Setelah selesai mandi dan makan, El buru-buru kembali ke RS, Takut kalau Luna sadar karena dia cuma sendirian.
***
Sesampainya dirumah sakit El langsung menuju kekamar rawat Luna.
Belum lama ia masuk El kembali berlari keluar kamar.
"Suster liat pasien dikamar ini gak? Katanya bertanya pada perawat yang baru saja lewat di depan kamar rawat Luna.
"Saya gak ada liat pak. Mungkin pasien lagi di toilet." Katanya lalu pergi meninggalkan El yang kebingungan karena Luna tidak ada dikamar nya.
El kembali ke kamar memeriksa dengan benar, Barang kali yang di ucapkan perawat tadi benar. Ia mrngetuk pintu toilet berulang kali tapi tidak ada jawaban dari dalam El pun nekat membuka pintu toilet dan disana tidak ada sosok Luna. El mengusap kasar wajahnya, Terlihat jelas ia sedang frustasi karena Luna.
El berlari keluar ruangan. Ia bertanya pada siapa saja yang ia temui namun jawaban mereka semua sama, Tidak melihat sosok Luna.
"Kamu dimana sih Luna?" Katanya sambil terduduk lelah didepan ruangan Luna dirawat.
"Abang lagi nyariin kakak yang ada dikamar ini ya? Yang kakinya patah dan jalannya pakai tongkat." Kata seorang anak perempuan menghampiri El. El langsung mengangguk cepat.
"Katanya dia mau keatap, Mau ketemu ayah nya yang tinggal disurga." Ucap polos anak perempuan itu.
"Makasih ya." El langsung berlari menuju atap rumah sakit. Karena pintu lift belum juga terbuka ia memilih naik keatap rumah sakit melalui tangga darurat.
El terus berlari menaiki anak tangga satu persatu, Tidak perduli dengan nafasnya yang tersengal-sengal dan bajunya yang basah karena keringat.
El menengadah melihat beberapa tangga yang harus ia lewati.
***
Setelah sampai didepan pintu atap RS, Tanpa membuang waktu El langsung mendobrak pintu besi itu. Dan benar saja saat El masuk Luna sedang berdiri ditepi atap.
"Luna stop!" Teriaknya dengan nafas putus sambung karena harus berlari menaiki 7 lantai mnggunakan tangga.
Luna memutar tubuhnya dan kini menghadap kearah El.
"Please Lun, Kamu jangan nekat begini." Katanya lagi membujuk Luna. Luna hanya diam tidak juga bicara hanya air mata yang mewakili semua perasaan yang ia rasakan saat ini.
"Jangan begini, Paling enggak untuk ayah kamu. Kamu pikir ayah kamu bakalan seneng liat anak kebanggan nya berbuat hal gila kek gini Huh?" El memberanikan diri melangkah sedikit demi sedikit mendekati Luna.
"Heh......Anda tau apa? Kita bukan siapa-siapa dan kita gak saling kenal. Jadi berhenti bersikap peduli." Sahut Luna dingin.
"Ya, Kamu bener. Kita bukan siapa-siapa, Kita juga gak saling kenal. Harusnya saat pak Dewa meminta saya untuk menikah sama kamu saya langsung menolaknya. Hmmmmm saya rasa pak Dewa hanya bicara omong kosong. Anak ku yang baik, Anak ku yang penurut, Anak ku yang selalu membanggakan katanya, Heh......Nyata nya saya menikah sama cewek lemah, Cengeng dan juga nyusahin. Selama ini pak Dewa selalu bicara omong kosong, Pembual dan satu lagi apa mungkin dia emang sengaja nikahkan putri manja dan lemahnya sama saya biar bisa selalu seperti tuan putri. Aaahhh......Bener-bener ngeganggu dan ngebebani."
"Pak Dewa, Kalo bapak menyaksikan ini langsung dari sana tolong, Tolong restui kami, Karena kami ingin segera berpisah. Lagipula gak penting menjalankan janji dari bapak. Toh bapak menipu saya, Atau memang bapak sengaja menjebak saya."
"Cukup! Jangan bicara lagi tentang orang tua saya! Tau apa anda tentang orang tua saya sampai-sampai berani biacara hal yang gak pantas tentang ayah saya." Teriak Luna pada El.Mendadak wajahnya merah padam tangannya mengepal kuat, Jelas saja ia tidak terima kalau ada orang yang menghina atau menjelekan keluarganya terlebih ayahnya.
"Anda bahkan gak tau orang seperti apa ayah saya, Bisa-bisanya anda mengatakan hal buruk tentangnya."
"Saya tau, Saya sangat tau beliau orang seperti apa. Itu sebabnya saya bilang beliau menipu saya. Dilihat sifat beliau yang amat luar biasa baik, Tegar, Lapang dada dan juga penyabar dan dibanding dengan sifat anaknya yang lemah, Rapuh, Putus asa. Miris bukan? Pernah mikir kesana?" Jawab El santai tanpa rasa bersalah pada Luna.
