Sembilan

Tiba hari minggu, hari dimana Ammar akan datang sesuai janjinya seminggu yang lalu ketika itu.

Namun.. seakan aku tak mengharapkan kedatangannya.

Jam 8 pagi aku masih mengunci diri di kamar. Belum mandi, belum merapikan kamar, belum ini itu. Rasanya aku enggan beranjak dari tempat tidur ini. Hanya menatap kosong langit-langit kamar. Masih dengan ego tinggi ku, ponsel ku non aktifkan.

Ku lirik jam dinding di kamar ku, sudah pukul 08.15 Wita.

Rasanya mulai tak nyaman untuk tidak mandi hari ini, atau bisa saja aku tidak mandi saat Ammar mungkin benar akan datang hari ini, aku jadi punya alasan untuk membuatnya sengaja menunggu lama untuk bertemu dengan ku. Tapi, ah sudah lah. Aku mandi saja.

Selesai mandi, dengan handuk piyama seperti biasa aku mengibas-ngibaskan rambut ku yang masih basah sehabis keramas. Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Pasti ibu, pikir ku.

Tok tok tok. . .

Suara pintu kembali di ketuk. Tapi jika ibu, kenapa tidak memanggil ku? Hmm. . . pasti Farel nih mulai mengerjaiku.

Tok tok tok. . .

Kembali terdengar suara ketukan pintu.

"Apakah bunda yang diluar? Masuk lah Bun. . . Fanny masih mengeringkan rambut." Aku mencoba menjawab suara ketukan pintu dari luar.

Masih terdiam, tanpa suara. Namun kali ini suara ketukan pintu semakin keras terdengar, aku kesal mendengarnya. Aku bergegas melangkah untuk membukanya dengan posisi aku masih memakai handuk piyama dan rambut setengah basah terurai.

Dan...

" Surprise !!! Happy birthday Honey, "

Seseorang berdiri tepat di depan pintu kamar ku, dengan sebuah bucket besar bunga mawar putih, beserta sebuah boneka Dholpin ukuran besar berwarna putih biru.

Ya. . . benar. Dia Ammar, lelaki yang ku cintai selama ini, namun juga mengkhianati ku saat ini. Aku terpaku diam tanpa kata melihatnya tersenyum manis di depan mata ku detik ini, seolah tanpa merasa bersalah mengingat suara rekaman itu.

Tersadar sesaat aku mengatupkan bibir ku, kemudian. . .

Bruakkk !!!

Ku tutup pintu kembali dengan keras sementara Ammar masih berdiri disitu.

Dadaku sesak, aku terduduk di sebuah kursi meja rias ku. Ku tatap wajah ku di depan cermin.

Apa.. apa hah? kenapa kau menutup pintu begitu saja. Hey. . . orang yang kau rindukan selama ini bukannya telah berdiri di depan mu detik ini? Lalu apa? Ayo. . . cepat ganti pakaian mu, berdandan lah secantik mungkin sehingga dia akan menyesal nantinya telah mengkhianati mu.

Bathin ku terus meronta, memaksa ku untuk menemui Ammar yang kini mungkin, masih berdiri penuh heran di depan pintu kamar ku.

"Fanny... apakah kau marah pada ku? Keluar lah, jika aku membuat mu marah, jika aku selama ini berbuat salah, mari berbicara sayang. Jangan berdiam diri dan berpaling dari ku,"

Suara Ammar terdengar lembut dan pelan dari luar sana, membuat hati ku semakin gelisah tak menentu. Mondar mandir gak jelas di kamar, kemudian terdengar suara ibu dari luar.

"Sayang, bunda gak tau apa yang terjadi diantara kalian saat ini. Jika masalah itu berat, hadapai dan selesaikan berdua. Bunda dan Ayah akan keluar sebentar, kalian bicarakan dengan baik masalah kalian secara dewasa. Keluar lah Fanny,"

Kini aku semakin Goyah, mendengar suara ibu dari luar kamar yang kemudian di susul oleh suara ayah pada Ammar.

"Om sama tante ada urusan diluar sebentar, titip Fanny ya. Baik-baik lah kalian, om harap saat tiba dirumah nanti kalian sudah berbaikan".

Kembali Ammar mengetuk pintu dan memanggil ku dengan lembut.

