Chapter 5: Gadis Pengganggu

“Kenapa kamu menunduk dan meminta maaf padaku?” Lanjut gadis itu.

Aku kembali berdiri, aku memohon kepadanya agar membiarkanku tenang dalam piket hari ini. Aku kembali melihat jam, aku harus cepat menyelesaikannya.

“Tolong biarkan aku menyelesaikan tugas piketku dengan tenang. Sebentar lagi para siswa lainnya akan segera datang, aku ingin segera menyelesaikannya." Jawabku sambil menempelkan kedua telapak tanganku memohon kepadanya.

Gadis itu menjadi tidak enak padaku. Dia langsung membalasku dan meminta maaf karena telah mengganggu.

“Eh.. Anu.. Baiklah. Maaf telah mengganggu." Balas gadis itu.

Dengan segera aku menyapu seluruh kelas. Semua telah terkumpul dan aku memasukkan semua sampah dan kertas ke tempat sampah. Aku juga segera bergegas menuju tempat pembuangan karena ternyata tempat sampah di depan kelas penuh, sungguh hari yang melelahkan. Kembalinya aku dari membuang sampah, para siswa pun datang satu persatu. Aku kembali menuju tempat dudukku dan kelas pun menjadi ramai. Itu membuat aku kesal.

"Tolong biarkan aku istirahat dengan tenang setelah melakukan semua pekerjaan tadi." Gerutuku dalam hati.

Aku capek, aku meletakkan kepalaku di atas meja sambil menatap ke jendela yang terbuka. Udara sejuk sedikit meringankan rasa lelahku yang berkucuran keringat pagi ini. Tidak terasa bel masuk berbunyi, semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

Pelajaran pun dimulai dan kelas menjadi tenang. Aku berharap jika bisa kelas seperti ini selamanya, tapi sayangnya itu benar-benar tidak mungkin, semua itu mustahil. Di saat aku menghayal tentang itu, guru yang mengajar tiba-tiba menyuruhku menjelaskan tentang pelajaran. Aku kaget, untung saja aku tidak terlalu jauh menghayalnya.

“Tio, jelaskan tentang yang bapak tulis di papan tulis!" Suruh pak guru.

“Baik.” Jawabku.

Aku segera berdiri dan menjelaskan pada semuanya dengan baik dan benar. Namun yang kudapat hanyalah tatapan sinis dari semua siswa.

"Tolong, aku mohon hentikan itu semua, itu membuatku tidak tahan berada di sini." Gerutuku dalam hati.

Karena kebanyakan yang tidak suka padaku karena nilaiku yang cukup tinggi di sekolah. Pernah aku dengan sengaja menurunkan nilai, tapi hal itu malah memperburuk keadaan. Guru yang melihat nilaiku turun mengintrogasiku dan tidak hanya itu, ibu marah besar padaku. Ibu tidak memperbolehkan aku menurunkan nilai dengan sengaja hanya untuk menghindari bully dari siswa lain. Karena ibu tahu betul nilai-nilaiku selalu tinggi dan stabil.

Hari semakin siang, dan siang pun menjadi sore, dan sore pun datang. Bel usai sekolah berbunyi, semua siswa merapikan buku dan alat tulis mereka masing-masing. Guru yang mengajar mata pelajaran terakhir kemudian mengakhiri pelajaran hari ini.

“Baik, hari ini sampai di sini. Jangan lupa belajar dan hati-hati saat pulang ke rumah.” Tutup seorang guru.

Semua siswa bergegas pulang termasuk aku. Aku hari ini memiliki rencana untuk mampir ke sebuah toko game untuk membeli game yang baru saja keluar. Di sosial media, rating game itu sangat baik dan juga penilaian akan game itu juga sangat bagus dari rata-rata playernya. Namun ketika aku melihat isi dompet, aku hanya bisa menghela nafas.

“Huuffftt... Hanya ada segini uangku. Hanya cukup membeli satu kaset game." Ucapku sambil meratapi isi dompetku.

