Masih di kamar Ammar. . .
Aku berdiri di depan cermin besar yang terpasang di kamar nya. Aku merapikan dres dan rambut ku yang sudah acak-acakan gak karuan gara-gara serangan Ammar tadi.
Ku raih sebotol kecil parfum Paris yang memang selalu setia ku bawa kemana pun pergi. Aku memang selalu ingin tercium wangi di hadapan semua orang-orang sekeliling ku.
Wanita yang selalu wangi bukankah lebih sering menarik perhatian bukan?
Ammar juga merapikan dirinya, kemudian melangkah mendekati ku. Kembali memelukku dari belakang, aku menatapnya dari arah cermin.
" Hmm. . . wangi ini yang selalu membuat ku terus terbayang wajah dan tubuhmu ketika aku jauh darimu, sayang " Ammar mencium pundak ku.
" Ammaaaar. . . lepas. Ayo lah, berhenti terus merayu ku, ayo cepat ke bawah. Gak enak sama tante dan om." Aku melepaskan pelukan Ammar.
Ammar tersenyum manja kemudian menggandeng tangan ku untuk turun ke bawah.
Tiba di meja makan, ku lihat hanya ada tante yang tengah duduk manis menyambutku bersama Ammar dengan sapaan ramah mempersilahkan kami duduk di kursi meja makan yang sudah disiapkan.
Sementara ku lihat bibi sedang bolak balik berkeliling menyiapkan bermacam-macam makanan diatas meja.
" Waaah makan enak nih." Ucap Ammar dengan menggosok-gosok kedua telapak tangannya.
" Wah. . . ini semua tante yang masak? Pasti enak. Hmm. . . harumnya. . . " Ucap ku dengan melihat keseluruhan makanan yang sudah tertata di atas meja.
Tante lina tersenyum bangga melihat ku.
Ku lihat sekeliling, hanya ada aku, Ammar, dan tante Lina. Dan om Haris. . . Aku ragu, mungkinkah. . . om Haris tidak mau makan bersama, karena ku??? pikir ku dengan wajah lesu.
"Bi inem, tolong panggil bapak untuk segera ke meja makan ya. Bilang kami sudah menunggunya. "
Perintah tante Lina dengan lembut pada bibi, pembantu dirumah ini. Yang kemudian bergegas keluar dari ruang makan.
************♡-♡***********
Cukup lama. . . kemudian, om haris datang menyusul dan duduk di kursi paling depan di tengah-tengah kami. Aku mulai kikuk dan sedikit gemetar menundukkan wajah, melihat om Haris langsung duduk begitu saja tanpa menyapa ku.
Ammar cuek saja menanggapi, dan menggenggam tangan ku diam-diam. Aku terkejut menolehnya seketika, Ammar tersenyum kecut pada ku.
" Pa. . . Sudah kenalan dengan Fanny? Ajak lah dia makan, ayo. . . " Bisik tante Lina pada om Haris.
" Oh sudah kenalan tadi, ya silahkan ayo makan saja." Jawab nya tanpa melihat ku.
Jleb !!!
Rasanya. . . ingin segera menghilang dari muka bumi ini, di perlakukan cuek dan jutek begitu oleh papa dari orang yang ku cintai, rasanya.. aaaaaarght, tak terlukiskan.
" Te. . . terimakasih om, se. . .lamat ma. .kan siang." Dengan sekuat tenaga ku tarik nafas dalam-dalam dengan bibir gemetar.
Ku lihat tante Lina tersenyum pada ku, kemudian melirik om Haris dengan rasa canggung.
Hening tanpa kata, suasana di meja makan sepi. Sangat sepi, hanya terdengar suara ketukan sendok di piring kami masing-masing.
Kau tau. . . sebenarnya semua macam masakan di depan mata ku ini, adalah makanan yang sangat nikmat. Masakan tante Lina emang jago, tapi tak satupun bisa ku kunyah dan ku telan dengan baik. Seketika terasa pahit di lidah, sesekali ku lirik om Haris yang terus menikmati makanan nya dengan tergesa-gesa.
