Joe tampak tak senang dengan kehadiran Angeline disana. Meskipun Angeline adalah teman masa SMA nya dulu. Karena Joe tau persis bagaimana karakter Angeline. Jika pun ia ingin dekat dengan Angeline. Itu semua bukan karena cinta. Melainkan Angeline yang minta.
Makan malam telah selesai. Angeline pamit pulang terlebih dahulu. Sebenarnya ia masih ingin ada disana, mendekati Mama Joe dan bercengkrama dengan nya. Namun saat makan malam tadi, Paman nya menelpon dan menyuruhnya untuk segera pulang. Dikarenakan ada urusan penting yang harus mereka bicarakan. Maka dari itu Angeline pamit terlebih dahulu.
"Terima kasih ya Tante atas jamuan makan malam nya. Lain kali Angel masih bolehkan main-main kesini lagi." Angeline tersenyum manis.
"Boleh sekali Ngel, Tante malah senang sekali jika kamu sering-sering main kesini. Jadinya kan Tante punya teman untuk mengobrol." Ucap Mama lembut.
"Makasih ya Tante, ya sudah. Angel pamit dulu ya. Joe aku pamit duluan ya," Ujar nya sembari mengalihkan pandangan nya kearah Joe.
"Hmm," Tatapan Joe dingin.
Angeline kemudian pergi dari sana. Hingga kini tinggalah mereka bertiga. Kini pandangan Mama fokus kearah Tania. Ia kemudian tersenyum dan menghampiri Tania yang masih berdiri di samping Joe.
"Tania, kamu jangan pulang dulu ya. Mama ingin sekali berbincang-bincang dengan mu." Pinta Mama.
Tania tak menjawab, kini ia pun menatap kearah Joe. Seolah mencari jawaban apakah ia harus menerima ajakan Mama nya. Atau menolak nya.
"Jika kamu nggak keberatan. Ayo kita duduk bersama Mama untuk mengobrol sebentar." Joe seolah memberi kode dengan kata-kata nya. Jika ia menyetujui ajakan Mama nya, sehingga kini mereka pun beralih menuju ke ruang tengah.
Disana ruangan itu. Terlihat sekali jika Mama Joe memiliki citarasa yang sangat tinggi. Furniture yang ada terlihat sangat klasik, di tambah lagi tata letak barang-barang tersebut sangat lah apik. Sehingga membuat kesan yang ada di ruang tengah itu terlihat santai namun elegan.
"Bik, sini." Panggil Mama.
Bik Saodah yang tengah membersihkan hiasan bunga yang ada diruangan itu kemudian berjalan menuju kearah Sofa, dimana sang Nyonya memanggilnya.
"Nyonya memanggil saya." Ucap Bik Saodah.
"Tolong kamu buatin teh hangat untuk kita bertiga ya." Ucap Mama lembut.
"Baik Nyonya, segera saya buatkan." Jawab Bik Saodah. Ia pun kemudian berjalan kearah dapur untuk mengerjakan tugasnya.
Sementara itu.
"Tania, bolehkah Mama bertanya?" Ucap Mama sembari menatap serius.
Tania merasa gugup. Saat melihat raut wajah Mama yang terlihat serius saat menatap nya.
Namun ia tetap berusaha rileks agar kegugupan nya tak tampak didepan Mama Joe.
"Boleh Ma," Sahut nya seraya melebarkan senyuman.
"Kamu berapa bersaudara?" Tanya Mama Joe.
"Tania anak tunggal," Jawab nya jujur.
Ia tak ingin berbohong jika itu menyangkut status pribadi nya.
"Ohh..," Mama mengangguk kecil."Orang tua kamu siapa? Dan sekarang tinggal dimana?" Lontar Mama lagi.
"Kedua orang tua Nia sudah meninggal Ma. Dan juga Nia cuma tinggal di kontrakan kecil dekat kampus." Tania tetap jujur.
"Kasian sekali kamu. Terus apakah sekarang kamu masih kuliah atau sudah kerja?" Mama semakin penasaran.
"Nia kerja di perusahaan kita Ma, dia adalah sekretaris pribadiku." Timpal Joe yang duduk disamping Tania.
"Oya, bagus sekali. Berarti kalian bisa bertemu setiap hari dong." Raut wajah Mama seketika berubah begitu senang saat mengetahui jika Tania adalah sekretaris pribadi nya. Berarti dengan begitu mereka bertemu secara intens setiap harinya. Sehingga harapan nya untuk Joe menikah akan segera terwujud. Begitu pikirnya.
