HAPPY READING😋
📝
Aresha duduk di atas ranjang dengan perasaan gelisa. Kejadian tak sengaja di super market itu terus terbayang bayang di ingatanya.
Arsen hanya tertabrak trolli, tapi kenapa harus keluar darah sebanyak itu? Apa mungkin sebelum nya Arsen memang sudah terluka? Aresha menggeram merasa benar benar binggung dengan ini.
"Arghhhh," Aresha mengacak acak rambut panjang nya karena bingung.
Aresha bangkit dari ranjang nya dan menatap dirinya sendiri di pantulan cermin meja rias nya.
"Kok gue gak yakin ya dengan kejadian
tadi. Masak gara gara tertabrak trolli darah nya keluar banyak gitu. Lagipula gue dorong nya pelan kok." ucap Aresha bermonolog.
"Bodoh ah, ngapain gue mikirin si badboy itu. Mati aja sana gue gak akan peduli." Aresha berusaha untuk masa bodoh. Walau kini hati dan pikiran nya tak sejalan dengan apa yang terucap dari bibir nya.
"Kak, di panggil Bunda tuh." Aresha menoleh ke arah pintu, Areno telah berdiri di sana menatap nya kesal. Entah karena apa adik nya itu merasa kesal pada Aresha.
"Iya nanti." jawab Aresha malas.
"Sekarang Kak Aresha. Udah di tungguin Bunda tuh." tekan Areno hingga membuat Aresha mendesis kesal.
"Iya nanti Areno." balas Aresha tak kalah menekan.
"Tapi Bunda nyuruh nya sekarang, Kak."
Aresha menghela napas nya kesal, bagaimana bisa dia memiliki adik seperti ini.
"Lo gak liat gue lagi ngapain?" kesal Aresha.
"Emang Kak Aresha lagi ngapain? Areno perhatiin dari tadi juga Kak Aresha hanya melamun,"
Benarkah dirinya melamun? Rasanya Aresha tidak sedang mengkhawatirkan seseorang sehingga harus membuat nya melamun.
"Tuhkan, Kakak melamun lagi."
"Bawel ah." Aresha berjalan keluar dari kamarnya dengan tangan yang bersiap menjitak kepala Areno yang telah membuat nya kesal.
"Kak Aresha," teriak Areno saat Aresha benar benar menjitak kepala nya, namun di abaikan begitu saja oleh Aresha.
Aresha berjalan dengan langkah tenang menuruni anak tangga, namun seketika langkah nya terhenti saat melihat ada papa nya yang juga ikutan duduk di samping bunda nya.
"Kok gue jadi deg degan gini ya." batin Aresha sebelum memberanikan diri menghampiri kedua orang tua nya.
"Malam Pah, malam Bun," Aresha duduk di depan kedua orang tuanya dan langsung menundukan wajahnya saat Fandi menatap nya lekat.
"Aresha!"
"Iya Pah," jawab Aresha masih dengan menundukan kepalanya.
"Kalau di ajak bicara Papa tatap mata nya dong Sayang," tegur Nara dengan suara nya yang lembut seperti biasa.
"Iya Bun." Aresha menatap Papa nya dengan perasaan campur aduk. Fandi memang tidak pernah kasar pada nya, tapi tetap saja Aresha akan menjadi gadis kecil yang masih takut di marahin papa nya.
"Ini, semua fasilitas kamu Papa kembaliin."
Aresha menatap barang barang nya di atas meja dengan mata berbinar, lalu beralih menatap Fandi yang masih menatap nya tanpa senyum.
"Ingat ya Sayang, jaga kepercayaan yang udah Bunda berikan, kamu gak lupa kan sama janji kamu?" Nara menatap putri nya tersenyum.
Aresha tersenyum lebar membalas tatapan Bundanya.