" Sayang, coba yang ini. Ini enaaaak banget, ini favorit ku loh. Mama selalu masak ini hampir setiap hari untuk ku, dan hanya mama yang bisa memasaknya dengan lezat. Nanti belajar sama mama ya, nantinya kau yang akan membuat masakan ini untuk ku bukan? "
Ku tau Ammar menyadari sikap ku yang kikuk dan tidak nyaman sedaritadi, dia mencoba menghiburku sembari Ammar mengecup pipi ku dengan tiba-tiba.
"Uhuk.. uhuk"
Aku terbatuk batuk dengan perlakuan Ammar saat ini.
Astaga tuhan, Ammar.. Kau brengsek.
Umpat ku dalam hati, bagaimana jika om atau tante melihat nya tadi.
" Astaga. . . Fanny, minumlah. Pelan pelan ya. . . " Tante Lina memberiku segelas air putih sembari menepuk-nepuk bahuku,
" Apakah sudah baikan sayang? " Tanya tante Lina yang ku jawab hanya dengan anggukan, kemudian tante Lina menjewer telinga Ammar.
" Ammar. . . berhenti menggoda Fanny terus, ini sedang makan. Biarkan dia menikmati masakan mama dengan enak, kasihan kan dia. Sudah ayo, makan yang benar. " Ucap tante dengan sedikit ngomel.
Ammar meringis dengan senyuman memegangi salah satu telinganya.
Hah. . . syukurlah, sepertinya tidak ada yang melihat sikap Ammar barusan. Aku melirik Ammar dengan mata tajam, Ammar membalas dengan kedipan mata nakal.
Aku menggerutu kembali, sedangkan. . . ku lirik om Haris masih tetap sama. Tertunduk menikmati makanan di depannya, cuek tanpa kata, tanpa menoleh ku.
Oh my God, benar-benar sakti sikapnya itu. sampai-sampai aku merasa telah mengalir deras darah di hati ku, perih..
Kami masih terdiam menikmati makan siang, kemudian om Haris menyelesaikan makanannya lebih dulu dan beranjak pergi begitu saja tanpa kata.
" Pa. . . " Panggil tante dengan cepat, padahal kami masih belum selesai makan. Om Haris hanya menoleh pada tante Lina saja,
" Mau kemana? kami belum selesai makan. Tetaplah disini berbincang-bincang lah sebentar temani Ammar dan Fanny Pa. . . " Ucap tante dengan sedikit tegas.
" Nanti saja, kalian lanjutkan makanannya. Aku sibuk ada kerjaan kantor yang harus selesai nanti malam." Jawab om Haris dengan sedikit cetus tanpa menoleh ku.
" Tapi Pa. . . Pa. . . Tunggu dulu." Tante Lina terus memanggil om Haris untuk menghentikan langkahnya yang terus berjalan menjauh.
" Ma, sudah lah. Tak apa, sebentar lagi kami juga harus segera pergi kok ". Ucap Ammar menghentikan panggilan tante Lina pada papa nya.
Aku benar-benar merasa takut dengan posisi ini, tuhan. . . tolong aku !!!
Lalu kami menyelesaikan makan siang ini. Kemudian tante memulai bertanya lagi,
" Setelah ini kalian akan pergi kemana? Mau langsung antar Fanny pulang kah Ammar? kenapa cepat sekali, mama belum puas ngobrol dengan nya. " Tanya tante sembari menatap ku.
" Eh. . . emh . . . enggak kok tante, Ammar mengajak ku melihat kampus nya. Barangkali cocok, mungkin nanti Fanny kuliah di tempat yang sama dengan Ammar saat ini." Jelas ku.
