Setengah jam berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 Wita. Ayah dan Ibu akhirnya pulang, dengan membawa beberapa barang belanjaan di tangan ibu. Bersyukur, aku sudah berada di taman belakang bersama Ammar menikmati beberapa buah yang sudah ku potong.
Kami duduk berdua di kursi ayunan dengan penuh canda ria sambil berbincang, ibu menghampiri kami.
" Nah. . . jika begini kan enak dilihat. Daripada seperti tadi, bunda jadi sedih. "
" Eh bunda, sudah datang? mana Ayah? " Tanya ku sengaja mengalihkan pembicaraan.
Ammar menyapa ibu dengan senyuman hangat, ibu mengelus bahu nya.
" Ayah mu masih terima terlpon di ruang tamu tuh. Ayo kamu siap-siap gih.. " Jawab ibu sembari menoleh pada Ammar dengan anggukan.
Aku tercengang heran melihat tingkah mereka yang seolah saling memberikan isyarat.
" Siap-siap untuk apa bund?" Aku masih bertanya dengan heran.
" Semalam Ammar menelpon kami, dia meminta ijin mengajak mu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. "
"Uhuk uhuk... "
Seketika aku terbatuk-batuk tanpa henti. Rasa nya hampir tak percaya Ammar berani secepat itu meminta ijin pada ayah dan ibu. Lalu perbincangan dan janji-janjinya pada Nayla di rekaman itu, Apa???Lama aku terdiam kembali dalam lamunan.
" Fanny. . . hey, kamu kenapa Nak? Ayo, ganti baju mu dulu. ayo cepat. " Ibu menarik tangan ku, aku menurutinya begitu saja menuju kamar.
" Bunda. . . apakah ini tidak terlalu cepat?" Tanya ku pada ibu dengan lembut.
" Aduh.. puteri si mata wayang bunda ini sudah bukan anak kecil lagi, belajarlah dewasa sayang. Ini hanya sekedar perkenalan biasa saja, tidak lebih dan jangan pernah mengharap yang lebih. Okeh ? Bunda pun masih belum mau jika kau cepat-cepat menikah sayang, kau harus mencapai impian dan cita-cita mu dulu. Oh ya hampir saja lupa, Ammar juga ingin mengajak mu melihat kampus nya. Barangkali kau cocok, bisa kuliah di tempat yang sama dengan Ammar. Agar bunda lebih tenang ada yang menjaga dan mengawasimu nanti."
Sedaritadi aku terdiam saja mendengar ucapan tiap ucapan yang ibu lontarkan, membuat ku merasa sedih kemudian memeluk ibu dengan erat.
" Bunda. . . terimakasih, selalu menjadi dan memberikan ku yang terbaik. Aku saayaaaaang banget sama bunda. "
Ibu mengusap-usap lembut punggung ku.
" Oh ya, ini bunda sudah membelikan mu dress cantik untuk di pakai hari ini. Bunda rasa ini sangat cocok untuk mu sayang. Saat melihat mu, Ammar akan semakin tergila-gila pada mu. Buat lah kesan yang baik untuk perkenalan mu dengan orang tua Ammar. Jangan cengengesan, tetap jaga attitude sebagai seorang wanita yang berkelas."
Mata ku mulai berkaca-kaca mendengarkan nasehat dan pesan ibu ini, mengapa aku merasa seolah aku sudah akan menjadi menantu dari seseorang.
Aaakh. . . ibu. . . ini membuat ku berpikir terlalu jauh.
Ku pakai Dres cantik berwarna pink dusty ini, senada dengan warna hight heels yang juga ibu belikan tadi. Sangat pas di tubuh ku, panjang selutut dengan lengan menutupi bahu ku, meski di bagian leher sedikit lebar. Sehingga membuat gundukan di dada ku sedikit mencuat keluar, tapi masih terlihat sopan namun seksi.
Dengan hiasan rambut yang sengaja ku biarkan terurai rapi. Terasa canggung ku memakainya, meski sepatu hight heels ini tidak cukup tinggi. Namun ini pertama kalinya aku memakainya.
Haha, bisa kau bayangkan bagaimana cara ku berjalan.
Kembali ibu masuk kamar menghampiri ku. Aku berdiri kemudian setengah duduk seolah memberikan penghormatan pada Ibu layaknya putri di kerajaan, sembari tersenyum.
" Wah. . . cantiknya puteri bunda ini, sangat cantik." Ibu melihat ku dan memujiku tanpa henti, memutar-mutar badan ku dengan mata berkaca-kaca.
" Kau sudah tumbuh menjadi gadis dewasa sayang, Aaakh, rasanya. . . Bunda semakin takut berpisah dengan mu nanti. " Ibu memeluk ku kembali.
" Aaah. . . Bunda apaan sih mikirnya begitu. Selamanya Fanny akan selalu di sisi bunda, akan selalu menjadi puteri kesayangan bunda, ih jangan sedih gitu dung. Fanny kan jadi pengen nangis."
" Eeeh jangan, jangan. Nanti make up ini jadi rusak. Gak jadi cantik dong. . . " Ibu kembali memelukku.
Kemudian Ayah menyusul menghampiri kami ke kamar.
" Haduh kenapa jadi peluk-pelukan begini kalian. Ammar sudah menunggu daritadi di luar. Kasian loh,"
" Ih ayah, ibu kan hanya merasa takjub dengan kecantikan anak kita yang sudah tumbuh dewasa ini. coba kau lihat, " Ibu menyela pembicaraan Ayah sembari menunjuk pada ku.
