Delapan Belas

Sesampainya di kamar, aku menutup dan mengunci pintu rapat-rapat. Ku hempaskan tubuh ku diatas kasur, lama ku pejamkan mata dengan air mata yang kembali mengalir deras dengan sendirinya.

Kembali terngiang-ngiang di telinga ku suara Ammar. Ucapan tiap ucapan, tingkah laku nya di kampus, sampai akhirnya terbayang kembali ketika bermesraan dengannya di kamar.

Reflek bibir ini tersenyum, kemudian tertawa dengan paksa. Aku sedang menertawakan diriku sendiri saat ini.

Betapa aku sangat terlihat bodoh, benar-benar bodoh dengan gampang nya percaya begitu saja, bahkan mengingat apa yang sudah kami pernah lakukan, bercumbu mesra kelewat batas aku ingin muntah. aku merasa jijik pada diri ku sendiri !!!

Huh, kenapa malam ini ku rasa begitu panjang?Cepatlah berakhir. Agar semua kelelahan hati ku saat ini, berakhir pula.

Ku lirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul 00.00 Wita. Aku masih tidak bisa memejamkan mata dengan nyenyak, menenggelamkan pikiranku bersama mimpi yang lelap.

Aku mencoba bangkit berjalan menuju jendela kamar dan membukanya, berdiri di teras atas depan kamar. Ku tengadahkan wajah ku ke atas, ku pandangi langit-langit malam. Bahkan ribuan bintang tak terlihat satupun sinarnya menyinari, langit terlihat begitu gelap. Hanya lampu-lampu di jalanan perkotaan ini sedikit menghiasi langit.

Apakah mendung malam ini? Kenapa tak satupun bintang kelap kelip menghiasi langit malam?

Tanya ku dalam hati.

Seolah kebetulan mereka bersamaan menjauhiku malam ini.

Dan benar saja..

Rintikan hujan mulai turun satu persatu. Ku tengadahkan tangan menangkap tiap rintikan hujan yang jatuh dari langit.

Sejuk, dingin hingga terasa menusuk tulangku. Semakin membuat lara di hati ku, Oh tuhan.. Kenapa hujan ini turun di saat hati ku sedang pilu. Ini tidak adil !!!

Pov Ammar

Disebuah hotel mewah, Ammar memasuki kamar yang sudah di pesannya untuk menginap malam ini saja.

Sesampainya di dalam kamar, Ia memukul-mukul meninju dinding tembok tiada hentinya hingga darah mulai merembes keluar dari tulang belulang jemarinya.

Fanny, ku mohon percaya lah pada ku. Kenapa kau begitu egois, aku hanya meminta mu memberiku sedikit waktu untuk berpikir bagaimana untuk putus dari genggaman Nayla yang terus saja menggoda ku. Dan jujur, aku tidak bisa menahan diri.

Wajah Nayla, sikap dewasa nya, tutur kata manjanya, tatapan mata nya, cara berpikirnya, dan semuanya. Semua yang ada pada diri Nayla mengingatkan ku pada Eliez mantan ku.

Wanita yang pernah ku cintai setengah mati, namun ia meninggalkan ku begitu saja tanpa alasan yang pasti.

Sudah begitu lama aku menutup hati untuk tidak mencintai seorang wanita lagi. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mu Fanny.

Sikap mu yang selalu ceria dan manja, aku suka. Kau yang kadang masih bersikap manis seperti anak kecil membuatku gemas, hingga aku kembali jatuh cinta.

Tapi setelah aku mengenal Nayla hati ku mulai gampang goyah. Namun tak sedikitpun aku berusaha untuk pergi darimu Fanny.

Aaaaaaarght !!!

Fanny, kau...

Aku tidak akan pernah melepaskan mu apapun caranya.

Tapi siapa? Siapa yang telah berani mencuri rekaman itu dan menyampaikannya pada Fanny?

Semua berantakan karena ulah orang itu.

Ammar mencoba mengingat-ingat sesuatu.

Mungkinkah.. Farel? Ah tidak-tidak. Itu tidak mungkin, Tapi Farel memang sering menggunakan ponsel ku untuk bermain game.

Jika benar demikian, dia harus bertanggung jawab akan hal ini. Hanya sedikit, tinggal sedikit saja Fanny akan menjadi milikku selamanya.

Ammar bergumam dalam hati dengan ancamannya.

