena datang dengan seorang bos pemilik perusahaan ini.
Sebenarnya Luna Risih dengan keadaan ini tapi mau tidak mau ia harus mengikutinya daripada semua yang ia jaga selama ini terbongkar.
El membawa Luna masuk keruangan nya.
"Kamu istirahat aja dulu disini, Kamu pasti capek pulang kuliah langsung kesana kemari. Maafin abang ya." Kata El merasa bersalah pada Luna.
"Gak kok, Ini bukan salah abang. Justru aku ngerasa aku yang udah ngerepotin abang."
El tersenyum lalu melihat kearah jam tangan yang melingkar ditangan kirinya.
"Abang ada metting sebentar sama dewan redaksi, Kamu disini dulu sendirian gak apa-apa kan?" Luna mengangguk lalu duduk disofa sedangkan El setelah mengambil map berwarna diatas mejanya ia langsung keluar dari ruangannya menuju ruang metting.
Luna yang tinggal sendirian mulai berkeliling ruangan El yang cukup luas ini, Ia memperhatikan tiap sudut ruangan bernuansa cokelat kayu itu.
Disana banyak majalah yang memuat tentang keberhasilan El didunia bisnis, Banyak penghargaan yang sudah diraihnya ini merupakan pencapaian yang luar biasa menurut Luna sadar bahwa yang menjadi suaminya bukanlah orang biasa dan sembarang. Tapi itu semua tidak membuat Luna merubah pikirannya, Baginya El hanya sebatas saudara laki-laki tidak lebih.
Lama berkeliling dan membaca beberapa majalah membuatnya lelah, Ia membaringkan tubuhnya diatas sofa itu dan tertidur lelap.
***
Setelah meeting selesai, El buru-buru kembali keruangannya karena sejak meeting tadi ia sudah memikirkan Luna. El membuka pintu berwarna coklat itu, Dan segera masuk kesana namun Luna tidak nampak menghampirinya.
"Lun......Luna." Panggil El, Luna yang sedang tertidur pulas tentu tidak meresponnya.
"Capek ya sampai-sampai ketiduran." Gumam El saat melihat Luna berbaring disofa. Ia melepaskan jasnya lalu menutupi bagian kaki Luna yang sedikit terbuka karena ia memakai dress.
El menatap Luna diam, Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini tetapi wajahnya makin mendekati wajah Luna.
"Tolong diam sebentar aja, Aku cuma pengen memastikannya." Ucap El pelan, Ia makin mendekiti wajah Luna hingga nafasnya beradu dengan nafas Luna yang masih terpejam.
Jantungnya kembali berdetak kencang, Darahnya mengalir cepat seperti sedang dipompa. Dan akhirnya bibir El menyentuh sempurna dibibir Luna, Hanya dalam hitungan detik El melepaskan bibirnya yang hanya sebatas menempel dibibir Luna.
Ia memegangi dadanya yang berdetak tidak normal sambil terus melihat Luna. Kini ia yakin dan tau pada perasaanya saat ini jika ia mulai jatuh cinta pada istrinya itu.
"Abang......Maaf aku ketiduran." Ucap Luna yang terbangun dari tidurnya. Ia mengucek mata berusaha mengambil kesadaran lebih cepat.
"Huh.....I-Iya gak apa-apa." Kata El gugup takut jika aksinya ketahuan, Tapi sepertinya Luna tidak tau.
"Kita pulang sekarang." Tambah El, Luna mengangguk lalu memberikan jas milik El yang tadi menutupi kaki jenjangnya.
***
El langsung masuk kerumahnya diikuti Luna dibelakangnya.
"El sayang, Udah pulang." Sambut bu Mela saat melihat El, Ia memeluk dan mencium El seperti orang yang tidak pernah bertemu.
Mata bu Mela langsung tertuju pada sosok gadis cantik yang berdiri dibelakang El.
"El, Dia siapa?" Tanya bu Mela penasaran.
"Oh, Kenalin bun namanya Luna. Dia kerja sebagai asisten El untuk bantuin kerjaan El yang numpuk. Karena bakal ada peluncuran majalah baru, El sengaja bawa dia kerumah biar dia bisa tetap kerja bantuin El." Jelas El berharap agar ibunya ini percaya dan tidak lagi menanyai Luna. Luna menghampiri bu Mela lalu lalu mengenalkan diri, Bu Mela menerimanya dengan terbuka dan senang karena ada kemajuan pada anak bujangnya itu mau membawa pulang seorang gadis kerumahnya walaupun hanya sebatas asisten.
"Kamu kuliah atau kerja dikantor?" Tanya bu Mela mulai menyelidiki Luna.
"Saya masih kuliah tante." Sahut Luna sopan disertai senyuman.
"Wah, Kamu masih kuliah tapi kamu udah bisa ngebantu kerjaan anak tante. Kamu pasti sangat pintar itu sebabnya El memperkerjakan kamu." Puji bu Mela pada Luna, Gadis itu hanya tersenyum malu.
"Ya udah El kekamar dulu ya bun." El lalu pamit kekamarnya, Karena sedikit bingung pada rencana selanjutnya ia lupa dengan Luna dan meninggalannya dengan bu Mela.
El melepaskan semua pakaiannya lalu masuk kekamar mandi. Ia menyalakan shower membiarkan tubuhnya diguyur air segar. Ia kembali mengingat saat mencium bibir Luna dikantor tadi rasanya seperti sedang terbang keatas langit saat ini. Ia tersenyum sendiri dibawah guyuran deras air shower.
Setelah selesai mandi El melilit tubuh sixpack nya dengan balutan handuk berwarna putih lalu keluar dari kamar mandi.
"Tok....tok...." Terdengar pintu kamar El diketuk, El langsung membuka pintu kamarnya dengan masih mengenakan handuk dan rambutnya yang basah.
Saat pintu terbuka Luna langsung menundukan wajahnya malu karena melihat El hanya mengenakan handuk. El juga sebenarnya kaget namun sikapnya lebih normal daripada Luna.
"Ummmm.....A-Aku..Aku......Aku kekamar dulu." Luna langsung pamit berlari kekamarnya dengan cepat, Membuat El mengernyitkan alisnya dan tersenyum melihat Luna yang salah tingkah.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Murniati Simamora
ag geram Ama Luna ingga ingat amanad dari ayahnya
2023-05-26
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
hmmmmmmm lanjut
2021-07-12
0
Rita Sangiri🍵✔️
gak sabar nunggu luna cemburu sm abang El
2021-01-27
0