" Fanny, pliss. . . jangan giniin aku, pliss keluar. "

Aku masih dengan ego tinggi berdiam diri dengan pertahanan hati yang kokoh.

Ini hukuman untuk mu Ammar, ketika jauh kau sudah bingung bagaimana cara menghubungi ku kan, sementara ponsel sengaja ku matikan.

Dan sampai akhirnya aku di depan mata mu kini, masih tetap berdiam diri tanpa penjelasan kata pada mu. Pikir ku dalam hati.

Tetapi.. Kau tau, tidak ada seorang wanita yang kuat mempertahankan hatinya untuk tetap berdiam diri menghindari seseorang yang dia cintai jika si dia masih terus merayu mu dengan lembut berulang kali hingga suara Ammar benar-benar tak terdengar lagi.

Bergegas ku pakai baju santai seadanya dengan celana hanya sepaha saja. Rambut ku sisir dengan terurai panjang, masih setengah basah.

Tanpa make up, hanya ku poles liptint nude favorit ku sedikit di bibir, ku semprot kan spray cologne Paris favorit ku.

***************♡-♡***************

Ku buka pintu dengan tergesa-gesa karena ku pikir akan mampu mengejar Ammar jika memang dia sudah pergi.

Tapi tidak, ku lihat Ammar masih setia menunggu ku berdiri di depan pintu, dengan kedua tangannya yang memegang sebuah boneka dan bucket bunga.

Ammar memandang ku dengan ekspresi senang dan lega.

Aku menatap nya dalam-dalam.

Bathin ku. . .

Ammar. . . kau tau, betapa aku sangat merindukan mu Ammar. Hingga rindu ku ini terasa mencekik ku perlahan. Tapi semua pengkhianatan mu, lebih terasa membunuh ku dari ujung rambut hingga ujung kaki .

" Fanny. . . aku. . ."

" Peluk aku jika kau benar-benar rindu ".

Dengan spontan aku mendahului ucapan Ammar yang kemudian bergegas memeluk ku dengan erat, sangat. . . erat.

Aku memejamkan mata dalam pelukan hangatnya, aaakh. . . aroma tubuh ini, tidak ada yang berubah dari wangi ini. Ku harap juga hati mu Ammar.

Ammar mengecup lembut kening ku, menciumi seluruh wajah ku. Aku tersenyum geli dibuatnya menengadah pada nya.

" Fanny, cukup kali ini saja kau membuat ku gila tiap detiknya. Kau tiba-tiba berubah, mematikan ponsel mu seketika, bahkan kau tidak mengabari ku sama sekali, hingga detik dimana aku sudah di depan mata mu, kau masih mendiami ku Fanny. Ada apa? bicara pada ku."

Ammar terus mengoceh mendette ku, sesekali memeluk.

Kemudian ngomel lagi, memeluk lagi ngomel lagi, terus saja begitu sampai aku benar-benar tidak tau harus memulai kata darimana. Aku hanya tersenyum paksa melihat tingkahnya ini.

" Eh sayang, kau. . . kenapa kau terlihat kurus begini? Apa kau sakit, apa kau benar-benar dalam masa pengobatan atau. . . kenapa kau berubah drastis begini? " Ammar memegang kedua pipi ku, meraba-raba seluruh tubuhku, tubuhku di putar-putar tanpa henti membuat ku pusing saja.

"Ehm.. Ammar, Hey hey.. berhenti. Kenapa kau terus saja menghujani ku dengan banyak pertanyaan, lalu bagaimana aku menjawanya satu per satu Ammar?" Aku menghentikan tangannya yang terus memutar-mutar tubuh ku ini.

Ammar terdiam, mengatupkan bibirnya.

" Aku baik-baik saja, hanya saja.. aku sedikit kelelahan, kurang tidur, semingguan ini penyakit insomania menyerang ku. ehingga aku kurang istrahat dan tidak cukup makan dengan baik."

Seketika Ammar mengecup lembut bibir ku, Aku tertegun dibuatnya.

" Aku merindukan mu. Maaf jika aku selama ini kurang baik dan kurang maksimal dalam memperhatikan mu, hubungan jarak jauh ini sudah cukup membebani mu sayang, maafkan aku. Sabarlah sebentar, aku ingin segera memiliki mu seutuh nya."

Aku menatap wajah Ammar lekat-lekat. Ku lihat matanya berkaca-kaca, aku tersenyum menanggapi ucapannya ini.