**************♡-♡*************

Tok tok tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Aku membuka mata dengan pelan, lalu mencoba beranjak dari rasa malas di tubuh ku ini.

Tapi entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan pening yang hebat di kepala ku. Terasa berputar-putar seisi kamar.

Dengan susah payah aku meraih gagang pintu dengan sedikit mata terpejam dan rambut acak-acakan gak karuan.

" Sayang, ayo makan dulu. Kau bangun kesiangan hari ini, ini sudah jam 10 pagi. Padahal bunda sudah tiga kali membangunkan mu, tapi kau tetap tidak membukakan pintu. Bunda sudah buat nasi goreng kesukaan mu loh. " Ucap ibu.

" Duh gak dulu deh bund, Fanny gak sarapan aja ya. Kepala Fanny pening banget Bunda. Fanny lanjutin tidur aja lagi ya," Jawab ku dengan sedikit meringis memegang kepala ku.

" Wajah mu pucat sayang, apakah kau sakit Nak? " Tanya ibu sembari menempelkan tangannya di keningku.

" Astaga tuhan, panas sekali nak. Kau demam. Sebentar ya, kau tiduran saja dulu bunda panggil ayah, kita ke dokter ya setelah ini." Ibu memapahku menuju kasur dengan rasa khawatir kemudian berlari menuju ruang tamu di bawah mencari dan memanggil ayah.

Rasanya aku sudah tidak punya tenaga, sangat berat ku rasa tubuh dan kepala ku ini. Kenapa begitu sakit dan lemah sekujur tubuh ku, apakah aku akan segera mati?

Pikiranku mulai runyam.

Beberapa menit kemudian ku dengar suara ayah dan ibu sudah panik dan heboh saling sahut-sahutan.

" Fanny, kau bagaimana mungkin bisa demam dadakan begini?" Tanya ayah dengan panik.

Aku hanya menggelengkan kepala dengan memejamkan mata menanggapinya.

" Suami ku, ayo kita bawa Fanny segera ke dokter. Jangan di introgasi dulu dong ah, anak kita lagi demam ini. " jawab ibu mulai cerewet.

Oh ya ampun, resiko anak tunggal ya.. Apa harus ribut begitu hanya karena aku terkena demam saja?Heran deh ah..

Aku mulai kesal ku dalam hati.

Lalu ayah dan ibu memapahku berjalan pelan menuruni tangga satu demi satu. Hingga tiba diruang bawah Ayah bergegas menuju mobil terlebih dahulu sedang ibu masih memapahku berdiri.

Dalam perjalanan, Aku terus memejamkan mata meringis menahan rasa sakit di sekujur tubuh ku di tambah lagi rasa pening di kepala yang teramat pusing berat. Dan entah kenapa serta darimana asalnya tiba-tiba tercium wangi parfum khas dari tubuh Ammar.

Seketika aku membuka mata dan melihat sekeliling, ku lihat hanya ada ayah di depan jadi sopir.

Aaaakh. . . ada apa dengan ku?

Sudah lah Fanny, kau jangan lagi mengharapkan kehadiran Ammar di sisi mu saat ini. Hati ku terus meracuni pikiran ku untuk segera melupakan Ammar. Padahal kenyataannya, kami belum putus. dan aku masih sangat mencintainya.

" Ada apa sayang? kenapa kau terlihat sedang mencari-cari sesuatu. Tahan lah sebentar, kita sudah mau sampai. " ucap ibu yang kemudian aku hanya tersenyum paksa tanpa menjawab nya dengan kata-kata.

Tiba di sebuah klinik besar, tempat biasa aku dan kedua orang tua ku menjadikannya tempat pelarian ketika salah satu dari kami sakit.

Aku berjalan dengan sangat pelan, di bopong oleh ayah dan ibu. Karena kepala ku ini benar-benar sangat berat ku rasa.

Melewati di ruang apotek, kami tidak sengaja bertemu ibu nya Nayla bersama Aril adik Nayla yang paling kecil.

" Hey, Miya. Ya ampun akhirnya kita ketemu disini. Aku baru saja mau menelpon mu, menanyakan kabar. Lama kau tidak hadir di arisan loh." sapa ibu nya Nayla pada ibu ku.

" oh Hey Rahma. Hahaha iya nih belakangan ini aku sedang ada kesibukan jadi tidak bisa hadir sementara ". Jawab ibu ku dengan ramah.

