Kulemparkan tubuhku di atas kasur sembari melepas lelah.
" Hmmmm aku nggak pernah menyangka dia ternyata selama ini tinggal di sini juga, kenapa baru sekarang aku bertemu dengannya?"
" Ahhhh mati aku...kenapa aku lupa menelfonnya tadi? pasti dia bakalan marah marah seperti biasanya." Kataku dalam hati.
Kuambil hp di dalam tasku, benar saja dia sudah menelfon sebanyak 7 kali, mungkin aku tidak mendengarnya saat ngobrol dengan Elmo di Mall tadi.
" Hallo."
" Kamu dimana sih? lihat berapa kali aku nelfon kamu? Besok besok lagi nggak usah kerja deh, tiap kerja hpmu disilent!!"
" Maaf Bim, itu udah aturan kerjaku."
" Aturan kerja macam apa, kalau itu telfon penting bagaimana? apa tetap tidak boleh diangkat?"
Benar saja sifat pemarahnya itu yang sering buat aku nggak pernah nyaman saat bersamanya, dia pria yang egois, bahkan dia tidak suka aku bekerja, dia hanya ingin aku di sampingnya terus.
Bima cowo berhidung mancung keturunan Arab, dia kekasihku. Kami menjalin hubungan saat aku masih kuliah semester 6, sedangkan dia sudah bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Dia adalah seorang dokter. Banyak teman temanku bilang aku adalah gadis yang beruntung mendapatkan kekasih seorang dokter, bahkan sekarang dia sudah menjadi spesialis penyakit dalam. Tapi mereka hanya tau luarnya saja, mereka tidak pernah tau bahwa Bima adalah sosok orang yang keras kepala dan mau menang sendiri, selalu saja aku yang mengalah.
" Iya deh maaf..."
Kataku kemudian.
" Kenapa tadi telfon?"
" Nanti aku mau ajak kamu ke tempat pesta pimpinanku. Kamu siap siap jam 7 ya, ingat! Dandan yang cantik, karena aku nggak mau kekasih Dokter Bima Arya Prayoga itu terlihat buruk."
Selalu saja begitu, dia selalu menuntut fisik luarku saja, bahkan dia selalu protes jika berat badanku tiba tiba turun atau bahkan kemudian mendadak naik.
" Iya siap!"
Bima sebenarnya dia itu tampan, tapi dia tidak pernah bersikap lembut padaku, jarang bercanda, dan selalu saja serius.
Entah kenapa dulu aku jatuh cinta padanya, yang awal mulanya aku adalah salah satu pasien rumah sakitnya, dan kemudian malamnya dia tiba tiba menelfonku. Sebuah hal yang tidak lazim, seorang dokter yang baru pertamakali memeriksa pasiennya, begitu perduli untuk mengetahui keadaannya melalui telfon pribadinya. Hingga kemudian Bima menyatakan cinta padaku, dan hingga detik ini kami menjalin hubungan.
Aku langsung masuk ke dalam toilet dan mengguyur tubuhku.
" Ahhhh segar...!"
Air meresap masuk ke dalam pori poriku, dan menghilangkan sedikit lelahku setelah pergi seharian tadi.
Selesai mandi aku segera berpakaian, aku memilih sebuah gaun terusan selutut dan berlengan pendek warna hitam, gaun yang pernah dibelikan Bima di hari ulang tahunku.
Selesai sholat magrib aku langsung berias, kubiarkan rambutku terurai menambah kesan seksi di wajahku. Kutambahkan make up tipis di bagian pipi dan mata. Kemudian kuambil sepatu berhak tinggi warna merah, dan juga tas warna senada, serasi dengan warna detail baju yang kupakai. Kupandangi tubuhku di cermin hmmmm cukup cantik, dan aku tersenyum puas. Kupandangi jam di kamarku, masih setengah jam lagi.
Aku keluar dari kamarku, dan menuju kamar temanku Dinda.
" Wow cantik sekali kamu Ve! Pantes aja Bima tergila gila padamu, mau kemana kamu ?"
Aku kemudian merebahkan tubuh di kasur Dinda.
" Aku mau ke pesta pimpinannya Bima. Sebenernya aku males pergi sih, pasti disana dia nanti membangga-banggakan aku di depan teman temannya, dan sok mesra gitu."
" Ya seharusnya kamu bangga dong Ve."
" Kamu kayak nggak tau Bima aja. Aku tuh nggak nyaman deket dia, apalagi kalau harus berpura pura romantis di depan teman temannya nanti ".