" Oh tuhan. . . benarkah ini gadis kecil kesayangan ayah? Kau sangat cantik sayang." Ayah memeluk dan mengecup kening ku.
" Iya dong, Fanny cantik kan sudah sejak di lahirkan dari orang tua sempurna seperti kalian. hihi. . . terimakasih Ayah. Terimakasih juga kalian sudah mengijinkan aku untuk pergi ke kota Ammar tinggal, berdua saja dengan Ammar ". Aku membalas pelukan Ayah.
" Kami percaya, Ammar adalah anak yang baik dan bermartabat tentunya. " Jawab ibu pelan.
" Ya sudah yuk keluar," Ayah dan ibu mengantar ku hingga pintu depan.
Ku lihat Ammar sudah berdiri bersandar pada mobil nya, kemudian dia terkejut dengan mata melotot memandang ku yang berdiri di depan pintu.
Aku tersipu malu dia memandang ku sedemikian rupa, Ayah dan ibu saling melirik tersenyum bangga.
" Ammar, om titip puteri kesayangan om satu-satunya bersama mu ya. Ingat, jangan sampai kurang satu apapun. Paham??? "
Ammar tersenyum salting, menanggapi ucapan ayah.
" Ba. . baik Om. Saya akan ingat pesan Om, terimakasih banyak om, tante. . . sudah mengijinkan Fanny pergi bersama ku "
" Nikmati lah waktu kalian hari ini, gapapa pulang agak malaman dikit. Perjalanan cukup melelahkan dan jauh bukan? " Jawab ibu ku.
Yang kemudian kami berpamit, aku berjalan menuju mobil Ammar dan Ammar berlari mendahului ku membukakan pintu mobil depan tepat di samping Ammar akan duduk menyetir nantinya.
*****************♡-♡****************
Di tengah perjalanan, Ammar menghentikan mobilnya parkir di pinggir jalan. Yang sedaritadi kami terdiam tanpa kata, sesekali saja Ammar melirik ku dengan senyuman dan menggenggam tangan ku.
" Ammar, kenapa berhenti ?" Tanya ku dengan heran memandangnya.
Ammar mendekatkan wajahnya, membelai lembut rambut ku yang terurai. Aku mengangkat alis menatap wajahnya penuh tanya.
" Fanny, kau.. bagaimana kau bisa berubah begitu cantik hari ini. Rasanya, aku seperti melihat bidadari turun dari surga di hadapan ku. "
" Hahaha ya ampun tuhan, kau menghentikan mobil ini hanya untuk berbicara gombal seperti itu? Oh astaga. . . kau terlihat seperti seorang playboy."
Aku terus tertawa meledeknya,
" Kau anggap ini suatu rayuan Sayang? aku serius. . . rasanya, aku sudah tidak tahan lagi ingin segera melahap habis tubuh gadis cantik di samping ku ini."
" Ammar. . . Ayo lah, berhenti gombal. Perjalanan masih jauh, nanti keburu malam. " Aku membujuk manja pada nya untuk segera melanjutkan perjalanan.
" Cium aku dulu. " Pinta Ammar kemudian.
" Iih apaan sih, emang yang tadi di kamar belum puas?Upz. . . " Aku menutup mulut ku seketika.
Ammar kembali menggenggam tangan ku dan di kecupnya.
" Sampai kapan pun aku tidak akan pernah puas dengan mu Fanny. Kau seolah seperti narkoba bagi ku. Membuat ku terus kecanduan dan ketagihaaan." Ammar masih mengecup mesra tangan ku.
" Apaan sih.. makin ngelantur deh, Ya udah sini.."
Cup !!!
Aku mengecup pipinya. Wajah Ammar seketika memerah tersipu malu. Aku tertawa melihat tingkah nya ini. Kemudian Ammar kembali melajukan mobilnya dengan sedikit lebih cepat.
Bathin ku. . .
Tuhan. . . bagaimana mungkin, orang yang tengah duduk di samping ku ini benar-benar telah mengkhianati ku. Setega itu??? Bahkan aku sudah melakukan banyak hal bersama nya yang sama sekali belum pernah aku lakukan dengan cowok lain.
Aku mencintai mu Ammar. . . hingga rasanya, cinta ini selalu menikam ku setiap detiknya. betapa aku takut kehilangan mu dan berpisah dengan mu, apakah kau juga merasakan hal yang sama seperti ku kini?
Rasanya sudah mau meledak ini hati dan mulut ku, tak sabar ingin segera bertanya tentang rekaman itu. Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutnya, aku ingin melihat langsung bagaimana kejujuran hati nya dari sorot matanya. Tapi aku masih takut.. aku belum siap untuk mendengar apa jawaban dari kenyataan rekaman itu, Tuhan. . . Aku masih berharap suara dari perbincangan itu bukan lah Ammar, sungguh harapan ku begitu besar .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Kasihtak Sampai
padahal bukti udah banyak banget... berusaha percaya aja
2021-09-19
0
Yunia Abdullah
bnyak Ku skip bca krn d stiap episode y trlaku bnyk BSA bsi y JD mudah jenuh bca y
2021-06-04
1
Nona Cherry Jo
hadeeeuw... si ammar kebanyakan gombalx..
2020-08-21
1