Melepas rindu. . .
Ingin rasanya aku berlari dan memeluk tubuh Ammar yang sudah berdiri dengan senyuman manis di depan ku ini. Tapi ku tahan, sebab malu dan tak ingin terkesan berani di hadapan kedua orang tua ku.
Mereka ikut serta menyambut kedatangan Ammar dengan hangat dan gembira, mempersilahkan Ammar untuk duduk sambil berbincang-bincang dengan Ayah, sedang ibu menyiapkan suguhan untuk Ammar. Aku membantunya di dapur.
" Wah. . . bunda, hari ini masak banyak banget? Mmh. . . udah gitu hampir semua makanan kesukaan Ammar, uuugh gak adil. Buat Fanny mana Bund? "
Aku bertanya sambil merengek manja pada ibu, ku lihat semua masakan di meja makan tertera rapi dan hampir semua makanan favorit Ammar.
Ini membuat ku manyun menahan rasa iri. . .
" Sayang, udah dong jangan ngambek gitu. Masa sama pacar sendiri jadi iri gitu? Ammar kan gak setiap hari makan bersama kita, jadi kali ini bunda masak khusus untuk Ammar. Kamu juga pasti senang kan. . . hayoo," Ibu meledek ku dengan senyuman dan mencubit manja dagu ku.
Aku tersipu malu di depan ibu. Kemudian berpura-pura lari ke ruang tamu menghampiri ayah dan Ammar yang sudah berbincang-bincang asyik sedaritadi.
Ugh. . . Gak ada yang ngertiin aku, baik ayah maupun bunda semua malah mendahului untuk berduaan bersama Ammar, aku kan juga rindu berat.
Bathin ku menggerutu sendirian, tanpa ku sadar Ammar sudah memandang ku daritadi.
"Ehhem, uhuk uhuk. . . Fanny, ada apa berdiri disitu. Ayo kemari, duduk bareng disini." Ayah terbatuk-batuk meledek kami kemudian mengajak ku untuk duduk bersama mereka.
" Ah, eh.. Ayah. Makanan sudah siap, " Aku menjawab dengan gelagapan. Membuat Ammar tertawa kecil cekikikan.
" Oh Ammar, Ayo temani Om makan dulu. Kami sengaja menantimu untuk melewati sarapan pagi, agar bisa makan bersama mu " Ajak ayah dengan senyuman hangat.
Ammar mengangguk pelan dengan sedikit malu-malu terbaca dari raut wajahnya yang memerah.
Ayah berjalan lebih dulu menuju meja makan di ikuti langkah Ammar, sembari melewati ku Ammar mengecup pipi ku spontan membuat ku terkejut dengan teriakan kecil.
" Hey, Kau !!! "
Ayah menoleh ke belakang, melihat ke arah ku dan Ammar secara bergantian, dengan wajah heran Ayah bertanya pada ku.
" Kenapa Fanny? Kenapa kau teriak begitu? "
" A e em a a anu Yah, ini Ammar keinjek kaki Fanny " Sembari ku injak kaki Ammar dengan hentakan kaki.
Aww !!! Ammar teriak dengan wajah meringis.
" Fanny !!! Apa yang kau lakukan??? kasihan nak Ammar baru juga datang kamu sudah galak begitu " Ayah teriak mengomeli ku dengan nada tinggi, ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ayah demikian.
Ya tuhan, maafkan aku ayah. aku sudah berbohong, dalam hati.
" Eh gapapa om, Fanny cuma bercanda kok. hehe tadi saya yg gak sengaja menginjak kaki nya, " Jawab Ammar.
Dalam hati aku memaki Ammar dengan wajah tersipu malu, huh dasar. Bikin kaget aja, tapi jujur seneng banget sih.
**********♡-♡**********
Hingga tiba waktu sore, aku mengajak Ammar menikmati sunset di suatu pantai X. Pantai ini cukup terkenal dengan kebersihannya, suasana nya yang bisa menikmati sunset secara langsung dan dekat menjadi tempat para wisatawan beramai-ramai berkunjung. Dan tidak sedikit pula yang membawa pasangan nya kesini, termasuk aku dan Ammar.
Kami berjalan kaki menikmati butiran halus pasir di sepanjang pesisir pantai bergandengan tangan, sesekali selfie mesra, sesekali pun tangan Ammar memeluk mesra pinggang ku. Ah. . . bahagianya, bagai dunia hanya milik kita berdua saja. hihi
Matahari sudah kembali mengurung diri di balik langit yang mulai gelap di hiasi beberapa bintang gemerlapan menghiasi suasana malam ini, bulan pun tampak malu menyaksikan kebahagiaan kami yang bersembunyi di balik awan remang-remang.
Suasana di pesisir pantai semakin terasa romantis, ku lihat sekeliling semua terlihat mesra dengan pasangan.
Ammar menarik pinggang ku seketika, yang kemudian terduduk di pangkuan Ammar begitu saja dan memelukku dari belakang. Membuat ku salah tingkah entah harus bagaimana, ini terlalu dekat.
Hah. . . Jantung ku sudah berdegub tak beraturan begitu kencang, ketika Ammar memelukku erat dari belakang, menutup wajahnya di punggung ku.