" Oh. . . bagus lah, semoga cocok ya. Biar nanti Fanny lebih sering-sering main kerumah kami, jadi lebih puas deh berduaan sama Ammar. iya kan? "
Aku tercengang dengan ucapannya, kemudian salah tingkah.
Ya ampun, aku malu banget. . . padahal bukan itu niat utama ku kuliah.
Ammar tertawa puas, yang kemudian di susul tawa tante Lina.
" Setelah itu pulang lah lagi kemari ya, kita makan malam bersama. Nanti tante masak yang lebih enak untuk kalian, oke."
" Eh, gak bisa tante. Maafkan Fanny. karena Fanny. . . udah janji tadi sama ayah dan ibu, untuk pulang malam ini juga. Mmh. . . lain kali aja tante.. maaf sekali, sangat di sayangkan. Masakan tante benar-benar lezat untuk Fanny."
Ku lihat tante sedikit murung dengan wajah lesu tante Lina menatap Ammar penuh harap.
" Ammar. . . tidak bisakah Fanny menginap saja disini? malam ini saja. Bisa ya, atau. . . Bagaimana kalau mama menelpon kedua orang tuanya untuk meminta ijin?"
" Hmm. . . Kalo Ammar sih oke aja, seneng malah. Tapi coba liat tuh ekspresi Fanny sudah mulai ketakutan, hahahaha. " Ammar mengangkat bahu sembari tertawa kemudian meledek ku.
Iya. . . Aku memang ketakutan saat ini, takut kau benar-benar melahap ku habis seperti tadi Ammar. Jawab ku dalam hati.
" Ma. . . sudah lah, kapan-kapan lagi ku ajak Fanny ketemu mama sampai puas seharian ya. Untuk hari ini, aku harus menepati janji ku pada kedua orang tua Fanny. Untuk mengantarnya pulang malam ini juga, tapi mungkin aku juga tidak pulang kerumah malam ini. Aku capek Ma, mungkin menginap di hotel saja di kota B." Jelas Ammar dengan panjang kali lebar.
Sementara aku masih terdiam tak tau harus berbicara apa juga, mama nya Ammar sangat baik terhadap ku. Sepertinya dia merestui ku sebagai pacar Ammar.
Aku senang, sementara om Haris. . . dilihat dari sikapnya saja, udah kelihatan dia tidak menyukai ku sama sekali. Tak apa, aku akan mencoba nya lain hari, untuk membuat om Haris menyukai dan merestui ku.
Heh. . . Fanny gitu loh. . . gumam ku dalam hati.
" Ya udah tante Fanny pamit ya, makasih banyak sudah mau menerima Fanny dan memasak berbagai macam makanan enak untuk Fanny tan.." Sembari ku cium tangan lembut tante Lina.
Tante lina memelukku hangat sembari berucap..
" Jangan kapok ya sayang, main kerumah tante. Maaf jika sikap papanya Ammar sedikit tidak mengenakkan tadi, sepertinya dia cukup lelah dan ada sedikit masalah di kantor. Mohon jangan di masukkan ke hati ya, kami senang kok. . . kamu menjadi pacar Ammar saat ini ".
Tante lina menjelaskan banyak ucapan sembari kembali memelukku, mencium kedua pipiku, Aku mengangguk pelan.
Ini membuat ku semakin yakin, bahwa suatu hari nanti aku akan benar-benar diterima dengan baik oleh keluarga ini.
Semangat Fanny. . . !!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Umi Harida
itulah baiknya datang ke rumah pacar keluarga pas udah mau lamaran aja
2021-09-19
0
Gina Savitri
klo laki tau sopan santun mah masih pacaran posisinya nggak bakal nyium depan orang tuanya walaupun cuma di pipi 😬
2021-06-24
0
Son
wkwkwk bermesaraan depan ortunya anak generasi micin ini. di usa yg terkenal sexs bebas aja gak sampai gni. kbnyakan nton bokep pnulisnya
2020-10-10
0