Dari arah dapur, terlihat Bik Saodah berjalan menuju kearah mereka. Dengan membawakan nampan yang berisi camilan beserta minuman buatan nya. Kini ia pun menyajikan nya diatas meja dengan baik dan setelah itu ia kembali mengerjakan tugasnya.
"Diminum teh nya nak," Mama mempersilahkan Tania dengan lembut.
"Makasih Ma," Sambut Tania. Tanpa ingin mengurangi rasa hormat, ia pun kemudian mengambil teh nya lalu meminumnya.
"Joe, kok kamu nggak pernah cerita sih sama Mama, jika kamu mempunyai pacar secantik Tania. Bukan hanya cantik, dia juga mandiri." Puji Mama sehingga membuat Tania merasa semakin gugup.
"Sepertinya Mama Joe menyukai ku. Tapi kenapa aku jadi gugup gini ya, seolah-olah aku sedang bertemu dengan calon mertuaku sendiri.
Gumam Tania.
Lalu ia kembali melebarkan senyum nya.
Sedangkan Joe mulai merangkul nya dari samping.
"Joe belum sempat cerita Ma, dan sebenarnya juga Joe belum mau ngenalin Tania ke Mama. Tapi karena Mama memaksa, terpaksa deh Joe bawa dia kesini." Ucap Joe santai.
Mama menggelengkan kepalanya seraya menatap kearah Joe.
"Baiklah, jika kalian sudah lama bersama. Jadi kapan kalian akan meresmikan hubungan ini." Ucap Mama kembali menatap serius.
Mendengar ucapan Mama yang tiba-tiba saja menanyakan pernikahan nya. Membuat Joe yang sedang menikmati teh nya tiba-tiba saja tersedak.
"Uhuk, uhuk,"
"Kamu kenapa?" Mama menatap tajam.
"Nggak apa-apa kok Ma." Sahut Joe.
"Oya, mengenai pertanyaan Mama tadi. Mama tenang saja, karena secepatnya kita akan berdua akan segera menikah." Ujar nya seraya mempererat rangkulannya terhadap Tania.
"Apa! Menikah! Apa dia sudah gila, berani sekali memainkan sandiwara seserius ini.
Gerutu Tania dalam hati.
Ia tak menyangka jika mereka akan seserius ini dalam memainkan sandiwara. Sehingga kini membuat nya merasa jengah disana.
"Baguslah kalau begitu. Sekarang segala urusan pernikahan biar Mama yang urus. Kalian tenang saja, fokuslah pada hubungan kalian ya." Ujar sang Mama.
Namun berbeda dengan Joe dan juga Tania. Wajah mereka kini mulai berubah khawatir.
"Nggak usah Ma, Biarkan kami yang urus semuanya. Kami nggak mau Mama terlalu capek nantinya jika terlalu sibuk mengurusi urusan kami. Lagi pula segala sesuatu nya sudah selesai kami persiapkan." Ucap Joe, ia tak ingin jika nantinya Mama tau tentang apa yang terjadi sebenarnya. Sehingga bisa membuat nya dijodohkan dengan wanita pilihan Mamanya.
"Yang benar saja. Jika pernikahan ini benar-benar terjadi, bisa-bisa aku gila dibuat olehnya.
Rungut Tania, kini ia mulai menatap kearah Joe dengan tatapan sinis. Sembari membayangkan bagaimana repotnya ia jika harus menjalani pernikahan dengan pria cabul sepertinya.
"Baiklah, jika itu keinginan mu. Tapi Mama harap bisa secepatnya mendengar tanggal baik dari kalian. Karena jujur saja Mama ingin sesegera mungkin melihat kalian menikah dan menimang cucu Mama." Harap Mama.
Malam itu mereka berbincang cukup lama. Sehingga tanpa terasa malam semakin larut. Joe kemudian mengantarkan Tania pulang kerumah nya. Karena malam begitu larut, mau tak mau Tania harus menerimanya. Terlebih lagi ia tidak mau jika Mama Joe sampai mengetahui yang sebenar nya.
Kini tibalah mereka didepan pintu gerbang kampus. Pak Min memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, ia kemudian keluar dari sana setelah mendapat kode dari Joe untuk segera keluar. Sehingga kini tinggalah Joe dan Tania berdua.
"Terima kasih untuk malam ini." Ujarnya lembut.
"Sama-sama," Sahut Tania." Aku juga ingin berterima kasih karena anda sudah sudi mengantarkan saya pulang." Ucap nya formal.