Setelah ayahku tiada, akhirnya ibuku tahu tentang kasus pem-bully-anku. Ibu kemudian membelikanku sebuah konsol game agar aku tetap di rumah, juga agar aku tidak main keluar. Karena jika aku bermain di luar lagi, pem-bully-an itu tidak akan berhenti. Karena hal itu aku kemudian jauh dari dunia luar dan karena itu juga yang membuatku tidak memiliki teman. Itu semua sudah tidak menjadi masalah untukku. Karena dengan itu semua, aku dapat belajar dengan fokus dan berhasil menaikkan nilaiku.

Walau aku main game sejak kecil, yang membuatku heran adalah skill game-ku tidak ada perkembangan. Bisa dibilang aku tidak terlalu berbakat dalam main game. Akan tetapi game telah membuatku ingin hidup di dalam dunia game, karena menurutku dunia di dalam game terlihat lebih menyenangkan.

Aku berjalan meninggalkan kelas, aku berjalan sambil memainkan smartphoneku hingga aku tiba di dekat gerbang sekolah. Entah hari ini kenapa aku sial sekali bertemu lagi dengan gadis tadi pagi saat pulang sekolah.

“Yo..” Gadis tadi menyapaku.

Gadis itu melambaikan tangannya sambil menuntun sepedanya. Aku gugup, tanpa kusadari ternyata aku juga melambaikan tanganku dan membalas sapaannya.

“Y-y-yyyy-yyyooo..” Jawabku terbata-bata karena terlalu gugup.

Aku sangat malu, aku segera meninggalkannya lalu berjalan menuju ke jalan arah ke kiri, tapi sialnya aku malah ditanyai lagi olehnya dan dia malah menghampiriku.

“Lho bukannya rumahmu ke kanan?” Tanya gadis itu.

Gadis itu sekarang sangat dekat denganku. Apakah kamu seorang penguntit sampai tahu arah rumahku juga, sungguh mengerikan gadis ini. Aku takut padanya.

"Bagaimana kamu tahu arah rumahku?" Aku berbalik bertanya padanya.

"Aku sering saja lihat kamu pulang, jadi aku tahu arah rumahmu. Lalu kamu ke arah kiri mau ke mana? Apakah kamu mau ke rumah temanmu?" Jawab sekaligus tanya gadis itu.

“Tidak, aku tidak memiliki teman. Aku hanya ingin ke toko game. Aku ingin membeli game baru karena semua game yang aku punya sudah tamat." Jawabku.

Mendengar ucapanku, gadis itu menatap tajam diriku sambil memiringkan kepalanya.

"Apa?" Tanyaku padanya.

“Ooohh... memang ya anak laki-laki, main game terus." Sindir gadis itu.

“Tapi setidaknya aku tetap belajar, lagipula nilai-nilaiku juga tidak jelek ya." Balasku kesal.

Tunggu dulu.. Sejak kapan aku merasa akrab dengannya. Sungguh kali ini benar-benar menakutkan, aku harus menjaga jarak dengannya.

“Anu.. Silahkan duluan, kamu membawa sepeda bukan." Lanjutku yang tiba-tiba berhenti berjalan.

Aku berharap gadis ini segera pergi dariku. Sungguh seorang gadis pengganggu, seharian aku berurusan dengannya. Dari pagi saat piket hingga sore sepulang sekolah saja masih ketemu juga.

Gadis itu berjalan beberapa langkah ke depan. Pada akhirnya dia juga ikut berhenti. Dia melihat ke belakang lalu memperhatikan aku sejenak. Jantungku mau copot rasanya dilihat oleh seorang gadis seperti ini.

“Bagaimana kali kita jalan bareng? Mumpung rumahku satu arah dengan tujuanmu." Ajak gadis itu.

“Uhuk..” Aku tersedak mendengarnya.

Mimpi buruk apa aku semalam? Tidak aku tidak merasa mimpi semalam. Lalu apakah ini mimpi yang sesungguhnya, atau ini mimpi buruk yang nyata. Hari ini tiba-tiba ada seorang gadis yang mengajakku pulang bareng. Aku sedikit mencubit tanganku sendiri dan masih sakit.

