Happy Reading..
📝
"Sha, lo ikut kita kita nggak?" tanya Veli seraya menyandarkan tubuhnya di kap mobil merah nya, mata nya menatap Aresha yang masih sibuk memainkan handphone nya.
"Ke bar? Sorry, gue hari ini gak bisa. Lo tau sendiri kan, kemarin semua fasilitas gue di sita karena pulang telat," jawab Aresha tanpa memandang ke arah Veli.
Seperti biasa, para geng nya Aresha tengah berkumpul di parkiran sekolah, padahal suasana di sekolah nya sudah terlihat sepi dan hanya tersisa cowok cowok yang sedang mengikuti eskul sepulang sekolah.
"Yaelah bentaran doang Sha, palingan entar jam 9 udah pulang," sahut Stephany.
"Gak ah, cari aman dulu gue." ucap Aresha masih tetap pada pendiriannya.
"Yaudah lah terserah lo aja," sahut Veli mengedarkan pandangan nya ke arah lapangan basket.
"Eeh Sha, ada Arsen tuh lagi main basket," tunjuk Veli ke arah lapangan basket.
"Ya terus gue harus bilang apa? Cowok modelan kayak gitu kok banyak penggemar," sahut Aresha dengan nada meremehkan.
"Karma lo Sha, menghina cowok sekeren dan setampan Arsen," ucap Meera ikut menimpali.
Aresha tidak memperdulikan ucapan Meera, karena menurutnya, pembahasan tentang Arsen adalah sesuatu yang membosankan, plus dapat menghancurkan mood baiknya.
"Ooh ya, bukan nya lo di panggil ya di ruang BK, lo lupa, apa sengaja Sha?" tanya Meera mengingat kan Aresha pada kejadian tadi pagi saat di kelas, di mana saat Aresha berdebat dengan guru tanpa rasa takut sedikitpun.
"Sengaja," jawab Aresha enteng.
"Lagian, gue juga bodo amat, gue gak peduli sama tuh guru." tambah nya membuat teman teman nya geleng geleng, memang di antara mereka berempat hanya Aresha lah yang suka seenaknya dan bersikap masa bodo.
"Yaudah gue balik dulu ya, takut ke omel lagi gue sama Bang Emil," belum sempat Aresha memasuki mobilnya, tangan Veli lebih dulu mencekal nya.
"Sha, gue ikut ke rumah lo ya," pinta Veli dengan nada memohon.
"Ngapain? Bukanya lo mau ke bar? Oh Gue tau, jangan jangan lo mau modusin Abang gue kan?" tuduh Aresha yang memang sudah tau betul perasaan sahabat nya ini.
"Yaela Sha, gue itu tulus sayang dan cinta sama Bang Emil, cuma Abang lo aja tuh yang sok jual mahal sama gue, dingin banget pula." cibir Veli dengan nada memelas, bukanya merasa kasihan, justru ketiga sahabatnya malah menertawakan nya dengan keras hingga membuat Veli mendegus kesal.
"Mangkanya, kalau lo itu serius sama Abang Gue, jauhin tuh kelap malam sama minuman miman haram lo itu, dan satu lagi, stop buat nampung benih orang"
Plak...
Veli menoyor kepala Aresha dengan keras.
"Lo pikir gue cewek apaan huh, gue emang nggak baik, tapi gue masih perawan, ingat tuh,"
"Iya Sha, walau kita nakal, kita itu masih menjaga harta berharga kita. Jangan sampai karena kenakakan kita sampai lupa menjaga martabat kita sebagai seorang wanita." sahut Veli yang di balas acungan jempol oleh Veli dan Meera.
"Junjung harga diri kita, jangan sampai kita kalah sama nafsu sesaat." sahut Meera tersenyum bangga.
"Pintar kalian semua, yaudah ya, gue cabut dulu," ucap Aresha.
"Gue ikut ya," pinta Veli lagi.
"No! Kapan kapan aja, nunggu bang Emil siap sama lo." ucap Aresha langsung masuk ke dalam mobil putih nya, dan dengan cepat melajukan mobilnya meninggalkan para sahabat nya.
Namun saat di pertengahan jalan, handpone Aresha berbunyi dan mau tidak mau Aresha harus menghentikan mobil nya untuk mengangkat nya.
My lope💕
Dengan senyum bahagia, Aresha mengangkat panggilan dari kekasih nya itu.
"Selamat siang Sayang," sapa Aresha tersenyum girang di dalam mobil nya.
"Kamu di mana? Kok tumben gak nyamperin aku?" tanpa membalas sapaan dari Aresha, Arjuna langsung melayangkan pertanyaan nya, dan itu sudah biasa bagi Aresha.