Aku mengalihkan pembicaraan ku pada sebuah bucket bunga dan boneka Dholpin besar di peluknya.

" Hey.. apakah ini untuk ku? aaaaah. . . so sweet banget. Bonekanya lucu. . . boleh ku peluk?" Tanya ku pada Ammar. Ammar tersadar lalu memberikannya pada ku.

Kemudian aku menciumi bunga mawar putih ditangan kiri ku, ku rasakan wangi lembutnya bunga itu.

Aaaah. . . sangat wangi. aku menyukainya, kemudian aku memeluk dan menciumi boneka dholpin di tangan kanan ku, ini sangat besar hingga tidak muat di pelukan ku.

Kemudian Ammar menarik kembali Dholpin itu dengan nada marah.

" Jangan membuat ku cemburu. Kenapa kau begitu tersenyum manis pada boneka ini, sedangkan kau bersama pacar mu. Aku benci melihatnya, haruskah ku mutilasi ini boneka hah? " Ammar cemberut memukuli boneka itu.

Aku tertawa geli melihat tingkahnya yang cute itu. Astaga tuhan.. Ternyata dia bisa juga bersikap cute begini. Seolah lupa, dia ini berprofesi sebagai guru. Aku cekikian menahan tawa. Kemudian mengecup pipi nya, Ammar tertegun. Kaget dengan reflek seketika memandang ku.

Kemudian kami berpelukan kembali, dengan kecupan mesra di bibir ku.

Ah. . . akhirnya Aku melepas rindu dan dengan hati yang masih bertanya penuh keraguan ini.

Hah. . . kini, aku semakin takut. Takut memulai pembicaraan darimana. Mengenai rekaman itu, apakah ini saat yang tepat ku tanyakan atau. . . aku harus menunggu lagi?

Lalu sampai kapan aku menunggunya? sampai sejauh Ammar dan Nayla lebih dekat nantinya kah?

Pada akhirnya, tetap aku yang akan kalah dan tersakiti bukan.

Ah tapi, ini bukan waktu yang pas jika langsung mendettenya. Biarkan lah rasa rindu ini tersalurkan dulu, sabar lah sejenak wahai hati ku. . .

Terpopuler

Comments

Rusme Juthec

Rusme Juthec

ini cewek bego + goblok
mau aja d gombalin
sudah ketauan gak setia masih aja d pertahanin

2022-07-23

0

Kasihtak Sampai

Kasihtak Sampai

yah balikan lagi kok bisa ya orang tua Fanny ninggalin anak berdua dengan pasangan

2021-09-19

0

Heny Ekawati

Heny Ekawati

jgn bodoh lo

2021-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 Dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 Dua puluh lima
26 Dua puluh enam
27 Dua puluh tujuh
28 Dua puluh delapan
29 Dua puluh sembilan
30 Tiga puluh
31 Tiga puluh satu
32 Tiga puluh dua
33 Tiga puluh tiga
34 Tiga puluh empat
35 Tiga puluh lima
36 Tiga puluh enam
37 Tiga puluh tujuh
38 Tiga puluh delapan
39 Tiga puluh sembilan
40 Empat puluh
41 Empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 Empat puluh tiga
44 Empat puluh empat
45 Empat puluh lima
46 Empat puluh enam
47 Empat puluh tujuh
48 Empat puluh delapan
49 Empat puluh sembilan
50 Lima puluh
51 Lima puluh dua
52 Lima puluh lima
53 Lima puluh tiga
54 Lima puluh empat
55 Lima puluh lima
56 Lima puluh enam
57 Lima puluh tujuh
58 Lima puluh delapan
59 Lima puluh sembilan
60 Enam puluh
61 Enam puluh satu
62 Enam puluh dua
63 Enam puluh tiga
64 Enam puluh empat
65 Enam puluh lima
66 Enam puluh enam
67 Enam puluh tujuh
68 Enam puluh delapan
69 Enam puluh sembilan
70 Tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 Tujuh puluh dua
73 Tujuh puluh tiga
74 Tujuh puluh empat
75 Tujuh puluh lima
76 Tujuh puluh enam
77 Tujuh puluh tujuh
78 Tujuh puluh delapan
79 Tujuh puluh sembilan
80 Delapan puluh
81 Delapan puluh satu
82 Delapan puluh dua
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan puluh empat
85 Delapan puluh lima
86 Delapan puluh enam
87 Delapan puluh tujuh
88 Delapan puluh delapan
89 Delapan puluh sembilan
90 Sembilan puluh
91 Sembilan puluh satu
92 Sembilan puluh dua
93 Sembilan puluh tiga
94 Sembilan puluh empat
95 Sembilan puluh lima
96 Sembilan puluh enam
97 Sembilan puluh tujuh
98 Sembilan puluh delapan
99 Sembilan puluh sembilan
100 #100
101 #101
102 #102
103 #103
104 #104
105 #105
106 #106
107 #107
108 #108
109 #109
110 #110
111 #111
112 #112
113 #113
114 #114
115 #115
116 #116
117 #117
118 #118
119 #119
120 #120
121 #121
122 #122
123 #123
124 #124
125 #125
126 #126
127 #127
128 #128
129 #129
130 #130
131 #131
132 #132
133 #133
134 #134
135 #135
136 #136
137 #137
138 #138
139 #139
140 #140
141 #141
142 #142
143 #143
144 #144
145 #145
146 #146
147 #147
148 #148
149 #149
150 #150
151 #151
152 #152
153 #153
154 #154
155 #155
156 #156
157 #157
158 #158
159 EPILOG DAN PENGUMUMAN
160 JUST INFO
Episodes