Berarti ini bukan mimpi, ingin rasanya aku menampar diriku sendiri untuk memastikannya sekali lagi. Aku ingin pingsan rasanya karena gadis itu tersenyum kepadaku. Apakah dia orang baik atau bermaksud lain kepadaku? Itu yang sekarang aku sangat ingin tahu.

Terpopuler

Comments

CREES.ID

CREES.ID

cowok pendiam itu mempesona

2019-11-08

0

CREES.ID

CREES.ID

kejar terus kalo aku jd cewek td... hahahahaha

2019-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Pertempuran Legenda
2 Chapter 2: Jatuhnya Sang Dewa
3 Chapter 3: Dunia Monster Baru, Battlefield
4 Chapter 4: Si Penyendiri
5 Chapter 5: Gadis Pengganggu
6 Chapter 6: Nama Seorang Gadis
7 Chapter 7: Toko Game
8 Chapter 8: Fenomena
9 Chapter 9: Di Sisi Lain
10 Chapter 10: Salju Di Musim Yang Salah
11 Chapter 11: Tiba Di Battlefield
12 Chapter 12: Kembali Pulang
13 Chapter 13: Kesalahan Luna
14 Chapter 14: Duel
15 Chapter 15: Teman Pertama
16 Chapter 16: Di Balik Sebuah Kemenangan
17 Chapter 17: Mengubah Penampilan
18 Chapter 18: Luna Yang Baru
19 Chapter 19: Pelajaran Olahraga
20 Chapter 20: Kembalinya Para Perusuh
21 Chapter 21: Dalam Masalah
22 Chapter 22: Terungkapnya Sebuah Alasan
23 Chapter 23: Aku Mengakuinya
24 Chapter 24: Gadis Kembar
25 Chapter 25: Toko Buku
26 Chapter 26: Tanpa Partner
27 Chapter 27: Ancaman
28 Chapter 28: Sosok Misterius
29 Chapter 29: Hari Minggu
30 Chapter 30: Pelajaran Tambahan
31 Chapter 31: Ketidaksengajaan
32 Chapter 32: Menyelidiki
33 Chapter 33: Mengikuti
34 Chapter 34: Kunjungan Tak Terduga
35 Chapter 35: Interogasi
36 Chapter 36: Ibu Bertindak
37 Chapter 37: Perbincangan Serius
38 Chapter 38: Ketahuan
39 Chapter 39: Hal Penting
40 Chapter 40: Anggota Baru
41 Chapter 41: Undangan
42 Chapter 42: Pertemuan
43 Chapter 43: Bahaya Yang Akan Datang
44 Chapter 44: Konflik
45 Chapter 45: Misi Para Monster
46 Chapter 46: Sebuah Rencana
47 Chapter 47: Akhir Pertemuan
48 Chapter 48: Berakhir Sudah
49 Chapter 49: Pencarian
50 Chapter 50: Penyelamatan
51 Chapter 51: Hukuman
52 Chapter 52: Penjelasanku
53 Chapter 53: Memanas Kembali
54 Chapter 54: Berita Besar
55 Chapter 55: Masalah Baru
56 Chapter 56: Solusi Yang Salah
57 Chapter 57: Kesalahan Besar
58 Chapter 58: Penyesalan
59 Chapter 59: Tragis
60 Chapter 60: Surat Izin
61 Chapter 61: Kabar Buruk
62 Chapter 62: Yang Tak Sadarkan Diri
63 Chapter 63: Pertanggungjawaban
64 Chapter 64: Permohonan Maaf
65 Chapter 65: Lekas Sembuh
66 Chapter 66: Sedikit Bantuan
67 Chapter 67: Mimpi
68 Chapter 68: Saatnya Bangun
69 Chapter 69: Di Depan Gerbang Sekolah.
70 Chapter 70: Terungkapnya Pelaku
71 Chapter 71: Informasi
72 Chapter 72: Menjenguk
73 Chapter 73: Pengunduran Jadwal
74 Chapter 74: Penyebab Sebenarnya
75 Chapter 75: Obrolan Gadis
