Lima hari sudah Luna dirawat dirumah sakit. Hari ini dokter sudah mengizinkan nya pulang namun harus tetap melakukan rawat jalan.
"Tolong kembali lagi tiga hari kemudian ya, Kaki anda masih harus mendapatkan perawatan." Ucap dokter setelah selesai memeriksa Luna sebelum ia pulang.
"Pak El kalo gitu saya permisi dulu." El mengangguk membalas senyum dokter tadi.
"Saya rasa gak ada pilihan lain, Kamu harus tinggal dirumah saya." Katanya pada Luna, Mereka memang belum begitu akrab dan dekat tapi setidaknya mereka mulai terbiasa untuk saling bicara dan melakukan sedikit obrolan.
"Ummmm......"Jawab Luna singkat turun dari ranjang ingin meraih tongkatnya.
"Pelan-pelan." El lalu menghampiri Luna dan membantunya untuk berdiri lalu memberikan tongkat yang ingin diambil Luna.
"Ummmm mending pake kursi roda aja deh daripada pakai tongkat. Kita jalannya lumayan jauh loh, Takutnya kaki kamu sakit." Ucap El lagi, Luna pun menuruti semua ucapan El. Semenjak malam itu ia mulai bisa menerima kehadiran El sebagai seorang teman.
***
El membawa Luna kerumah besarnya. Dirumah sebesar dan seluas ini El hanya tinggal dengan beberapa asisten rumah tangga.
"Saya tau ini akan terasa canggung, Tapi cobalah untuk membiasakan diri dan anggap aja ini rumah kamu sendiri." Katanya sebelum turun dari mobil.
"Gak papa bi, Saya juga baru nyampe kok. Oh iya tolong antar Luna ke kamarnya ya bi, Saya mau langsung ke kantor ada kerjaan."
El segera turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Luna dan membantu Luna keluar dari mobil.
"Maaf mas, Bibi gak denger kalo mas El pulang." Ucap seorang wanita paruh baya menghampiri El dan Luna.
"Gak papa bi, Oh iya tolong antar Luna ke kamarnya ya. Saya mau langsung ke kantor, Ada kerjaan."
"Mas gak sarapan dulu?"
"Entar aja dikantor. Luna, Saya ada kerjaan dikantor kalo ada apa-apa kamu bisa minta tolong sama bi Irah." El lalu pergi meninggalkan Luna dirumahnya.
***
"Ayo mba, Bibi antar ke kamarnya." Luna mengangguk lalu masuk kerumh mewah milik El. "Gak heran kenapa El punya rumah sebesar ini, Dia seorang CEO kaya raya. Yang bikin heran kenapa bisa betah tinggal tinggal dirumah sebesar ini cuma sama beberapa ART." Sekilas ucap Luna dalam hati.
"Kalo ada apa-apa, Bilang aja sama bibi ya mba jangan sungkan." Kata bi Irah sambil menuntun Luna menuju kamarnya.
"Pak El tinggal sendiri dirumah ini?" Tanya Luna hanya sekedar membuka obrolan.
"Iya mba, Paling ya sama kita-kita aja."
"Orang tuanya?" Mendengar ucapan Luna bi Irah tersenyum pada Luna.
"Pak El seorang anak yatim piatu mba. Dia besar dipanti asuhan, Tapi Tuhan selalu adil dan akhirnya seperti yang kita liat sekarang." Luna terdiam sejenak mendengar bi Irah. Kini ia tau alasan El menganggap ayahnya seperti orang tuanya sendiri.
"Nah, Ini kamar mba.......Ayo masuk." Bi Irah membuka pintu kamar berwarna putih itu dan membawa barang-barang Luna masuk kesana.
Luna memutari kamar besar dan mewah yang akan ia tempati. Rasanya terlalu besar untuk ukuran kamar.
"Nanti saya bawakan sarapannya mba kesini, Jadi mba Luna gak perlu repot keruang makan." Kata bi Irah lagi sebelum pergi kedapur menyiapkam sarapan untuk Luna.
"Ummmm bi Irah tau tentang saya dan pak El?" Bi Irah yang sudah berjalan menuju pintu kamar langsung menghentikan langkahnya. Ia berbalik badan lalu menghampiri Luna kembali. Bi Irah tersenyum sambil mengangguk menjawab pertanyaan Luna.