Aku hanya terdiam sedikit kesal melihat ibu Nayla, padahal beliau tidak salah apa-apa. Iya kan? Sementara ayah menuju meja receptionis lebih dulu.

" Lalu Siapa yang sakit? " Tanya ibu Nayla kemudian.

" Ini si fanny, tiba-tiba saja demam. " Jawab ibu memeluk ku, aku tersenyum kecut menyapa ibu Nayla.

" Oh astaga, semoga cepat sehat ya. Ini kebetulan aku juga lagi nebus obat untuk Nayla. Dia sedikit flu dan batuk. " Jelasnya kemudian.

" Oh ya, semoga Nayla cepat pulih ya. Sekali-kali dong kita ngadain arisan dirumah ku. Kan pada belum tau kan alamat rumah yang ku tempati sekarang ini?". Jawab ibu berbincang asyik dengan ibu Nayla.

Kemudian aku tertegun dengan yang di tuturkan oleh adik Nayla, Aril.

" Mama, ayo cepat pulang. Aril mau cepet - cepet main bareng om Ammar." Rengeknya manja.

Degh !!!

A,ammar? Aril menyebut nama Ammar. Apa aku tidak salah dengar? Pagi-pagi Ammar sudah dirumah Nayla?

Dasar brengsek, umpat ku dalam hati.

" Aduh iya iya ayo kita pulang sekarang." jawab ibu Nayla kemudian berpamit dan cipika cipiki dengan ibu ku.

Entah ibu ku tidak menyadari nama yang di sebut oleh adik Nayla, atau malah tidak mendengarnya. Karena ibu mengabaikannya begitu saja, yang kembali memapahku berjalan menuju ruang dokter. Ayah sudah melambaikan tangan memberi isyarat agar kami cepat bertemu dokter.

Kepala ku rasanya semakin berat sampai mau meledak rasanya.

'om Ammar om Ammar'. Panggilan itu terus terngiang-ngiang di telinga ku.

Aaaaaaaarght...

Aku ingin teriak rasanya !!!

Mungkinkah Ammar datang menemui Nayla pagi ini hanya karena mendengar nayla kurang enak badan?segitunya? Lalu aku saat ini, bagaimana???

Terpopuler

Comments

Runengsih

Runengsih

sumpah gw benci dan muak bgt Ama si ammar

2022-06-04

0

Levi Handayani

Levi Handayani

amaaaarrrrr auto timpuk pkek beton

2020-12-03

1

Puspita Andara Geralldin🙆🔪

Puspita Andara Geralldin🙆🔪

Di kira cewek gk punya hati y_=

2020-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 Dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 Dua puluh lima
26 Dua puluh enam
27 Dua puluh tujuh
28 Dua puluh delapan
29 Dua puluh sembilan
30 Tiga puluh
31 Tiga puluh satu
32 Tiga puluh dua
33 Tiga puluh tiga
34 Tiga puluh empat
35 Tiga puluh lima
36 Tiga puluh enam
37 Tiga puluh tujuh
38 Tiga puluh delapan
39 Tiga puluh sembilan
40 Empat puluh
41 Empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 Empat puluh tiga
44 Empat puluh empat
45 Empat puluh lima
46 Empat puluh enam
47 Empat puluh tujuh
48 Empat puluh delapan
49 Empat puluh sembilan
50 Lima puluh
51 Lima puluh dua
52 Lima puluh lima
53 Lima puluh tiga
54 Lima puluh empat
55 Lima puluh lima
56 Lima puluh enam
57 Lima puluh tujuh
58 Lima puluh delapan
59 Lima puluh sembilan
60 Enam puluh
61 Enam puluh satu
62 Enam puluh dua
63 Enam puluh tiga
64 Enam puluh empat
65 Enam puluh lima
66 Enam puluh enam
67 Enam puluh tujuh
68 Enam puluh delapan
69 Enam puluh sembilan
70 Tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 Tujuh puluh dua
73 Tujuh puluh tiga
74 Tujuh puluh empat
75 Tujuh puluh lima
76 Tujuh puluh enam
77 Tujuh puluh tujuh
78 Tujuh puluh delapan
79 Tujuh puluh sembilan
80 Delapan puluh
81 Delapan puluh satu
82 Delapan puluh dua
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan puluh empat
85 Delapan puluh lima
86 Delapan puluh enam
87 Delapan puluh tujuh
88 Delapan puluh delapan
89 Delapan puluh sembilan
90 Sembilan puluh
91 Sembilan puluh satu
92 Sembilan puluh dua
93 Sembilan puluh tiga
94 Sembilan puluh empat
95 Sembilan puluh lima
96 Sembilan puluh enam
97 Sembilan puluh tujuh
98 Sembilan puluh delapan
99 Sembilan puluh sembilan
100 #100
101 #101
102 #102
103 #103
104 #104
105 #105
106 #106
107 #107
108 #108
109 #109
110 #110
111 #111
112 #112
113 #113
114 #114
115 #115
116 #116
117 #117
118 #118
119 #119
120 #120
121 #121
122 #122
123 #123
124 #124
125 #125
126 #126
127 #127
128 #128
129 #129
130 #130
131 #131
132 #132
133 #133
134 #134
135 #135
136 #136
137 #137
138 #138
139 #139
140 #140
141 #141
142 #142
143 #143
144 #144
145 #145
146 #146
147 #147
148 #148
149 #149
150 #150
151 #151
152 #152
153 #153
154 #154
155 #155
156 #156
157 #157
158 #158
159 EPILOG DAN PENGUMUMAN
160 JUST INFO
Episodes

