“Kenapa kamu menunduk dan meminta maaf padaku?” Lanjut gadis itu.
Aku kembali berdiri, aku memohon kepadanya agar membiarkanku tenang dalam piket hari ini. Aku kembali melihat jam, aku harus cepat menyelesaikannya.
“Tolong biarkan aku menyelesaikan tugas piketku dengan tenang. Sebentar lagi para siswa lainnya akan segera datang, aku ingin segera menyelesaikannya." Jawabku sambil menempelkan kedua telapak tanganku memohon kepadanya.
Gadis itu menjadi tidak enak padaku. Dia langsung membalasku dan meminta maaf karena telah mengganggu.
“Eh.. Anu.. Baiklah. Maaf telah mengganggu." Balas gadis itu.
Dengan segera aku menyapu seluruh kelas. Semua telah terkumpul dan aku memasukkan semua sampah dan kertas ke tempat sampah. Aku juga segera bergegas menuju tempat pembuangan karena ternyata tempat sampah di depan kelas penuh, sungguh hari yang melelahkan. Kembalinya aku dari membuang sampah, para siswa pun datang satu persatu. Aku kembali menuju tempat dudukku dan kelas pun menjadi ramai. Itu membuat aku kesal.
"Tolong biarkan aku istirahat dengan tenang setelah melakukan semua pekerjaan tadi." Gerutuku dalam hati.
Aku capek, aku meletakkan kepalaku di atas meja sambil menatap ke jendela yang terbuka. Udara sejuk sedikit meringankan rasa lelahku yang berkucuran keringat pagi ini. Tidak terasa bel masuk berbunyi, semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.
Pelajaran pun dimulai dan kelas menjadi tenang. Aku berharap jika bisa kelas seperti ini selamanya, tapi sayangnya itu benar-benar tidak mungkin, semua itu mustahil. Di saat aku menghayal tentang itu, guru yang mengajar tiba-tiba menyuruhku menjelaskan tentang pelajaran. Aku kaget, untung saja aku tidak terlalu jauh menghayalnya.
“Tio, jelaskan tentang yang bapak tulis di papan tulis!" Suruh pak guru.
“Baik.” Jawabku.
Aku segera berdiri dan menjelaskan pada semuanya dengan baik dan benar. Namun yang kudapat hanyalah tatapan sinis dari semua siswa.
"Tolong, aku mohon hentikan itu semua, itu membuatku tidak tahan berada di sini." Gerutuku dalam hati.
Karena kebanyakan yang tidak suka padaku karena nilaiku yang cukup tinggi di sekolah. Pernah aku dengan sengaja menurunkan nilai, tapi hal itu malah memperburuk keadaan. Guru yang melihat nilaiku turun mengintrogasiku dan tidak hanya itu, ibu marah besar padaku. Ibu tidak memperbolehkan aku menurunkan nilai dengan sengaja hanya untuk menghindari bully dari siswa lain. Karena ibu tahu betul nilai-nilaiku selalu tinggi dan stabil.
Hari semakin siang, dan siang pun menjadi sore, dan sore pun datang. Bel usai sekolah berbunyi, semua siswa merapikan buku dan alat tulis mereka masing-masing. Guru yang mengajar mata pelajaran terakhir kemudian mengakhiri pelajaran hari ini.
“Baik, hari ini sampai di sini. Jangan lupa belajar dan hati-hati saat pulang ke rumah.” Tutup seorang guru.
Semua siswa bergegas pulang termasuk aku. Aku hari ini memiliki rencana untuk mampir ke sebuah toko game untuk membeli game yang baru saja keluar. Di sosial media, rating game itu sangat baik dan juga penilaian akan game itu juga sangat bagus dari rata-rata playernya. Namun ketika aku melihat isi dompet, aku hanya bisa menghela nafas.
“Huuffftt... Hanya ada segini uangku. Hanya cukup membeli satu kaset game." Ucapku sambil meratapi isi dompetku.
Setelah ayahku tiada, akhirnya ibuku tahu tentang kasus pem-bully-anku. Ibu kemudian membelikanku sebuah konsol game agar aku tetap di rumah, juga agar aku tidak main keluar. Karena jika aku bermain di luar lagi, pem-bully-an itu tidak akan berhenti. Karena hal itu aku kemudian jauh dari dunia luar dan karena itu juga yang membuatku tidak memiliki teman. Itu semua sudah tidak menjadi masalah untukku. Karena dengan itu semua, aku dapat belajar dengan fokus dan berhasil menaikkan nilaiku.
