Luna masih betah mengurung diri didalam kamar, Bukan karena ia senang tinggal dirumah mewah, Besar dengan segala fasilitas yang terpenuhi. Itu karena ia bingung harus melakukan apa ditempat ini, Jelas saja karena ini bukan lingkungannya.
Puas mondar mandir, Duduk berdiri dan berbaring ia memutuskan untuk keluar kamar. Sekedar mencari udara segar sambil melihat-lihat atau mengobrol dengan bi Irah karena cuma bi Irah yang ia kenal saat ini.
"Ummmm.....Bibi sibuk ya?" Ucap Luna menghampiri bi Irah yang sedang asik menyetrika baju-baju El.
"Loh mba Luna, Bibi kira mba lagi tidur." Katanya kaget dengan kedatangan Luna.
"Enggak mba, Saya bingung mau ngapain." Luna meletakan tongkatnya lalu duduk di sofa tunggal yang ada diruangan itu.
"Sepi ya disini?" Tanya bi Irah, Luna hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan bi Irah.
"Ummmmmm......Bi Irah pak El itu orangnnya gimana sih? Kami tidak saling mengenal dan tidak saling tau lalu harus ditemukan dengan keadaan seperti ini, Jujur ini masih sulit untuk saya terima." Tanya Luna ragu-ragu pada bi Irah.
"Mmmmm......Pak El itu pria yang baik dan Bertanggung jawab atas semua yang dia katakan. Bibi sudah 10 tahun bekerja sama pak El jadi udah bibi anggap seperti anak sendiri. Dia juga gak pernah melihat bibi sebagai seorang pembantu tapi sebagai seorang teman, Dia anak yang sopan." Senyum manis pun nampak terlihat diwajah bi Irah saat menceritakan tentang Elang. Seperti seorang ibu yang sangat membanggakan anaknya.
Luna hanya diam mendengarnya, Kalaupun harus bicara ia tidak tau harus berbicara apa. Satu-satunya yang harus ia lakukan saat ini ialah berdamai dengan keadaan. Marah pun ia tidak bisa karena bukan cuma ia yang merasa terjebak dalam hubungan ini tetapi juga El, Terlebih tanggung jawab yang diberikan mendiang ayahnya lebih besar untuk El.
"Mba bosan ya? Mau jalan-jalan disekitar rumah? Ya sekedar untuk liat-liat." Kata bi Irah menyadarkan Luna dari diskusi dengan hatinya sendiri.
"Ummmm.......Boleh." Luna meraih tongkatnya lalu berdiri dibantu bi Irah. Bi Irah mengajakanya berkeliling rumah besar bertingkat tiga ini dari kolam renang hingga akhirnya mereka duduk santai disebuah taman besar yang dipenuhi tanaman bunga dan juga pepohonan. Disini juga ada ayunan untuk bersantai. Taman ini yang Luna lihat dari kamarnya, Ternyata lebih luas dari kelihatannya.
***
Tidak terasa hari mulai gelap, Ini juga waktunya makan malam. Saat ini Luna duduk diruang makan menunggu si tuan rumah yang belum juga pulang dari kantor.
"Mba Luna makan aja duluan, Mas El masih banyak kerjaan jadi belum bisa pulang." Kata bi Irah menghampiri Luna yang duduk melamun sendirian menghadapi beberapa menu makan malam.
"Jam berapa pak El pulang bi?"
"Biasanya sih jam 5 sore udah pulang, Tapi karena banyak kerjaan mas El belum pulang jam segini." Luna mengangguk lalu memulai makan malamnya sendirian.
Luna sekarang berada dikamarnya membaca novel-novel kesukaannya, Inilah hobinya yang tidak pernah berubah sejak dulu. Daripada menghabiskan waktu untuk memainkan hape ia lebih suka membaca novel-novel koleksiannya.
***
Sedangakan El yang masih disibukan dengan setumpuk kerjaannya.
"El lo gak pulang?" Kata Daniel membuka pintu ruangan El.
"Bentar lagi." Jawab El singkat padat dan jelas membuat Daniel mengerutkan alisnya. Ia masuk keruangan El dan kembali duduk di sofa ruangan El.
"Gimana kalo kita mampir ke klab?" Ajak Daniel, Daniel memang tipe orang yang sangat menyukai pesta dan hal yang berbau keramaian. Sebelum menjawab ajakan Daniel El mendapat telepon dari rumah.
"Kenapa bi?"
"Mas El masih lama ya dikantor? Tadi mba Luna nunggu mas El untuk makan malam tapi bibi suruh makan duluan karena mas El mungkin masih lama dikantor." El lalu berdiri dan keluar dari ruangannya sadar akan keberadaan Daniel. Sedangkan Daniel melihat curiga kearah El, Tidak biasa ia menghindari Daniel saat menerima telepon dari rumah.
Setelah memastikan Daniel tidak dapat mendengar pembicaraannya dan bi Irah ia baru mulai bicara.