Updated 160 Episodes

1
satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
Dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
Dua puluh lima
26
Dua puluh enam
27
Dua puluh tujuh
28
Dua puluh delapan
29
Dua puluh sembilan
30
Tiga puluh
31
Tiga puluh satu
32
Tiga puluh dua
33
Tiga puluh tiga
34
Tiga puluh empat
35
Tiga puluh lima
36
Tiga puluh enam
37
Tiga puluh tujuh
38
Tiga puluh delapan
39
Tiga puluh sembilan
40
Empat puluh
41
Empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
Empat puluh tiga
44
Empat puluh empat
45
Empat puluh lima
46
Empat puluh enam
47
Empat puluh tujuh
48
Empat puluh delapan
49
Empat puluh sembilan
50
Lima puluh
51
Lima puluh dua
52
Lima puluh lima
53
Lima puluh tiga
54
Lima puluh empat
55
Lima puluh lima
56
Lima puluh enam
57
Lima puluh tujuh
58
Lima puluh delapan
59
Lima puluh sembilan
60
Enam puluh
61
Enam puluh satu
62
Enam puluh dua
63
Enam puluh tiga
64
Enam puluh empat
65
Enam puluh lima
66
Enam puluh enam
67
Enam puluh tujuh
68
Enam puluh delapan
69
Enam puluh sembilan
70
Tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
Tujuh puluh dua
73
Tujuh puluh tiga
74
Tujuh puluh empat
75
Tujuh puluh lima
76
Tujuh puluh enam
77
Tujuh puluh tujuh
78
Tujuh puluh delapan
79
Tujuh puluh sembilan
80
Delapan puluh
81
Delapan puluh satu
82
Delapan puluh dua
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan puluh empat
85
Delapan puluh lima
86
Delapan puluh enam
87
Delapan puluh tujuh
88
Delapan puluh delapan
89
Delapan puluh sembilan
90
Sembilan puluh
91
Sembilan puluh satu
92
Sembilan puluh dua
93
Sembilan puluh tiga
94
Sembilan puluh empat
95
Sembilan puluh lima
96
Sembilan puluh enam
97
Sembilan puluh tujuh
98
Sembilan puluh delapan
99
Sembilan puluh sembilan
100
#100
101
#101
102
#102
103
#103
104
#104
105
#105
106
#106
107
#107
108
#108
109
#109
110
#110
111
#111
112
#112
113
#113
114
#114
115
#115
116
#116
117
#117
118
#118
119
#119
120
#120
121
#121
122
#122
123
#123
124
#124
125
#125
126
#126
127
#127
128
#128
129
#129
130
#130
131
#131
132
#132
133
#133
134
#134
135
#135
136
#136
137
#137
138
#138
139
#139
140
#140
141
#141
142
#142
143
#143
144
#144
145
#145
146
#146
147
#147
148
#148
149
#149
150
#150
151
#151
152
#152
153
#153
154
#154
155
#155
156
#156
157
#157
158
#158
159
EPILOG DAN PENGUMUMAN
160
JUST INFO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!