Walau aku main game sejak kecil, yang membuatku heran adalah skill game-ku tidak ada perkembangan. Bisa dibilang aku tidak terlalu berbakat dalam main game. Akan tetapi game telah membuatku ingin hidup di dalam dunia game, karena menurutku dunia di dalam game terlihat lebih menyenangkan.
Aku berjalan meninggalkan kelas, aku berjalan sambil memainkan smartphoneku hingga aku tiba di dekat gerbang sekolah. Entah hari ini kenapa aku sial sekali bertemu lagi dengan gadis tadi pagi saat pulang sekolah.
“Yo..” Gadis tadi menyapaku.
Gadis itu melambaikan tangannya sambil menuntun sepedanya. Aku gugup, tanpa kusadari ternyata aku juga melambaikan tanganku dan membalas sapaannya.
“Y-y-yyyy-yyyooo..” Jawabku terbata-bata karena terlalu gugup.
Aku sangat malu, aku segera meninggalkannya lalu berjalan menuju ke jalan arah ke kiri, tapi sialnya aku malah ditanyai lagi olehnya dan dia malah menghampiriku.
“Lho bukannya rumahmu ke kanan?” Tanya gadis itu.
Gadis itu sekarang sangat dekat denganku. Apakah kamu seorang penguntit sampai tahu arah rumahku juga, sungguh mengerikan gadis ini. Aku takut padanya.
"Bagaimana kamu tahu arah rumahku?" Aku berbalik bertanya padanya.
"Aku sering saja lihat kamu pulang, jadi aku tahu arah rumahmu. Lalu kamu ke arah kiri mau ke mana? Apakah kamu mau ke rumah temanmu?" Jawab sekaligus tanya gadis itu.
“Tidak, aku tidak memiliki teman. Aku hanya ingin ke toko game. Aku ingin membeli game baru karena semua game yang aku punya sudah tamat." Jawabku.
Mendengar ucapanku, gadis itu menatap tajam diriku sambil memiringkan kepalanya.
"Apa?" Tanyaku padanya.
“Ooohh... memang ya anak laki-laki, main game terus." Sindir gadis itu.
“Tapi setidaknya aku tetap belajar, lagipula nilai-nilaiku juga tidak jelek ya." Balasku kesal.
Tunggu dulu.. Sejak kapan aku merasa akrab dengannya. Sungguh kali ini benar-benar menakutkan, aku harus menjaga jarak dengannya.
“Anu.. Silahkan duluan, kamu membawa sepeda bukan." Lanjutku yang tiba-tiba berhenti berjalan.
Aku berharap gadis ini segera pergi dariku. Sungguh seorang gadis pengganggu, seharian aku berurusan dengannya. Dari pagi saat piket hingga sore sepulang sekolah saja masih ketemu juga.
Gadis itu berjalan beberapa langkah ke depan. Pada akhirnya dia juga ikut berhenti. Dia melihat ke belakang lalu memperhatikan aku sejenak. Jantungku mau copot rasanya dilihat oleh seorang gadis seperti ini.
“Bagaimana kali kita jalan bareng? Mumpung rumahku satu arah dengan tujuanmu." Ajak gadis itu.
“Uhuk..” Aku tersedak mendengarnya.
Mimpi buruk apa aku semalam? Tidak aku tidak merasa mimpi semalam. Lalu apakah ini mimpi yang sesungguhnya, atau ini mimpi buruk yang nyata. Hari ini tiba-tiba ada seorang gadis yang mengajakku pulang bareng. Aku sedikit mencubit tanganku sendiri dan masih sakit.
Berarti ini bukan mimpi, ingin rasanya aku menampar diriku sendiri untuk memastikannya sekali lagi. Aku ingin pingsan rasanya karena gadis itu tersenyum kepadaku. Apakah dia orang baik atau bermaksud lain kepadaku? Itu yang sekarang aku sangat ingin tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
CREES.ID
cowok pendiam itu mempesona
2019-11-08
0
CREES.ID
kejar terus kalo aku jd cewek td... hahahahaha
2019-11-08
1