76 Chapter 76: Kabar Baik
77 Chapter 77: Kembali Bersekolah
78 Chapter 78: Di Ruang OSIS
79 Chapter 79: Rencana
80 Chapter 80: Simulasi Pertama, Fire Vs. Water
81 Chapter 81: Mata-Mata
82 Chapter 82: Kemenangan Tipis
83 Chapter 83: Kekhawatiran
84 Chapter 84: Ide Andreas
85 Chapter 85: Berhasil Pulang
86 Chapter 86: Chat
87 Chapter 87: Klub Tenis
88 Chapter 88: Di Kelas 3
89 Chapter 89: Ruang Klub
90 Chapter 90: Menyerahkan Surat
91 Chapter 91: Membantu Kevin
92 Chapter 92: Tugas Bendahara
93 Chapter 93: Duel Satu Skill
94 Chapter 94: Pinjaman Smartphone
95 Chapter 95: Belanja
96 Chapter 96: Mengembalikan
97 Chapter 97: Reaksi Astrid
98 Chapter 98: Nostalgia
99 Chapter 99: Berdua Di Kantin
100 Chapter 100: Kesalahpahaman
101 Chapter 101: Meluruskan
102 Chapter 102: Sebuah Pertanyaan
103 Chapter 103: Pembahasan
104 Chapter 104: Pengumuman Penting
105 Chapter 105: Simulasi Kedua, Wind Vs. Earth
106 Chapter 106: Kemenangan Sang Phoenix
107 Chapter 107: Setelah Duel
108 Chapter 108: Penyergapan Yang Gagal
109 Chapter 109: Kecurigaan
110 Chapter 110: Tidak Terbukti
111 Chapter 111: Penyelesaian Masalah
112 Chapter 112: Bermain Game
113 Chapter 113: Pohon Favorit
114 Chapter 114: Mengerjakan Soal
115 Chapter 115: Bekal Dari Luna
116 Chapter 116: Cemburu
117 Chapter 117: Mencari Penyebab
118 Chapter 118: Aria Yang Murung
119 Chapter 119: Kembali Ceria
120 Chapter 120: Orang Hilang
121 Chapter 121: Mengasingkan Diri
122 Chapter 122: Telepon
123 Chapter 123: Teman Ibu Datang
124 Chapter 124: Persiapan Pergi
125 Chapter 125: Menjauh
126 Chapter 126: Tiba Di Desa
127 Chapter 127: Rumah Kakek
128 Chapter 128: Makan Malam
129 Chapter 129: Saudara
130 Chapter 130: Bercerita
131 Chapter 131: Izin Khusus
132 Chapter 132: Tidak Berangkat Sekolah
133 Chapter 133: Tak Dapat Dihubungi
134 Chapter 134: Kakak Yang Pengertian
135 Chapter 135: Kosong
136 Chapter 136: Offline
137 Chapter 137: Rendah Hati
138 Chapter 138: Kegaduhan Di Sekolah
139 Chapter 139: Klarifikasi
140 Chapter 140: Telah Pergi
141 Chapter 141: Tempat Berkumpul
142 Chapter 142: Di Balik Semua
143 Chapter 143: Prediksi Fenrir
144 Chapter 144: Keahlian Phoenix
145 Chapter 145: Perseteruan Antara Luna Dan Aria
146 Chapter 146: Stalker
147 Chapter 147: Berkeliling Kota
148 Chapter 148: Latihan
149 Chapter 149: Duel Yang Menyenangkan
150 Chapter 150: Kalah
151 Chapter 151: Saran
152 Chapter 152: Menghidupkan Smartphone
153 Chapter 153: Rencana Pulang
154 Chapter 154: Hari Terakhir Di Desa
155 Chapter 155: Kembali Ke Kota
156 Chapter 156: Rumah Kesayangan
157 Chapter 157: Ketemu
158 Chapter 158: Tertangkap
159 Chapter 159: Mengantar Pulang
160 Chapter 160: Rumah Aria
161 Chapter 161: Di Balik Ketakutan