"Hmm__"
Aresha terdiam berfikir sejenak, jika di lihat lihat, memang benar seharian ini full dia tidak melihat Arjuna, dan juga tidak mencari nya, dan itu semua karena Arsen. Si captain basket yang begitu menyebalkan bagi Aresha.
"Hmm, maaf ya Sayang, soalnya aku tuh hari ini kesel banget sama seseorang, jadi ya aku gak nyamperin kamu. Maaf ya," ucap Aresha dengan rasa bersalah.
"Kesal? Sama siapa?"
"Arsen!"
Terdengar helaan napas dari sebrang telepon, hingga membuat Aresha ketar ketir sendiri takut jika kekasih nya marah padanya.
"Sayang,"
"Kamu sebenarnya ada urusan apa sih sama cowok itu?" dan benar, Arjuna marah dan itu terlihat jelas dari nada suaranya.
"Gak ada kok, aku aja benci sama dia," jawab Aresha jujur, karena memang benar kan bahwa Aresha begitu membenci Arsen?
"Yaudah, sekarang kamu di mana?"
"Di jalan, mau otw pulang."
"Yaudah kalau gitu langsung pulang dan jangan keluyuran."
Tut tut tut
Panggilan di matikan sepihak oleh Arjuna. Meskipun Arjuna jarang ada waktu untuk nya, setidak nya Aresha masih bisa merasakan perhatian dari Arjuna.
"My sweet boyfriend," gumam Aresha kembali melanjukan mobilnya.
📝
Sepulang dari kegiatan bermain basket di sekolah nya, Arsen mengendarai motor sport menuju rumah nya.
Rumah yang menurut Arsen bagaikan neraka, panas! Apalagi saat melihat mama nya bersama suami baru nya.
"Arsen, kamu sudah pulang nak, sini temani Papa main catur,"
Arsen menghentikan langkah nya saat mendengar suara papa nya, ralat papa tiri nya.
Tanpa menjawab ataupun menoleh, Arsen kembali melanjutkan langkah nya menuju kamar. Untung Erina, mama nya sedang tidak berada dirumah, jika ada, mungkin Arsen akan terkena omelanya karena mengabaikan sapaan papa barunya.
Arsen merebahkan tubuh nya di kasur, matanya menatap langit langit kamar nya.
"Papa," gumam Arsen tersenyum sendu.
Ananta. Sosok papa yang luar biasa bagi Arsen, lelaki penyayang, pintar dan juga pengertian. Dari dulu hingga sekarang, Arsen masih belum bisa merelakan papa nya yang telah tiada.
Dari kecil hingga berumur 15 tahun, Arsen hanya mendapatkan kasih sayang dari Papa nya, karena mama nya, Erina, hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan bagaimna perasaan Arsen kecil yang membutuhkan kasih sayang.
Arsen bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati laci di sebelah nya, mengambil sebuah foto yang sudah lama Ia simpan semenjak kepergianya papa nya.
"Ananta Liandara," gumam Arsen menyebut nama papa nya, Arsen tersenyum sendu dan mencium wajah tampan papa nya didalam foto.
"Kamu masih menyimpan foto Papa kamu?"
Reflek Arsen menoleh saat suara mama nya terdengar dari ujung pintu.
"Arsen, kamu bisa nggak sih menghargai Papa baru kamu? Stop mikirin Papa kamu." bentak Erina, dan itu semakin membuat Arsen marah.
"Mikirin perasaan Papa baru? Mama sadar nggak sih, seharusnya Mama yang mikirin perasaan Arsen." desis Arsen menatap Erina tajam. Rasa sopan untuk mama nya sudah tidak penting lagi bagi Arsen, dan itu bermula saat Arsen tau Mamanya memiliki pria lain selain Ananta, papa kandung nya.
"Uang mungkin segalanya bagi Mama, tapi bagi Arsen, uang sama sekali tidak berarti. Dan Arsen akan selalu ingat, saat Mama rela ninggalin Papa demi Pria kaya, seperti suami Mama sekarang." teriak Arsen meluapkan amarah dalam dirinya. Mata nya menatap nyalang ke arah Erina yang terdiam membisu di tempat nya.
"Mama, tidak lebih seperti orang asing di kehidupan Arsen." tepat setelah mengucapkan itu, Arsen pergi dari kamarnya, tanpa memperdulikan teriakan mama nya yang menyuruhnya untuk berhenti.
Masih mengenakan seragam sekolah nya, Arsen pergi dari rumah menuju tempat di mana ia sering menghabiskan waktu nya bersama papa nya dulu.