"Iya Bun, Aresha gak lupa kok. Makasih ya Bunda udah bantuin Aresha bujuk Papa." Aresha memeluk Nara dengan rasa bahagia, Fandi yang melihat istri dan anak nya berpelukan juga merasa sangat bahagia.
Fandi mendekat dan ikut masuk ke dalam pelukan anak dan istrinya itu.
"Jadi anak Papa yang baik ya Sayang, Papa ngelakuin semua itu karena Papa gak mau Anak perempuan satu satunya Papa kenapa napa. Aresha tau kan Papa sangat menyayangi Aresha? Anak perempuan satu satu nya Papa dan Bunda."
Rasanya Aresha tidak mampu berkata apa apa. Apa yang selama ini ia lakukan adalah salah, tapi entah kenapa rasanya tidak bisa begitu saja menghilangkan kebiasaan buruk nya itu.
Biarlah untuk saat ini Aresha menjadi badgilr, sampai suatu saat nanti ada seseorang yang bisa merubah nya menjadi seorang goodgilr, dan Aresha menginginkan Arjuna lah orang yang bisa merubah nya.
📝
Pagi ini Aresha masuk ke dalam kelas nya dengan senyum sumringah. Masalah fasilitas nya telah selesai. Handphone, kunci mobil, kartu kredit, semua barang nya itu sudah kembali di tangan nya. Dan itu berkat Nara, bunda nya tercinta yang berhasil membujuk papa nya.
"Pagi gaess," teriak Aresha langsung memasuki kelas nya yang sudah banyak yang datang.
"Pagi my Princess," jawab Velisa tak kalah alay nya dari Aresha.
"Kok Princes sih?" sahut Aresha merasa tak suka dengan panggilan itu.
"Iya, lo Princes nya dan Arsen my Prince nya." sahut Stephany di iringi gelak tawa oleh penghuni kelas nya. Dan itu sukses membuat hati Aresha merasa kesal.
"Stop deh bahas badboy yang satu itu, bikin gue gak bergairah aja pagi pagi." dumel Aresha langsung duduk di samping Meera.
"Tau dah, cuma Kak Arjuna yang bikin lo bergairah." timpal Meera menatap Aresha jengah.
"Pagi anak anak," tiba tiba guru datang membuat suasana yang tadinya riuh berubah hening.
"Pagi juga Pak," jawab mereka semua serentak, kecuali Aresha yang saat ini menatap guru di depannya dengan malas.
Pak Beni, guru killer yang memiliki body gak banget bagi Aresha dkk. Selain gendut, Pak Beni juga memiki tampang yang membuat Aresha males mengikuti pelajaran nya.
"Ada apa Aresha? Kenapa kamu ngelihatin saya begitu banget." heran Pak Beni yang merasa di perhatikan terus oleh Aresha. Semua murid kini mengalihkan pandangan nya ke arah Aresha.
"Pak Beni ini udah gak terlalu tampan, tapi kenapa rambut nya harus di botakin sih Pak, gak enak tau Pak di lihatin nya." ucap Aresha dengan suara lantang nya, hingga membuat semua murid tidak ada yang tidak ketawa mendengar ucapan Aresha.
"Kenapa memang nya, kamu gak suka?" bentak Pak Beni dengan wajah garang nya, bukanya takut justru Aresha malah semakin tertawa.
"Aresha kalau ngomong suka benar deh" sahut Jovin ikut ikutan. Ketua kelas yang sedikit geser otaknya.
"Diam kalian semua," bentak Pak Beni sekali lagi. Sekarang keadaan kelas XI IPA 6 ini benar benar hening. Tak ada yang berani bersuara.
"Apa kalian tidak ada sopan santun nya kepada Guru kalian ini Hah, terutama kamu Aresha." tunjuk Pak Beni pada Aresha.
Aresha menatap Pak Beni dengan tenang, beda dengan teman temanya yang menunduk ketakutan.