"Ummm......Sebentar lagi saya pulang. Tolong ingatkan dia untuk minum obatnya ya bi." Bi Irah mengiyakan ucapan El lalu sambungan telepon terputus.
"Kok gue nyium ada yang mencurigakan ya.?" Celetuk Daniel saat El kembali. El hanya diam tanpa menghiraukan ocehan Daniel yang mulai curiga. El membereskan beberapa barangnya lalu mematikan laptopnya.
"Yes, Lest go to party." Kata Daniel semangat melihat El mulai beberes.
"Gue mau langsung pulang, Ada urusan." El pergi meninggalkan Daniel yang benar-benar bingung melihat sikap sahabatnya itu.
"Kok gue beneran curiga ya sama tuh anak. Gue harus cari tau." Oceh Daniel lalu pergi menyusul El.
***
El kini berada dirumah, Setelah pulang ia langsung mandi. Ia sempat ingin mengetuk pintu kamar Luna tapi niatnya ia urungkan kembali takut kalau Luna sudah tidur dan mengganggu waktu istirahatnya.
"Auuuuuu......" Terdengar suara Luna dari kamarnya, Karena kamar Luna dan El bersebelahan jadi suara Luna bisa terdengar dari kamar El. Dengan cepat El berlari keluar kamar lalu membuka pintu kamar Luna. Dilihatnya Luna duduk dilantai memegangi kakinya yang masih terbungkus perban.
"Kamu kenapa?" El membantu Luna berdiri dan mendudukannya di atas ranjang.
"Aku cuma pengen belajar jalan tanpa tongkat."
"Kaki kamu belum pulih betul, Dan memang harus menggunakan tongkat untu sementara waktu."
"Hmmm......" Jawabnya singkat. Sebenarnya Luna ingin bicara beberapa hal, Tapi rasanya lidahnya tidak bisa mengajak El untuk bicara.
"Kamu udah minum obat?" Tanya El berdiri didepan Luna dengan melipat kedua tangan didepan dadanya.
"Air dikamar ini habis, Tadi niatnya baru mau ngambil." El melihat kearah gelas kaca diatas meja samping tempat tidur Luna.
"Sebentar ya aku ambiliin dulu." El lalu.pergi mengambilakn air untuk Luna minum obat.
Tidak lama El datang denga. segelas air ditangannya, Diberikannya gelas berisi air putih itu ketangan Luna lalu mengambil obat diatas meja untuk Luna minum.
"Lain kali kalo ada apa-apa jangan sungkan, Panggil aja aku. Kamarku disebelah kamar kamu." Luna meminum beberapa obat yang diberikan El.
"Ummmm......Bisa kita bicara sebentar?" Kata Luna memberanikan diri mengajak El bicara. El mengangguk dan duduk disofa tunggal yang ada dikamar Luna.
"Bisakah saya menganggap anda sebagai seorang kakak laki-laki? Saya cuma pengen menghilangkan suasana canggung antara kita berdua. Berkali-kali memikirkannya, Anda juga pasti merasakan yang saat ini saya rasakan. Ketika ada dua orang yang tidak saling mengenal, Tidak saling tau sebelumnya lalu harus hidup sebagai sepasang suami istri. itu terlalu sulit untuk kita berdua, Dan jika tidak diakhiri maka seumur hidup kita akan terus terjebak dalam situasi ini. Jujur ini membuat saya terusik, Saya tau anda juga tidak menginginkan keadaan seperti ini tapi, Karena sebuah janji anda terjebak disini. Saya minta maaf atas nama ayah saya karena sudah cukup menyusahkan anda."
El mengannguk mendengar dan mencerna semua ucapan Luna. Ia tau apa yang ada didalam pikiran Luna.
"Oke, Mari kita coba untuk menghilangkan suasana aneh ini. Dan saya harap kamu bisa bicara santai dan tidak formal lagi karena saya sekarang adalah kakak kamu." Katanya sambil tersenyum pada Luna lalu mengulurkan tangan. Luna melihat El ia pun mencoba tersenyum lalu meraih jabat tangan El.
"Kenalin nama aku Elang Edgar Wirayudha, Panggil aja El." Katanya lagi
"Dan aku Aluna Dewi Mentari, Panggil aku Luna." Balas Luna membuat suasana kikuk mulai mencair, Mereka berdua tertawa bersama hubungan mereka diawali dengan perkenalan. Hal yang tidak mereka lakukan saat itu.
***Bersambung**.......
-Maafkan, Dichapter ini agak kurang nyambung n menarik ya.....Author lg blank ini 🥴🥴🥴🥴 kehabisan ide. Makasih yang udah setia baca, Komen n like.....lop kalian 😘
Dapat salam dari bang El yang tampan*.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Boru Silalahi
cakep babang EL nya
2023-01-25
1
Rieka Oktaviani
aaah aku mah mau ngehalu El versi aku ajah😜🤭
2021-08-31
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
next thor i like ceritamu
2021-07-12
0