"Percaya aja sama mas El, Dian gak akan ngecewain mba Luna. Mas El memang gak punya orang tua sejak kecil yang bisa mengajarinya tentang tanggung jawab dan kewajiban seorang laki-laki. Tapi, Mas El sangat bertanggung jawab.Mas El gak pernah ngecewain orang-orang disekitarnya." Setelah mengatakan itu semua bi Irah kembali kedapur.
***
Kini tinggal Luna dikamar besar ini. Ia melihat-lihat sekeliling kamar juga diluar jendela yang langsung menghadap taman besar dan luas yang ditanami banyak bunga serta pepohonan.
"Yah, Maaf sampai saat ini Luna belum bisa terima pak El sebagai suami Luna. Tapi kami bisa beteman, Luna rasa itu lebih baik saat ini." Katanya menatap kosong kearah taman.
***
El yang sibuk dikantor karena mau tidak mau harus mengambil cuti beberapa hari untuk menjaga Luna dirumah sakit langsung disambut setumpuk berkas yang harus ia kerjakan.
"Lo ngapain sih kemaren cuti? Lo sakit?" Tanya Daniel sahabat El yang saat ini lagi duduk santai diruangan El.
"Ada urusan, Lo gak ada kerjaan daritadi lo nyantai disini. Rugi dong gue ngegaji lo mahak-mahal."
"Gue sih jangan ditanya, Semua kerjaan udah gue beresin makanya santai. Urusan apa sih? Kok tumben gue gak tau? Kok lo juga tumben gak ngomong sama gue."
Mendengar sahabatnya yang terus memaksa ingin tau urusannya membuat El berhenti mengetik dan melihat kearah Daniel dengan tatapan jengah.
"Mending lo balik keruangan lo sekarang karena gue sibuk, Perlu konsentrasi yang extra buat nyelesaian semua berkas-berkas yang udah pada numpuk dimeja gue."
"Oke.....Oke gue pergi, Tapi gue bakalan terus gentayangin lo sampai lo bilang kemana lo selama 5 hari ini." Daniel lalu bangkit dari sofa dan pergi sesuai perintah El.
El melihat kearah pintu memastikan Daniel pergi dari sana, Karena yang namanya Daniel adalah orang yang paling konyol yang pernah ada. Setelah memastikan Daniel benar-benar pergi dari sana El langsung meraih telepon genggamnya.
"Hallo bi, Gimana Luna? Udah sarapan dan minum obat?" El menelepon kerumah untuk menanyakan keadaan Luna. Biar bagaimana pun juga ia bertanggung jawab atas Luna.
"Udah mas, Sekarang mba Luna lagi dikamarnya."
"Oh ya udah kalo gitu, Maaf ya bi ngerepotin. Makasih udah ngerawat Luna." Setelah itu El mematikan teleponnya.
"Luna? Siapa Luna?" Kata Daniel sambil membuka pintu dengan senyum mengintimidasi dan menyelidiki.
"Ya Tuhan, Lo.....lo mau gue pecat sekalian? Ini dikantor loh, Gue atasan lo gak ada sopan-sopannya ya lo sama bos." El mulai jengkel dengan tingkah sahabatnya yang kadang seperti seorang bocah.
"Ohohoho Maafkan atas kelancangan saya pak El. Saya kemari karena perlu tanda tangan bapak." Katanya lagi sambil menyodorkan sebuah map berwarna cokelat kemeja El. El menatap tajam kearah Daniel yang sedang menahan senyum lalu menandatangi map tadi.
"Oke thank you bos." Katanya sambil meraih map tadi lalu pergi dari sana.
"Btw.....Luna siapa sih?" Katanya lagi sebelum benar-benar pergi. Membuat El mengdengus kesal sambil meketakan pulpen ke atas mejanya.
"Oke...Oke sorry, Slow man slow....." Sadar El yang mulai kesal dengannya Daniel langsung angkat kaki.
"Untung temen, Kalo bukan aja udah gue mutasi lo ke kantor cabang." Gerutu El lalu melanjutkan pekerjaannya.
Elang Edgar Wirayudha
Aluna Dewi Mentari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
duoNaNa
mencelat naik ke atas...bukan copas kan thor?
2023-05-05
0
duoNaNa
ini kok dialognya aneh ya...
2023-05-05
0
Ibi Fit
lain waktu visualnya org india dong thor😅😅😅
2021-08-22
0