"Kenapa Bapak harus marah marah? Saya kan bicara jujur Pak. Bukanya murid itu di ajarkan untuk bicara jujur ya? Dan tadi saya bicara jujur kalau Pak Beni ini tidak terlalu tampan, terus salah saya di mana coba?" dengan berani Aresha menjawab nya, hingga membuat raut wajah Pak Beni merah padam menahan amarah. Mati matian teman sekelas Aresha menahan tawa, jangan sampai tawa mereka pecah melihat raut wajah Guru killer seperti Pak Beni yang malu.
"Sha, udah napa, cari masalah aja lo" bisik Meera yang sebangku dengan Aresha.
Aresha tidak menjawab ucapan sahabatnya, Aresha justru semakin menantang guru killer ini dengan muka tak berdosa nya.
"Benar kan apa yang barusan saya bilang barusan,Pak Beni Supriyadi?"
"Kamu... " tunjuk Pak Beni pada Aresha.
"Saya Pak?"
"KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG DAN TEMUI SAYA DI RUANG BK SEUSAI PELAJARAN SELESAI."
"Oke!" sahut Aresha cepat.
Semua teman sekelas Aresha melotot melihat Aresha yang tampak tenang.
Aresha berdiri dan berjalan ke arah Pak Beni yang benar benar terlihat marah sekarang.
"Terimakasih banyak telah memberi saya kehormatan untuk keluar dari kelas Bapak ini. Dengan rasa hormat juga saya akan keluar dari kelas Pak Beni. Selamat mengajar dengan tenang pak Beni, bye." Aresha melambaikan tangannya dan berlalu pergi begitu aja.
Pak Beni hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan Aresha. Bagaimana bisa dia memiliki murid seperti Aresha. Nakal iya, pintar tidak.
Jika saja Aresha bukan anak dari orang yang berkuasa, mungkin dari dulu Aresha sudah di keluarkan dari sekolah secara tidak terhormat.
Aresha berjalan menuju ke lapangan basket, salah satu tempat yang paling Aresha sukai ketika sedang di keluarkan dari kelas seperti sekarang.
Di tempat ini bukan hanya ada Aresha, tapi ada banyak sekali murid, apalagi ini masih pagi dan hari ini jadwal olahraga kelas XI Ipa 3, kelas nya Arsen.
Aresha mengedarkan pandangannya ke arah lapangan, tepat di ujung lapangan basket, Aresha dapat melihat segerombolan siswa laki laki dan Aresha yakini itu adalah segerombolan geng nya Arsen.
Namun yang membuat Aresha heran adalah, kenapa tidak ada Arsen di sana.
"Cari Arsen ya?" tiba tiba suara dari belakang mengejutkan Aresha.
"Sakra, apaan sih, ngagetin aja." kesal Aresha pada pria tampan di depannya ini.
Sakra Rivanno, salah satu sahabat dari Arsen. Pria kedua yang paling di benci oleh Aresha setelah Arsen.
Sakra tersenyum miring dan duduk di samping Aresha.
"Boleh gue minta nomor nya Stephany?" ucap Sakra seraya menyodorkan handphone nya ke arah Aresha.
"Ngapain lo minta ke gue? Lo cowok kan? Harusnya lo berani dong minta nomor nya sendiri." Aresha berdiri dari duduknya dan ingin melangkah pergi sebelum tangan kekar sakra menghentikan nya.
"Lo benar, harusnya gue minta nomor nya sendiri."
"Apaan sih pegang pegang." Aresha menepis tangan Sakra dengan kasar, Sakra terseyum tipis menatap wanita cantik di depan nya ini.
"Salamin ke teman lo ya. Ooh ya satu lagi, kalau lo mau nyari Arsen, dia ada di rooftop." setelah mengatakan nya, Sakra berlalu pergi ke tengah tengah lapangan untuk kembali bergabung dengan teman teman nya.
Aresha menatap Sakra dari kejauhan dengan tatapan yang tajam, entah kenapa Aresha tidak suka jika melihat Sakra yang berniat mendekati sahabat nya. Bukan karena cemburu, tapi karena Aresha tau sebrengsek apa seorang Sakra Rivanno ini.