Papa nya bukan terlahir dari keluarga konglomerat, dan mungkin itu yang menjadi alasan mama nya tidak bisa mencintai papa nya setulus hatinya.
Arsen berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta, karena cinta pernah membuat papa nya menderita dan dia tidak mau jika bernasib sama seperti Papa nya. Ya, Arsen pernah berjanji seperti itu, namun pada akhirnya Arsen juga mengingkari janjinya karena cinta.
📝
Hanya berguling guling di dalam kamar lah yang bisa Aresha lakukan sekarang, padahal ini baru jam 8 malam dan biasanya jam segini Aresha akan berkumpul dengan teman temanya nya, namun semenjak ketahuan bermain di bar dan pulang malam, papa nya benar benar melarang Aresha keluar malam lagi.
Bosen? Jangan di tanya lagi, apalagi Aresha tipe cewek yang gak bisa diam di rumah.
Karena bingung mau ngapain, akhirnya Aresha memutuskan untuk turun ke bawah, mencari hiburan dengan menganggu adik laki lakinya yang mungkin saat ini sedang belajar di ruang keluarga.
"Malam Areno," sapa Aresha langsung duduk di sofa, sedangkan Areno duduk di karpet berbulu di bawah.
"Ngapain Kak Aresha ke sini? Kalau cuma mau gangguin Areno, mending pergi aja deh," ucap Areno seakan tau maksud kedatangan kakak nya.
"Dih, pede amat lo, orang gue mau nonton Tv kok," sahut Aresha mengambil remot Tv dan langsung menyalakanya dengan volume keras.
"Sama saja Areno bakal keganggu Kak Aresha," teriak Areno menatap kakak nya sebal.
"Suka suka gue, orang ini juga rumah gue,"
"Aresha,"
Aresha menelan salivanya dengan susah saat suara tegas papa nya terdengar dari belakang.
"Ngomong pake bahasa apa kamu?" tanya Fandi mulai duduk di samping Aresha.
"Pake bahasa Indonesia, Pah" jawab Aresha dengan tampang bodoh. Areno yang berada di bawah nya, menatap Aresha tersenyum lebar, seakan puas melihat kakaknya yang tengah ketakutan.
"Pake lo - gue lagi, Pah Kak Aresha," adu Areno membuat Aresha melototinya seketika.
Fandi membuang napas nya perlahan, Fandi selalu mengajarkan anak anak nya berbicara dengan sopan, bicara pake bahasa lo - gue di keluarganya sendiri, seperti larangan keras yang tidak boleh di langgar.
"Cukup ini yang terakhir Papa dengar kamu ngomong bahasa itu sama Adik ataupun Kakak kamu, kalau Papa dengar kamu ngomong gitu lagi, Papa masukin kamu ke pesantren." ucap Fandi dengan tegas dan langsung melenggang pergi meninggalkan Aresha dan Areno.
Aresha mengambil buku dan langsung memukulkanya di kepala Areno.
Bruk..
"Aww, sakit Kak," pekik Areno mengusap kepala nya.
"Jadi bocah pinter dikit kenapa, nyebelin banget." omel Aresha, dan langsung meninggalkan Areno yang sudah tertawa bahagia melihat penderitaan nya.
Belum sempat masuk ke kamar nya, Aresha melihat Emil keluar dari kamar mengunakan pakaian yang rapi.
"Bang Emil mau kemana?"
"Nyari buku," jawab Emil singkat.
"Aresha ikut ya Bang," cegah Aresha saat Emil akan pergi.
"Ngapain kamu ikut segala, biasanya paling malas kalau pergi ke toko buku,"
Aresha hanya tersenyum mendengar sindiran dari abang nya yang seratus persen benar. Namun kali ini, Aresha benar benar ingin keluar dan mengirup udara malam. Tidak peduli jika itu harus ke toko buku.
"Mau cari buku juga Bang, buat tugas referensi besok," ucap Aresha terpaksa bohong.
"Yaudah ayo,"
"Ayo,"
"Kamu mau keluar peke ini?" Emil menghentikan langkahnya saat Aresha mengikuti nya tanpa berganti baju terlebih dahulu.
Aresha melihat baju yang ia kenakan, menurutnya tidak ada yang salah dengan penampilanya, kaos oblong hitam juga hostpans levis.
"Ada yang salah Bang? Kan cuma beli buku doang,"
"Ganti atau kamu gak usa ikut."
Aresha mendegus kesal, baru pake hostpans aja abang nya udah protes, apalagi kalau lihat Velisa yang sukanya cuma pake tanktop dan hostpans doang.
