gue tau

"Nggak papa nih gue pulang dulu?"

"Nggak papa gue masih ada latihan pasus."

"Ya udah gue balik dulu."

"Yoi hati hati."

Sindi pamit pulang dulu kepada Chika, latihan upacara telah berjalan lancar tinggal besok upacara yang sesungguhnya, Chika harus tinggal dulu di sekolah untuk latihan pasus.

Sindi mengayuh sepedanya pelan, ia menikmati suasana ramai siang ini, soal sepedanya hanya sedikit kempes masih bisalah sampai rumah.

Jalur sepeda tampak renggang, hanya satu dua orang yang melaluinya, Sindi merasa di intai dari belakang tapi ia tidak mengambil pusing karena bisa saja itu pak Agus.

Sepeda Sindi memasuki komplek perumahan, Sindi semakin yakin kalau ada yang mengikutinya dari belakang, Sindi menengok.

"Shiittt... ngapain tuh orang." Sindi mempercepat goesannya.

Keringatnya mulai bercucuran, tangan Sindi terulur menghapus keringat yang membanjiri dahinya hingga tidak sengaja ia menyenggol benda yang bertengger di kepalanya.

"Topi, astaga... mungkin tu orang mau ngambil topinya." Sindi mengerem sepedanya dan menengok kebelakang.

Ia melihat Dava di hentikan oleh pak Agus, dengan segera Sindi menghampiri mereka.

"Kamu pulang saja nak." Ucap pak Agus.

"Saya mau ketemu Sindi pak."

"Nggak bisa! Silahkan pulang saja." Ucap pak Agus tegas.

"PAK... TUNGGU..." teriak Sindi yang sedang mendekat.

"Huh... huh... huh... biarin pak huhh..." Sindi mengontrol nafasnya.

"Biarin saja pak Agus, dia temen Sindi."

"Ouhhhh ya udah neng, tadi bapak lihat den ini ngikutin neng bapak kira siapa, kalau begitu bapak pamit dulu." Ucap pak Agus lalu pamit menjauh dari mereka.

"Nih, makasih." Sindi menyodorkan topi, Dava mengernyit.

"Lu ngikutin gue mau ambil topi kan, nih gue balikin." Ucap Sindi lagi.

"Dih cuci dulu bau bekas keringet lu." Dava tidak mau menerima topi itu.

"Lah kalo gitu kenapa lu ngikutin gue."

"Cuma jagain lu doang eh ternyata udah ada bodyguard." Ucap Dava kelewat santai.

"gue udah peringatin lu dari awal kenapa ngeyel banget jadi orang." Tampang Sindi melai kesal.

"Apa salahnya gue pengen deket sama lu?"

"Gue nggak bisa, gue nggak mau ngasih harapan palsu ke lu."

"Karena nadzar lu?" Dava menaikan sebelah alisnya.

"Lu tau?" Tanya Sindi bingung.

"Apasih yang gue nggak tau." Dava songong.

"Kalo lu tau ngapain lu deketin gue?"

"Gue kan cuma bilang, gue tertarik sama lu, gue pengen kenal deket sama lu, bukan berarti pacar kan bisa aja sahabat, kalo emang kita cocok gue bisa nunggu kok." Ucapan Dava membuat Sindi malu setengah mati, Sindi meruntuki dirinya sendiri bisa bisanya iya berpikir tentang pacar.

"Gue tau semuanya, Devira Sindi Alicia, 19 Februari, perumahan mulya indah komplek B nomer 29 cat warna putih, sekolah SMP Terpadu kelas 8A, sahabatnya Chika, apa lagi ya..." Ucap Dava berfikir.

"Udah udah, gue mau balik besok topi lu gue balikin." Ucap Sindi lalu pergi di susul oleh Dava dari belakang.

"Kita temen ya." Sepeda Dava malaju tepat di sebelah Sindi.

"Hemm.." Sindi hanya membalas dengan deheman.

"Oke sekarang kita temen." Senyum terbit di bibir Dava.

"Ngapain lu ikutin gue?"

"Mau nganterin temen baru pulang." Jawab Dava.

"Apaan sih lu gue bisa pulang sendiri kali."

"Iya gue tau, gue cuma mau nganterin lu sekalian tau rumah lu." Dava kekeh ingin mengantar Sindi pulang.

"Terserah lu aja deh, Btw rumah lu mana?" Tanya Sindi basa basi.

"Nggak gue bawa."

"Astoge... maksutnya Dava..."

" hehehe di perumahan sebelah."

"Ouhhhh." Sindi mengangguk anggukan kepalanya.

"Lu keren kalo lagi mimpin rapat." Puji Dava.

"Biasa aja kali Dav..."

"Beneran kaya udah profesional."

"Jangan puji gue entar terbang, kalo jatuh sakit."

"Entar gue tangkep, kalo nggak lompat aja kan keren tuh kaya tadi." Mereka tertawa mengingat kejadian tadi.

"Lagian udah tau sepeda ginian eh di tumpangin kerdus minuman botol dua lagi ya ngga kuat lah yang ada pecah ban lu, kenapa nggak minta tolong sama pak pak tadi?."

"Hahaha..." Sindi menghentikan tawanya.

"Karna lu temen gue jadi gue kasih tau tapi awas kalo lu sebarin." Ucap Sindi memperingati Dava sebelum memberitahu sesuatu.

"Karna lu temen gue jadi gue janji nggak bakal bilang ke siapa siapa."

"Anak anak SMP taunya gue anak yang pas pasan, berangkat aja pakek sepeda, gue sendiri yang pengen nutupin keaslian gue yang tau cuma Chika dan sekarang lu juga tau, ayah biarin gue nyembunyiin semua ini asalkan tetep di kawal pak Agus, bodyguard gue tadi, kalo pak Agus yang nganterin pasti bakal kebongkar, jadi gue bawa aja sendiri." Jelas Sindi.

"Gue juga kaget plus bingung tadi tiba tiba di hadang pak Agus, orangnya baik si tapi agak nyeremin, kaya lu pertama kali."

"dih dih gue nggak nyeremin ya, lebih nyeremin lu sok sokan cool, biar misterius gitu eh aslinya kek gini."

"Hahaha... biar ngasih kesan yang beda pas awal ketemu, kan lu ngga pernah deket sama cowo jadi gue pikir gimana caranya biar bisa temenan akrab, kalo lu pas awal di baik baikin pasti menghindar."

"Iya sih, jijik aja sama orang yang SKSD alay gitu, tiba tiba ngajak kenalan, mungkin itu salah satu sifat jelek gue kali ya..."

"Gue yakin lu gitu cuma mau membentengi diri lu sendiri."

"Seratus buat lu, udah lah gue masuk dulu lu pulang hati hati."

"Yoi, cuci tu sampai wangi."

"Iya... gue semprot minyak tahan ntar."

"Dih apaan"

"Hahaha ya udah gue masuk."

"Gue juga pulang dulu." Dava memutar balik dan mulai meninggalkan rumah Sindi.

{\_/}

( •.•)

/>❤

Terpopuler

Comments

Daratullaila🍒

Daratullaila🍒

Hai author! Aku mampir nih😁 semangat terus nulisnya🤗 ditunggu feedbacknya🤗 5 like dan 5 rate sudah mendaraattt

Numpang promo ya, mampir juga ke novel pertamaku
Salam dari Calon Istri CEO

2020-12-26

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

jejak like dari aku thor, ditunggu feedbacknya

2020-09-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!