Aresha berjalan keluar dari area lapangan basket, melawan gengsi nya dan akhirnya Aresha melangkah menaiki tangga untuk bisa sampai ke rooftop sekolah untuk menemui rival nya.
Dan benar, Aresha menemukan Arsen ada di atas rooftop sekolah. Arsen terlihat duduk santai di kursi panjang, kakinya ia selonjorkan di atas meja dengan tangan kirinya yang terbalut perban.
"Arsen," panggil Aresha pelan, melihat tangan Arsen yang terluka, Aresha menjadi merasa bersalah. Bagaimanapun juga Arsen seperti ini karena dirinya yang dengan sengaja mendorong pria itu.
"Ngapain lo di sini?" tanya Arsen dingin, pandanganya masih menatap lurus ke depan, tanpa menoleh ke arah Aresha.
"Tangan lo gak papa kan?" Aresha masih berdiri di tempat nya, menatap punggung Arsen dengan nanar.
Arsen berdiri dan menatap Aresha dengan tatapan datar nya seperti biasa.
"Mending lo pergi sekarang!" tintah Arsen dingin.
"Gue gak mau di ganggu, dan gue gak mau mood gue semakin rusak karena lo." ucap Arsen kembali, namun kali ini dengan suara yang menajam.
Tanpa rasa takut Aresha semakin berjalan mendekati Arsen.
"Gue cuma mau memastikan keadaan lo baik baik saja. Karena jujur gue gak mau di cap sebagai cewek yang gak bertanggung jawab." ucap Aresha melipat tangannya di dadanya.
"Gue gak selemah itu sehingga harus terluka parah karena tertabrak trolli." desis Arsen.
"Tapi nyatanya apa? Tangan lo di perban kan?" bantah Aresha.
"Gak perlu urusin gue, mending lo pergi sekarang."
"Kalau gue gak mau?"
Arsen menatap Aresha dingin, wanita yang di puja puja karena kecantikannya ini benar benar keras kepala.
"Kalau lo gak pergi,
biar gue yang pergi"
"Eeh tunggu tunggu," cengah Aresha menghentikan langkah Arsen yang ingin pergi.
"Gue akan pergi, dan ini kartu nama gue.
Kalau ada apa apa dengan tangan lo? Hubungi aja gue."
Arsen membuang kartu nama milik Aresha dengan asal.
"Gue gak butuh tanggung jawab lo,"
Aresha menatap Arsen dengan marah. Selama ini tidak ada yang berani membuang kartu nama nya sekalipun itu tak berguna, tapi kali ini, tepat di depan matanya, seseorang membuang kartu nama nya. Sehebat apa Arsenio Artanta Liandara ini sehingga berani membuang kartu namanya.
"Dasar Pria gak tau diri, terserah lo lah, mati aja sana." bentak Aresha melangkah pergi dari tempat ini.
Arsen mengusap wajahnya kasar, kembali menatap langit dengan pandangan frustasi.
Tidak ada seorang pun yang tau betapa rapuh nya seorang Arsen saat ini. Seseorang yang meraka anggap kuat, pemberani dan sempurna, justru tidak pernah merasa bahagia di kehidupan nya.
Bahkan semakin lama, Arsen merasa semakin banyak masalah yang menimpa di kehidupan nya. Belum lagi masalah nya dengan Aresha yang seakan tak ada habis nya.
"Aaaaaaaarrrghhh " teriak Arsen bersamaan dengan angin yang menerpa tubuh dan rambut nya.
📝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
astaga😂 bilang aja seneng bisa bolos🤣
2022-06-29
0
Asriaty M
tidak bagus etitud mc cwex
2021-04-17
1
my name
kasihan bgt arsen dia seperti itu jg cuma pingin diperhatikan karna kurang kasih sayang
2021-04-17
0