Aku masih tenggelam dalam pelukan Ammar dengan isakan tangis.
Segala rasa sudah berkumpul jadi satu di hati dan otak ku, rasanya sudah tak tahan aku memendamnya.
Bagaimana ini Tuhan?
Aku sangat marah, aku sangat membencinya, tapi aku juga sangat merindukannya, aku masih mencintanya.
" Maafkan aku Fanny, maafkan aku. Berhentilah menangis, kau masih sakit. Aku tidak ingin kau semakin sakit dan lemah, aku ingin kau segera sembuh. Aku rindu Fanny yang selalu ceria, sehat, dan riang. " Ucap Ammar sembari mengelus-elus punggung belakang ku.
Sedangkan aku masih tidak bisa menghentikan tangisan yang kian mengalir deras.
Tangisan ku terhenti begitu saja setelah mendengar suara dering ponsel Ammar di kantongnya.
Aku melepaskan pelukan ku seketika, Ammar meraih ponselnya dan begitu di lihat raut wajahnya berubah dengan helaan nafas panjang.
" iya ada apa Nay? " Jawab Ammar dengan ekspresi cuek.
Mendengar nama Nayla di sebut emosi ku mulai bangkit lagi.
Ntah apa saja yang di bicarakan oleh Nayla sedaritadi, ku lihat Ammar hanya terdiam saja dengan cuek.
Aku tidak tahan ingin menjauh, meski kenyataannya ku lihat Ammar cuek demikian membuat ku sedikit senang.
Aku hendak pergi menjauh, dengan alasan pergi ke kamar mandi. Namun seketika Ammar menarik tangan ku, aku menolak nya.
Dia menarik paksa kemudian menggenggam erat bersatu dengan tangan nya. Aku menanggapinya dengan penuh marah.
Ammar masih terdiam mendengar suara Nayla yang ntah apa di bicarakannya kenapa begitu lama, dan Ammar hanya menjawab nya dengan Iyya ataupun tidak, entah gak tau atau kata mungkin juga bisa kan.
Sedangkan hati ku mulai menyerang dengan pertanyaan yang begitu pedas.
Untuk apaaaaaa masih mendengarkan mereka berbincang begitu di ponsel, di depan mu pula Fanny?Emang dasar kau bodoh ya, mau aja. Tangan mu di genggam oleh Ammar begitu, sedangkan kau ikut menyaksikan dan mendengarkan Ammar berbincang dengan Nayla.. Cewek yang dia sukainya saat ini bukan? Atau malah mungkin sudah berubah jadi cinta. Kau bodoh Fanny, kau bodoh !!!
Aaaaaaaaarght...
Aku tak tahan mendengar makian dari hati ku sendiri, aku kembali menarik paksa tangan ku yang sedaritadi digenggamnya.
Namun nihil, sia-sia. Tubuhku terlalu lemah untuk melawannya saat ini, aku terus meronta hingga akhirnya aku terhenti meronta ketika mendengar ucapan Ammar pada Nayla.
" Nayla. Mari kita akhiri ini saja, dan tidak untuk menjadi teman baik sekalipun, Aku memang sempat menyukai mu, HANYA MENYUKAIMU saja. Tidak lebih, itu karena aku terobsesi dengan wajah dan sikap mu, tutur kata mu, dan semua yang ada pada dirimu mengingatkan ku pada Eliez. Wanita yang pernah ku cintai setengah mati tapi kemudian meninggalkan ku begitu saja, aku hanya terhanyut oleh kenangan itu pada mu, sejujurnya aku sudah memiliki orang yang ku cintai saat ini. Dan ku rasa kau sudah lama mengetahuinya, maafkan aku Nay. Lupakan semuanya dan jangan pernah menghubungi ku lagi, bye. "
Klik !!!
Ammar mematikan ponselnya begitu saja, tanpa menunggu reaksi apa yang akan di lakukan oleh Nayla.
Aku masih tertegun, rasanya aku gembira bukan main. Aku ingin teriak sekeras-kerasnya, aku ingin meloncat kegirangan, aku bahagia tuhan, aku bahagia...
Dari saking bahagianya, air mata ku kembali mengalir deras dan jantung ku bergetar hebat, sulit ku jabarkan semua perasaan yang ku rasakan mendengar semua ucapan Ammar pada Nayla kali ini.
Ammar memandang ku, dia tersenyum sedikit memaksa. Aku kecewa melihatnya, mungkinkah Ammar terpaksa melakukannya? Mungkinkah dia masih sangat menyukai Nayla, atau kah dia menyesali ucapannya?
Aaku mulai di serang perasaan ragu lagi.
" Fanny, tetaplah di sisiku selamanya. Aku harap kau masih mencintai ku, masih mengharapkan ku, bangun lah kembali rasa percaya itu untuk ku, Fanny." Kali ini wajah Ammar berubah serius menatap ku.
Aku sudah tidak sabar, tidak tahan rasanya menyaksikan ini semua.
Ku peluk tubuh kekar Ammar dengan erat, sangat erat. Tangis ku pecah di iringi senyuman puas di bibir ku.
Ah. . . rasanya aku tidak percaya dia akan benar-benar kembali pada ku, melepaskan Nayla, menyelesaikan nya di depan mata ku secara langsung. Betapa aku merasa satu-satunya wanita yang sangat berharga baginya saat ini.
Terimakasih Ammar, Aku mencintaimu. Aku mencintaimu !!!
ucap ku dalam hati.
Sementara Ammar melepas pelukan ku dengan senyuman yang dia lempar pada ku.
Cup !!!