162 Chapter 162: Satu Permintaan
163 Chapter 163: Simulasi Terakhir, Light Vs. Dark
164 Chapter 164: Duel Sengit
165 Chapter 165: Kehebatan Aria
166 Chapter 166: Hydra
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Chapter 1: Pertempuran Legenda
2
Chapter 2: Jatuhnya Sang Dewa
3
Chapter 3: Dunia Monster Baru, Battlefield
4
Chapter 4: Si Penyendiri
5
Chapter 5: Gadis Pengganggu
6
Chapter 6: Nama Seorang Gadis
7
Chapter 7: Toko Game
8
Chapter 8: Fenomena
9
Chapter 9: Di Sisi Lain
10
Chapter 10: Salju Di Musim Yang Salah
11
Chapter 11: Tiba Di Battlefield
12
Chapter 12: Kembali Pulang
13
Chapter 13: Kesalahan Luna
14
Chapter 14: Duel
15
Chapter 15: Teman Pertama
16
Chapter 16: Di Balik Sebuah Kemenangan
17
Chapter 17: Mengubah Penampilan
18
Chapter 18: Luna Yang Baru
19
Chapter 19: Pelajaran Olahraga
20
Chapter 20: Kembalinya Para Perusuh
21
Chapter 21: Dalam Masalah
22
Chapter 22: Terungkapnya Sebuah Alasan
23
Chapter 23: Aku Mengakuinya
24
Chapter 24: Gadis Kembar
25
Chapter 25: Toko Buku
26
Chapter 26: Tanpa Partner
27
Chapter 27: Ancaman
28
Chapter 28: Sosok Misterius
29
Chapter 29: Hari Minggu
30
Chapter 30: Pelajaran Tambahan
31
Chapter 31: Ketidaksengajaan
32
Chapter 32: Menyelidiki
33
Chapter 33: Mengikuti
34
Chapter 34: Kunjungan Tak Terduga
35
Chapter 35: Interogasi
36
Chapter 36: Ibu Bertindak
37
Chapter 37: Perbincangan Serius
38
Chapter 38: Ketahuan
39
Chapter 39: Hal Penting
40
Chapter 40: Anggota Baru
41
Chapter 41: Undangan
42
Chapter 42: Pertemuan
43
Chapter 43: Bahaya Yang Akan Datang
44
Chapter 44: Konflik
45
Chapter 45: Misi Para Monster
46
Chapter 46: Sebuah Rencana
47
Chapter 47: Akhir Pertemuan
48
Chapter 48: Berakhir Sudah
49
Chapter 49: Pencarian
50
Chapter 50: Penyelamatan
51
Chapter 51: Hukuman
52
Chapter 52: Penjelasanku
53
Chapter 53: Memanas Kembali
54
Chapter 54: Berita Besar
55
Chapter 55: Masalah Baru
56
Chapter 56: Solusi Yang Salah
57
Chapter 57: Kesalahan Besar
58
Chapter 58: Penyesalan
59
Chapter 59: Tragis
60
Chapter 60: Surat Izin
61
Chapter 61: Kabar Buruk
62
Chapter 62: Yang Tak Sadarkan Diri
63
Chapter 63: Pertanggungjawaban
64
Chapter 64: Permohonan Maaf
65
Chapter 65: Lekas Sembuh
66
Chapter 66: Sedikit Bantuan
67
Chapter 67: Mimpi
68
Chapter 68: Saatnya Bangun
69
Chapter 69: Di Depan Gerbang Sekolah.
70
Chapter 70: Terungkapnya Pelaku
71
Chapter 71: Informasi
72
Chapter 72: Menjenguk
73
Chapter 73: Pengunduran Jadwal
74
Chapter 74: Penyebab Sebenarnya
75
Chapter 75: Obrolan Gadis
76
Chapter 76: Kabar Baik
77
Chapter 77: Kembali Bersekolah
78
Chapter 78: Di Ruang OSIS
79
Chapter 79: Rencana
80
Chapter 80: Simulasi Pertama, Fire Vs. Water
81
Chapter 81: Mata-Mata
82
Chapter 82: Kemenangan Tipis