Hari makin gelap jelas saja ini sudah jam 7 malam, Dan lagi ditambah cuaca yang sedang mendung gelap.
"Anda gak tau......Anda gak tau semua hal, Anda gak tau." Katanya kembali menangis dan beriringan dengan hujan yang turun sangat lebat.
"Orang seperti anda tidak pernah tau apa yang saya rasakan. Saya cuma punya satu orang tua, Yaitu ayah saya. Bagi saya ia lebih dari seorang ayah, Ia seorang ibu, Ia seorang kakak, Ia juga bisa menjadi seorang teman bahkan seorang adik yang mengesalkan. Anda gak tau rasanya kehilangan itu seperti apa. Orang seperti anda tidak akan merasakan hal itu karena semua yang anda mau bisa anda dapatkan." Sambungnya dalam isak tangis ditengah hujan.
Mendengar itu El tersenyum hambar, Ia memejamkan matanya sejenak sebelum bicara.
"Saya tau semua rasa itu. Saya bahkan tau rasa yang lebih sakit daripada itu. Kamu beruntung paling tidak kamu memiliki satu orang tua. Sedangkan saya, Saya tidak memiliki satupun orangtua. Kamu beruntung memiliki satu orang tua namum bisa kamu jadikan ayah, Ibu, Kakak, Teman dan adik. Sedangkan saya, Saya hanya memiliki sepi ditiap harinya, Saya hanya berteman dengan bayangan diri sendiri. Hingga suatu hari Tuhan mempertemukan saya sama pak Dewa, Dari beliau saya baru merasakan yang namanya kasih sayang seorang ayah dan Oerhatian dari keluarga. Itu yang membuat saya menghormati pak Dewa." Mendengar ucapan El, Luna terdiam tidak bersuara.
"Saya mohon atas nama pak Dewa orang yang saya anggap orangtua saya sendiri. Tolong jangan seperti ini, Lupakan status pernikahan kita, Kita hanya perlu bersama sesuai permintaan terakhir ayah kamu. Saya tidak akan merusak hidup kamu atau ikut campur urusan kamu. Kamu bebas menentukannya sendiri, Jika terlalu canggung dengan semua ini anggap saya sebagai kakak laki-laki kamu, Atau seorang teman cukup."
El yang sudah basah kuyup mengulurkan tangannya pada Luna. Luna masih terdiam menatap El yang makin dekat dengannya sambil mengulurkan tangan.
Luna menyambut tangan El dengan ragu, Namun ia akan mencoba seperti yang dikatakan El.......
El membantu Luna berjalan menjauh dari tepi gedung. Mereka berdua sama-sama basah kuyup. Terlebih El tubuhnya mengigil kedinginan, El memang tidak bisa terkena hujan biasanya ia akan langsung deman dan terkena flu tapi karena keadaan yang memaksa El harus kuat dan tahan dibawah guyuran hujan yang deras.
Sesampainya di ruang rawat Luna langsung mengganti bajunya dibantu perawat yang sejak tadi bingung mencari keberadaan Luna. El juga langsung mengganti pakaiannya sambil menunggu Luna.
Tidak lama Luna dan dua orang perawat keluar dari kamar mandi.
"Maaf atas kelalaian kami menjaga pasien." Kata perawat tadi pada El sebelum meninggalkan ruangan. El mengangguk tidak masalah lagipula ini memang bukan kesalahan pihak RS pikirnya.
Kini hanya tinggal Luna dan El yang ada diruangan itu. Luna memilih tidur membelakangi El yang juga sudah berbaring disofa membelakangi Luna.
"Bisakah saya mempercayai anda?" Ucap Luna memecah keheningan. El kini membetulkan posisinya ia menelentangkan tubuhnya dan menatap langit-langit RS.
"Jangan percaya jika kamu ragu, Dan percaya jika kamu yakin. Karena percuma jika kamu percaya tapi hati kamu ragu pikiran kamu gak akan tenang. Dan kalo kamu yakin tanpa harus saya jelaskan atau minta kamu akan percaya dengan sendirinya." Ucap El, Setelah itu tidak ada jawaban lagi dari Luna, El sempat menunggu penasaran apa yang akan dikatakan gadis itu lagi namun setelah itu ia pikir mungkin Luna tertidur karena pengaruh obat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Min Asih
Gooot, jangan percaya jika kamu ragu & percaya jika kamu yakin...🥰🥰🥰🥰
2021-11-26
0
Jeane
bukanya luna yg akhrnya maksa ngajak nikah el..? knp jdnya luna yg ngamuk" ga jelas ke el.. bingung
2021-08-13
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
kata katanya bagus
2021-07-12
0