Dia mengecup lembut kening ku, kedua pipi ku, hidung ku, dan bibir ku. Ia mengecup nya begitu lama di bagian itu.
Aku tersenyum tersipu malu padanya.
" Apa kau bahagia sayang? Apa kau puas? Apakah ini sesuai dengan yang kau harapkan? Maaf membuat mu menunggu lama. Aku membutuhkan waktu untuk berpikir jernih, hingga aku menyadari betapa aku sangat bersalah telah mengkhianati cinta kita, aku hanya tergoda dengan kehadiran Nayla yang mirip dengan mantan ku, tapi bukan berarti aku mencintainya. Kali ini apa kau... "
Aku mengecup bibir Ammar seketika, menghentikan segala penjelasannya yang panjang kali lebar sedaritadi membuat ku seakan melayang jauh.
" Aku mencintaimu, Ammar. " Jawab ku pelan.
Ammar tersenyum puas, kemudian dia mendekatkan wajahnya pada ku, kami mulai berciuman bibir.
Aaah.. Entah darimana kekuatan ini hadir, seakan tenaga ku kembali normal menerima dan melawan ciuman bibir ammar yang kembali membuat ku bergairah.
Aku tersadar, ini di kamar ku. Posisi pintu pasti tidak terkunci, aku mendorong tubuh Ammar seketika.
Ammar terkejut heran.
" Ini... Ini di kamar ku Ammar, nanti bunda atau ayah melihat kita. Aku gak mau mereka mikir macam-macam. " Jawab ku pelan.
Ammar tertawa, mencubit gemas hidung ku.
" Aku lupa, maaf sayang. Aku terlalu bersemangat dan sedikit bergairah. Hihi.. " Jawab nya meledek ku.
" Ih apaan sih, liat aku udah sakit gini kau masih saja menggoda ku, emang nya gak lihat aku kucel seperti ini hah? Ini semua perbuatan siapa hah? "
" Wah.. Udah mulai bertenaga lagi ya, sudah bisa ngomel sayang ku ini. Sini peluk lagi, "
Ammar memelukku kembali dan mengecup keningku.
" Mmmuach.. Terimakasih Fanny, kau masih mencintaiku dan setia menanti keputusan dari ku."
" Cih.. GR lagi kan, siapa juga yang menantimu? Malahan aku sudah di kenalkan dengan cowok baru oleh Farel." Jawab ku dengan sedikit cemberut.
" Oh, jadi begitu? Hmm. . . secepat itu? Yakin? Awas aja ya, kau berani begitu. Aku bunuh cowok itu, berani-beraninya merebut wanita ku. " Jawab Ammar dengan kesal.
" Siapa suruh? kau yang memulainya kan? "
" Aku sudah mengakhirinya demi kamu sayang !!!" Jawab Ammar setengah merengek.
Aku tertawa kecil, ih lucu deh kalau merengek begitu.
Ucap ku dalam hati.
" Kau tau Fanny, sikap Farel berubah pada ku. Tanpa sengaja aku bertemu dengannya dirumah Andi, dia memalingkan wajah dengan penuh amarah pada ku. Bahkan sempat membanting pintu di depan ku, aku takut melihatnya begitu. Aku belum pernah melihatnya demikian sayang, Farel anak yang lembut baik di sekolah, anak yang pendiam dan pintar. Itu sebabnya aku mendekatinya untuk lebih berprestasi. Tapi saat ini dia... Menakutkan." Jelas Ammar.
Aku tertawa lepas menanggapinya, ya jelas lah dia bersikap begitu.
Secara, aku bibi satu-satunya yang sangat dia sayangi dan dekat dengannya, tersakiti oleh orang yang di kaguminya, tentu akan membuatnya marah.
" Mengapa kau tertawa Fanny, apa kau mengetahui satu hal mengapa Farel berubah begitu galak pada ku? " Tanya Ammar.
Aku hanya mengangkat bahu menghentikan tawa ku, Ammar menatap ku dengan tajam. Aku memalingkan wajah ku menghindari tatapan matanya yang seolah mulai mengerti sesuatu yang ku sembunyikan.
" Tapi aku tau satu hal, Farel begitu sangat menyayangimu sebagai bibi nya. Aku terkadang takut, bagaimana jika suatu hari aku menyakitimu dan Farel mengetahuinya, apa yang akan dia lakukan? Pastinya lebih parah dari ini bukan? "
Tanya Ammar kembali.
" Mmh.. Mungkin saja, kau langsung di mutilasi Ammar. Hahaha iya kan? percaya gak?" Aku mulai meledek menakutinya.
Ekspresi wajah nya berubah menjadi pucat dan gemetar, aku yakin dia benar-benar percaya dan mulai takut.
Rasain lu Ammar, makanya.. Jangan coba-coba mempermainkan hatiku lagi sampai aku sakit seperti ini karena mu Ammar.
Gumam ku dalam hati.
**HAI HAI HAI. . . semangat nya dooong, komennya dooong, like nya dooooong. . . mulai capek niiih hihihi. . .
Happy reading ya ❤**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Rusme Juthec
kecewa sama Fany
mudah bget memaafkan
2022-07-24
0
Delita
novel ini buatku terombang ambing,,, kebwawa kesel mulu,,, hadeeeeeeh tarik nafas hembus kan... fiiiiuuuuuuh
2021-09-18
0
Gina Savitri
jijik sama cowok omes modelan amar 😠 cuma modal cium sana sini mutusin lewat telpon nggak gentel..
Jangan² telpon udah mati dari nayla lu bilang gitu biar nayla percaya 😬
2021-06-24
0