" Hhhhh menyebalkan ", gerutuku.
" Hahaha tapi masih kamu pertahanin sampai sekarang ?"
" Ya karena aku tuh takut dia itu tipe pria yang kasar, dan nggak mikir panjang."
" Tapi dia sama pasiennya apa seperti itu juga ya?"
" Ya nggaklah, tau sendiri dia suka banget pencitraan. Awalnya dulu waktu dia deketin aku juga kirain orangnya sabar, ternyata sesudah pacaran lama lama ketahuan juga sifat aslinya."
Tak lama kemudian terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku.
" Eh aku berangkat dulu ya, itu Bima sudah datang ", kataku sembari bangun dari tempat tidur.
" Hati hati ya Ve."
" Ok...", kataku.
Kemudian aku segera keluar menemui Bima.
" Ayo Bim aku sudah siap." Bima menengok ke arahku.
" Hei kenapa rambutmu acak acakan? Sisiran lagi sana!"
" Ah cuma sedikit, tadi karena aku buat tiduran di kasur Dinda."
" Kita nggak akan berangkat sebelum kamu rapihkan rambutmu !!"
" Hhhhhh...!" aku sedikit kesal, Bima sebegitu rumitnya tentang penampilan, hingga rambutku tidak rapihpun jadi masalah buatnya.
Aku masuk lagi ke kamar Dinda meminjam sisirnya, karena aku malas jika harus membuka kamarku lagi yang telah dikunci.
" Kok balik lagi Ve?"
" Tuh tuan besar, katanya rambutku kurang rapih, dasar cowok rewel."
Dinda hanya tertawa sembari menutup mulutnya melihatku ngomel ngomel. Setelah selesai aku keluar lagi, masih dengan wajahku yang cemberut.
" Nah ini baru pantas jadi pacar Dokter Bima, cantik kamu Ve."
" Ahhhh persetan ", bathinku.
Kemudian Bima menjalankan mobilnya.
" Kamu kenapa sih dari tadi diam saja?"
" Nggak papa ", kataku singkat sembari membuang pandanganku ke arah jendela kiriku.
" Kamu nggak suka aku tegur rambutmu tadi?"
" Menurut kamu?" jawabku.
" Kamu kan tau Vero, kamu kekasih seorang dokter terkenal, jangan sampai kamu mempermalukan aku di depan teman temanku."
" Ohhh jadi jika penampilanku jelek aku akan mempermalukan kamu? Begitu?"
" Iyalah Ve, dipikirnya aku nggak bisa mengurus kekasihku sendiri."
" Hhhhhh kamu tuh cuma mikir penampilan aja, ini nih dipikir." Kataku sambil menunjuk dadaku.
" Maksudmu?"
" Hati Bim, hati...!! Buat apa kita mikirin penampilan luar saja, kalau hati kita nggak kita pikirin. Kamu sibuk memperbaiki penampilan kamu, tapi kamu apakah pernah memikirkan untuk memperbaiki hati kamu ?"
" Cukup Vero cukup !!!". Bima tiba tiba menghentikan mobilnya.
" Dengar! Aku ngajak kamu itu untuk pergi ke pesta, bukan untuk berdebat."
Aku diam saja tak menggubris kata katanya.
Kemudian Bima kembali menjalankan mobilnya, tapi kali ini lebih kencang, aku hanya berpegangan di samping tempat dudukku, sedikit ngeri, tapi aku tak memperdulikannya. Sudah kebiasaannya selalu begini, setiap marah pasti dia akan mengemudikan mobilnya dengan kencang.
Tak berapa lama kami sampai di sebuah hotel.
Mobil-mobil mewah berjajar rapi di parkiran. Bima segera menghentikan mobilnya di salah satu tempat yang kosong, dia bercermin sebentar dan kemudian turun.
" Ingat! Disana nanti jangan pernah menekuk wajahmu seperti ini lagi, aku tidak suka melihatmu cemberut."
" Kau tidak suka? atau takut jika dilihat teman temanmu."
" Stop Vero! Kalau kamu belum puas kita berdebat nanti lagi kita lanjutin oke!!!" Bentaknya.
" Hehhhhh laki laki sombong!" Bathinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
tinggalkan aja ve cowok kaya gitu mh
2022-08-02
0
Andi Fitri
ya sudah lah vero dri pada makan hati blm jdi suami udh prosesifnya gtu blm jdi suami tinggalin aja..
2020-12-21
1
Tri Agriani
inget mobil mewah, jangan" ada elmo nanti di dalem☺
2020-09-16
1