Updated 160 Episodes

1
satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
Dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
Dua puluh lima
26
Dua puluh enam
27
Dua puluh tujuh
28
Dua puluh delapan
29
Dua puluh sembilan
30
Tiga puluh
31
Tiga puluh satu
32
Tiga puluh dua
33
Tiga puluh tiga
34
Tiga puluh empat
35
Tiga puluh lima
36
Tiga puluh enam
37
Tiga puluh tujuh
38
Tiga puluh delapan
39
Tiga puluh sembilan
40
Empat puluh
41
Empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
Empat puluh tiga
44
Empat puluh empat
45
Empat puluh lima
46
Empat puluh enam
47
Empat puluh tujuh
48
Empat puluh delapan
49
Empat puluh sembilan
50
Lima puluh
51
Lima puluh dua
52
Lima puluh lima
53
Lima puluh tiga
54
Lima puluh empat
55
Lima puluh lima
56
Lima puluh enam
57
Lima puluh tujuh
58
Lima puluh delapan
59
Lima puluh sembilan
60
Enam puluh
61
Enam puluh satu
62
Enam puluh dua
63
Enam puluh tiga
64
Enam puluh empat
65
Enam puluh lima
66
Enam puluh enam
67
Enam puluh tujuh
68
Enam puluh delapan
69
Enam puluh sembilan
70
Tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
Tujuh puluh dua
73
Tujuh puluh tiga
74
Tujuh puluh empat
75
Tujuh puluh lima
76
Tujuh puluh enam
77
Tujuh puluh tujuh
78
Tujuh puluh delapan
79
Tujuh puluh sembilan
80
Delapan puluh
81
Delapan puluh satu
82
Delapan puluh dua
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan puluh empat
85
Delapan puluh lima
86
Delapan puluh enam
87
Delapan puluh tujuh
88
Delapan puluh delapan
89
Delapan puluh sembilan
90
Sembilan puluh
91
Sembilan puluh satu
92
Sembilan puluh dua
93
Sembilan puluh tiga
94
Sembilan puluh empat
95
Sembilan puluh lima
96
Sembilan puluh enam
97
Sembilan puluh tujuh
98
Sembilan puluh delapan
99
Sembilan puluh sembilan
100
#100
101
#101
102
#102
103
#103
104
#104
105
#105
106
#106
107
#107
108
#108
109
#109
110
#110
111
#111
112
#112
113
#113
114
#114
115
#115
116
#116
117
#117
118
#118
119
#119
120
#120
121
#121
122
#122
123
#123
124
#124
125
#125
126
#126
127
#127
128
#128
129
#129
130
#130
131
#131
132
#132
133
#133
134
#134
135
#135
136
#136
137
#137
138
#138
139
#139
140
#140
141
#141
142
#142
143
#143
144
#144
145
#145
146
#146
147
#147
148
#148
149
#149
150
#150
151
#151
152
#152
153
#153
154
#154
155
#155
156
#156
157
#157
158
#158
159
EPILOG DAN PENGUMUMAN
160
JUST INFO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!