Astaga. . . aku malu banget. Pasti Ammar juga mendengar degub jantung ku yang tidak karuan ini, Ah.. sebenarnya bahagia banget di peluknya, tapi jujur ini terlalu dekat dan baru pertama aku duduk dekat di pangkuan seorang lelaki. Rasanya sudah bergetar seluruh tubuh ku, hingga mengucur keringat dingin di kening. Ku tarik nafas dalam-dalam, lama kami saling terdiam.
" Fanny, bagaimana ini? " Akhirnya Ammar bersuara dengan posisi masih menutup wajahnya di punggungku.
Aku gelagapan harus menjawab atau diam saja. sunggug posisi ini membuat ku sangat canggung.
" A,ada apa? ke,kenapa Ammar? Apa kau sakit? Kau lelah, atau. . . " Seketika aku sedikit menjauh dari pelukan Ammar, dan berbalik menghadapnya.
" Ammar, apa aku sangat berat? apa posisi ku duduk dipangkuan mu membuat mu kelelahan? lagian ih. . . siapa suruh menarik ku tiba-tiba hah? "
Ammar terus menatap ku yang terus ngoceh ini, kemudian memutup bibir ku dengan jari telunjuknya. Kau tau, aku kembali gemetar ketika jari telunjuknya yang halus ini sangat terasa lembut menyentuh bibir ku. Aku mengatupkan bibir ku kemudian.
" Aku sungguh merindukan mu, suasana indah malam ini yang hanya ada kita berdua saja disini, rasanya. Aku mulai tidak tahan ingin terus memelukmu begini, kemari.. Tetaplah berada di pangkuan ku, biarkan aku tetap memeluk mu. " Ammar kembali menarik ku untuk kembali duduk di pangkuannya dengan posisi membelakanginya.
"Ammar, apakah ini tidak.. terlalu dekat? Aku sedikit tidak nyaman, aku.. jadi sedikit canggung. " Dengan terbata-bata aku bertanya dan menanti bagaimana Ammar akan menanggapinya.
Ammar semakin mendekatkan wajahnya di telinga ku, terdengar desahan halus nafasnya di telinga membuat bulu kuduk ku merinding. tubuh ku mulai terasa panas,
" A. . ammar. . . jangan begitu. . . kau membuat ku geli " Aku terus berbicara pada Ammar yang kini semakin mempererat pelukannya pada ku.
Tanpa satu kata Ammar kini mulai menciumi tengkuk leher ku, lembut terasa kecupan bibirnya. Aku menikmati tiap kecupan demi kecupan lembutnya, nafasnya mulai terdengar sedikit memburu.
Ammar menghentikan perlakuannya seketika, dan memutar kepala ku dengan lembut untuk menghadapnya.
Ntah kenapa, aku seperti terhipnotis dengan tatapan matanya itu. Membuatku tak mampu berkata apapun lagi ketika Ammar kembali mengecup bibirku.
Hai waktu, jangan lah cepat berlalu di malam ini. biarkan aku menikmati waktu kami berdua, dalam hati aku terus bergumam andai waktu terhenti malam ini juga tak apa tuhan.
Ammar tersenyum melihat ku, ketika menghentikan ciumannya perlahan aku menunduk malu. bersyukur ini malam hari, jika tidak. Pasti Ammar sudah tertawa melihat wajah ku memerah seperti udang rebus.
" Sayang, boleh kah aku. . . mengecup dagu mu ini? " Tanya Ammar sembari memegang dagu ku.
Aku bertanya heran. . .
" Dagu? Emang kenapa harus dagu? ada manfaatnya kah??? hahahaha " Aku tertawa meledeknya kemudian.
" Agar mulai detik ini, sampai seterusnya bahkan selama-lamanya. Kamu tidak akan pernah bisa melupakan ku dan melepas ku. Sampai kapan pun kamu akan terus mengingat ku Fanny, meski nantinya Tuhan tidak akan mempersatukan kita."
" Tidak Ammar. Aku tidak mau jika Tuhan memisahkan kita nantinya. " Jawab ku seketika.
Ammar tersenyum menyentuh lembut bibir ku kembali.
" Terimakasih untuk seharian ini sayang, aku sangat bahagia. terimakasih telah benar-benar mencintai ku dengan tulus."
" Ammar.. Kau tau, betapa aku sangat beruntung bisa memiliki pacar yang baik seperti mu. Tolong, jangan pernah mengkhianati kesetiaan ku padamu, meski terpisah oleh jarak jangan pernah kau mencoba berbohong pada ku dalam hal apapun. "
Ungkapan ini, spontan keluar begitu saja dari mulut ku pada Ammar. Tidak kah aku terlihat lemah dan mengemis disini??? Aku tersadar dengan ucapan ku tadi, kemudian Ammar memeluk ku.
" Percayalah pada ku selalu " Sembari mengelus rambutnya dengan lembut aku mengangguk pelan dalam pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Rusme Juthec
Fany kemakan rayuan gombal Ammar
Ammar kayaknya penjahat kelamin 🙄🙄🙄
2022-07-23
0
Filsa Awaliyah
pak guru awas pedofil deh
2021-09-19
0
Heny Ekawati
klu mmng cinta kok gk nikah aj sih biar gk dosa
2021-03-09
1