Kini ia ingin beranjak dari tempatnya dan meraih gagang pintu mobil. Namun tangan nya tertahan saat Joe memegangi sebelah tangan nya dan menarik nya hingga jatuh kedalam pelukan nya.
Deg,
Jantung Tania seketika berdegup kencang saat berada dalam pelukan Joe. Namun ia berusaha menepis semua gejolak nya sehingga kini ia mulai berontak untuk bisa terlepas darinya.
"Tuan, bukankah tugas saya sudah selesai. Sekarang bisakah anda melepaskan saya untuk segera kembali kerumah." Pinta Tania.
Namun sayang nya Joe tak menggubrisnya.
"Kau tahu, malam ini kau terlihat sangat cantik sehingga membuat ku tergoda olehmu." Ucap Joe sedikit berbisik. Kini ia juga semakin mendekatkan wajah nya kearah Tania. Sehingga membuat Tania semakin berontak dalam pelukan nya.
"Dasar pria brengsek!" Maki Tania.
Namun Joe sama sekali tak menggubrisnya.
"Joe le.."
Cup
Tanpa ingin mendengar apapun lagi. Kini Joe mendaratkan ciuman nya disana.
"Umm, mm.."
Dengan kasarnya ia ******* habis bibir Tania sehingga membuatnya kesulitan bernafas. Namun perlahan-lahan ciuman itu menjadi lembut sehingga membuat Tania mulai bisa bernafas.
Merasakan ada kelembutan disana. Membuat jantung Tania kembali berdegup kencang. Aliran darah nya seolah berdesir mengalir keseluruh tubuh nya. Kini tanpa disadari ia mulai pasrah dan menikmati ciuman itu.
Melihat sikap Tania yang mulai diam bahkan tergolong menikmati menurutnya. Membuat Joe semakin memperlancar aksinya. Tangan nya yang awalnya hanya diam terpaku ditangan Tania, kini mulai ia gerakkan menyelinap kedalam baju gadis itu. Sehingga kini ia bisa merasakan betapa hangatnya kedua bongkahan kenyal itu.
Tentu saja itu membuat nafsunya semakin memburu. Ciuman yang awalnya hanya di bibir saja, kini mulai ia turunkan kebagian leher Tania. Sehingga tanpa terasa erangan kecil keluar dari mulut gadis tersebut.
"Hmmm,"
Joe kemudian menatap gadisnya itu. Ia melihat jika saat ini Tania juga menikmati setiap apa yang ia lakukan. Sehingga membuat gairah yang mulai membara semakin terpacu kuat dalam dirinya. Ciuman nya telah turun keleher itu kini semakin mengganas. Tangan nya juga mulai nakal dengan meremas lembut bongkahan kenyal itu. Namun seketika pikiran jernih nya kembali muncul saat Joe mulai membuka kancing bajunya.
"Sudah cukup Tuan!" Mendorong keras ke belakang. "Saya tidak ingin lebih jauh lagi!" Tania memalingkan muka.
"Kenapa? Bukankah kau juga menikmatinya?" Senyum sinis terlihat di garis bibirnya.
"Menikmati? Haha, mungkin iya. Tapi apakah anda tau jika hal ini tidak pantas dilakukan! Saya mohon buka pintunya karena saya ingin segera pergi dari sini!" Teriak Tania.
Seketika airmata nya mengalir membasahi pipinya. Ia tak menyangka jika ia bisa melakukan hal sememalukan itu dengan atasan nya. Sehingga membuatnya semakin ingin pergi dari sana.
"Tuan! Keluarkan saya!" Teriak nya lagi.
Joe mengerutkan dahinya. Melihat Tania yang saat ini menangis, membuatnya merasa bersalah. Ia kemudian membuka kunci pintu dan membiarkan Tania keluar dari sana.
Melihat pintu mobil yang telah terbuka. Tania pun segera turun dari sana, ia kemudian berlari meninggalkan mobil tersebut kearah kontrakan nya. Sementara itu Joe masih menatap kepergian nya.
"Kenapa dia harus menangis seperti itu. Bukankah tadi kita hanya berciuman saja. Dasar aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
excellent story'thor lanjutkan
2023-05-25
0
aan
Ceritanya bagus thor, tapi kata SEHINGGA terlalu banyak thor hampir disetiap paragraf. Dikurangin ya thor biar makin semangat bacanya
2021-09-05
3
Norintan Nazmie Tim's Sha
harap² mama tuan joe baik terhadap tania ,sbb tania ank yatim piatu ,kasihan tania
terbaik thor
2021-08-02
0