83
Chapter 83: Kekhawatiran
84
Chapter 84: Ide Andreas
85
Chapter 85: Berhasil Pulang
86
Chapter 86: Chat
87
Chapter 87: Klub Tenis
88
Chapter 88: Di Kelas 3
89
Chapter 89: Ruang Klub
90
Chapter 90: Menyerahkan Surat
91
Chapter 91: Membantu Kevin
92
Chapter 92: Tugas Bendahara
93
Chapter 93: Duel Satu Skill
94
Chapter 94: Pinjaman Smartphone
95
Chapter 95: Belanja
96
Chapter 96: Mengembalikan
97
Chapter 97: Reaksi Astrid
98
Chapter 98: Nostalgia
99
Chapter 99: Berdua Di Kantin
100
Chapter 100: Kesalahpahaman
101
Chapter 101: Meluruskan
102
Chapter 102: Sebuah Pertanyaan
103
Chapter 103: Pembahasan
104
Chapter 104: Pengumuman Penting
105
Chapter 105: Simulasi Kedua, Wind Vs. Earth
106
Chapter 106: Kemenangan Sang Phoenix
107
Chapter 107: Setelah Duel
108
Chapter 108: Penyergapan Yang Gagal
109
Chapter 109: Kecurigaan
110
Chapter 110: Tidak Terbukti
111
Chapter 111: Penyelesaian Masalah
112
Chapter 112: Bermain Game
113
Chapter 113: Pohon Favorit
114
Chapter 114: Mengerjakan Soal
115
Chapter 115: Bekal Dari Luna
116
Chapter 116: Cemburu
117
Chapter 117: Mencari Penyebab
118
Chapter 118: Aria Yang Murung
119
Chapter 119: Kembali Ceria
120
Chapter 120: Orang Hilang
121
Chapter 121: Mengasingkan Diri
122
Chapter 122: Telepon
123
Chapter 123: Teman Ibu Datang
124
Chapter 124: Persiapan Pergi
125
Chapter 125: Menjauh
126
Chapter 126: Tiba Di Desa
127
Chapter 127: Rumah Kakek
128
Chapter 128: Makan Malam
129
Chapter 129: Saudara
130
Chapter 130: Bercerita
131
Chapter 131: Izin Khusus
132
Chapter 132: Tidak Berangkat Sekolah
133
Chapter 133: Tak Dapat Dihubungi
134
Chapter 134: Kakak Yang Pengertian
135
Chapter 135: Kosong
136
Chapter 136: Offline
137
Chapter 137: Rendah Hati
138
Chapter 138: Kegaduhan Di Sekolah
139
Chapter 139: Klarifikasi
140
Chapter 140: Telah Pergi
141
Chapter 141: Tempat Berkumpul
142
Chapter 142: Di Balik Semua
143
Chapter 143: Prediksi Fenrir
144
Chapter 144: Keahlian Phoenix
145
Chapter 145: Perseteruan Antara Luna Dan Aria
146
Chapter 146: Stalker
147
Chapter 147: Berkeliling Kota
148
Chapter 148: Latihan
149
Chapter 149: Duel Yang Menyenangkan
150
Chapter 150: Kalah
151
Chapter 151: Saran
152
Chapter 152: Menghidupkan Smartphone
153
Chapter 153: Rencana Pulang
154
Chapter 154: Hari Terakhir Di Desa
155
Chapter 155: Kembali Ke Kota
156
Chapter 156: Rumah Kesayangan
157
Chapter 157: Ketemu
158
Chapter 158: Tertangkap
159
Chapter 159: Mengantar Pulang
160
Chapter 160: Rumah Aria
161
Chapter 161: Di Balik Ketakutan
162
Chapter 162: Satu Permintaan
163
Chapter 163: Simulasi Terakhir, Light Vs. Dark
164
Chapter 164: Duel Sengit
165
Chapter 165: Kehebatan Aria
166
Chapter 166: Hydra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!