Setelah berganti baju sedikit lebih sopan, Aresha menghampiri Emil yang sudah menunggu nya di dalam mobil.
"Nanti mampir ke Starbuck dulu ya Bang, laper plus haus nih," pinta Aresha setelah Emil menjalankan mobilnya.
"Emang tadi nggak ikut makan malam?"
"Ikut, tapi ini lapar lagi." ucap Aresha kembali berbohong lagi.
"Tapi kalau bang Emil gak mau, biar Aresha aja yang ke Starbuck. Abang gak usah ikut, nanti pulangnya biar Aresha naik taxi."
Emil menatap adik nya tajam, ia sudah tau niat busuk Aresha yang sebenarnya ingin keluyuran malam malam.
"Nggak. Abang gak izinin kamu keluar malam tanpa Abang. Kamu mau Papa marah lagi?"
"Bentaran doang Bang, please, boleh ya,"
"Boleh kalau kamu udah dapat izin langsung dari Papa."
Aresha mendegus mendengar jawaban abang nya, entah kenapa justru Emil menjadi seperti papa nya yang posesife dan overprotective kepada nya, membuat hidup Aresha semakin tidak bebas saja.
Tepat ketika Emil memberhentikan mobilnya di depan toko buku, mata Aresha menangkap seseorang yang sedang duduk di atas motor sport lewat spion mobil. Dan Aresha tau betul siapa orang itu
"Ngapain tuh badboy keluyuran malam malam, pake seragam sekolah pula." batin Aresha terus menatap orang itu lewat spion.
"Kamu kenapa diam, ayo masuk," suara Emil menyadarkan Aresha dari lamunan nya.
"Hmm, Aresha nunggu di mobil aja Bang,"
"Katanya ada buku yang mau di beli,"
"Nggak Bang, Aresha lupa kalau udah titip buku nya sama Meera."
Emil tidak menjawab lagi dan meninggalkan Aresha yang lagi lagi berhasil membohonginya.
Sepeninggalan Emil, Aresha turun dari mobil dan berjalan ke sebrang jalan menghampiri pria yang duduk di atas motor nya.
"Woy Arsen, ngapain lo di sini?"
Pria yang di panggil Arsen itu menoleh ke samping menatap Aresha malas.
"Lo malem malem keluyuran masih pake seragam sekolah, lo mau sekolah kita jadi jelek namanya karena lo?"
Arsen menatap Aresha tajam, cewek di depannya ini benar-benar tidak bisa berhenti mencari masalah dengan nya
"Emang benar ya kata orang, kalau manusia itu tidak bisa melihat dirinya sendiri," ucap Arsen dengan nada dingin, mata nya terus menatap ke depan dengan pandangan seperti biasa, tajam dan dingin.
"Maksud lo apa huh?" sentak Aresha tak terima.
"Maksud gue, lo itu cuma bisa mengomentari orang lain tanpa melihat seperti apa diri lo sendiri. Dan gue peringatkan sekali lagi, stop ganggu hidup gue, dan urusi aja diri lo sendiri."
Arsen kembali memakai helm nya dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Aresha yang menatap nya bingung.
Bukan binggung karena perkataan Arsen, tetapi binggung dengan mata tajam Arsen yang tampak seperti orang habis menangis.
Benarkah Arsen habis menangis? Cowok badboy seperti Arsen menangis?
Aresha mengacak acak rambut nya kesal, makin kesini Aresha merasa semakin penasaran dengan kehidupan Arsen.
"Siapa sih sebenarnya dia itu?" gumam Aresha menatap kepergian Arsen.
"Ngapain kamu malah disini?"
Aresha membalikkan badannya menatap Emil yang sudah berdiri di depan nya dengan tatapan menyelidik.
"Nggak ngapa ngapain kok Bang, yuk balik aja. Takut kemaleman nanti," tak mau masalah semakin panjang, Aresha menarik Emil masuk ke mobil untuk pulang.
Bahkan di sepanjang perjalanan pulang, Aresha masih memikirkan Arsen, dan entah kenapa ada rasa ingin tahu dari diri Aresha tentang kehidupan Arsen yang sesungguhnya.
Kehidupan rumit yang tidak banyak orang mengetahui nya.
📝
Next..🙌
Jangan lupa komentar nya ya..😍
Follow my ig
@rsmndaa_
@rismandaa28
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Hani Hanifah
seruuuu
2022-08-28
0
Asriaty M
tidak ada baik"x deh itu mc cwe
2021-04-17
0
Ainur Cutee
cie cie cieee tnpa di sadari aresha mulai peduli nih sm arsen 😉😉
2021-01-10
1