"Every heart has its secret sorrows which the world knows not, and oftentimes we call a man cold, when he is only sad."
— Henry Wadsworth Longfellow
***
Ketika aku bangun dari tidurku, aku bisa mendengar suara seseorang yang berisik di dekatku. Ia terus berbicara tak kunjung usai hingga kudengar suara pintu tertutup.
Aku mengerjapkan mataku, menyesuaikan keadaan cahaya di ruangan ini, lalu duduk bersandar di kepala kasur.
Mataku kembali mengerjap memindai kamar ini. Jelas sekali aku bukan di rumahku. Kertas dinding yang mahal, perapian yang hangat, serta perabotan rumah yang mewah dan terbalut dengan emas, ditambah seorang pria yang duduk dengan santainya di balik meja jati di dekat jendela.
"Selamat malam, Vee, apa tidurmu nyenyak?" Sapanya sambil meletakkan pena nya di atas meja dan berjalan mendekatiku
Aku menatap Henry mengenakan baju katun yang mencetak jelas badan sixpack nya. Wajah nya yang terlihat segar seakan mengatakan bahwa ia baru saja habis mandi membuatnya tampak jauh lebih dewasa dari sebelumnya. Aku menelan air ludahku lalu melempar tatapanku ke sembarang arah.
Suara tawanya yang merdu mengisi satu ruangan ini sebelum ia duduk di tepi tempat tidur. "Kau pasti lapar, kan? Kau hanya makan sepertiga roti lapis isi tuna tadi. Katakan padaku apa yang ingin kau makan, my dear?" ucapnya lembut
Degub jantungku kembali tak berirama hanya dengan mendengar suara merdunya memanggil ku sayang. Astaga Victoria! Ada apa denganmu?
Gemuruh di dalam hatiku semakin tak karuan kala jari telunjuknya menarik wajahku kearahnya. Melihat matanya yang berbinar dan penuh dengan kehangatan, sejenak aku merasa bersalah karena bersikap dingin tadi.
"Aku mau pulang," elakku karena takut ia akan mendengar detak jantungku yang begitu kuat
Kali ini, Henry tidak tertawa melainkan ia mengusap kepalaku dengan lembut seakan aku adalah anak ****** yang hilang.
Tubuhku bergetar dan jangan ditanya lagi bagaimana nasib jantungku. Ia sudah tak lagi berdetak selayaknya manusia normal hanya dengan intiminasi yang tak sengaja terjadi diantara kami.
"Malam ini, kau tidur disini ya? Aku sudah mengabarkan Paman dan Bibi,"
Mendengar nada bicaranya yang lembut, rasanya begitu janggal. Ia tidak terdengar seperti seorang remaja tanggung sama sekali melainkan seorang pria yang berbicara kepada wanita yang ia kasihi. Sangat aneh hingga tak sadar bibirku berkata seenak hatinya
"Apa ini rencanamu untuk memajukan tanggal pernikahan? Dengan meniduriku lalu menjadikan nya sebagai alasan?" Tudingku begitu berlawanan dengan hatiku.
Demi Tuhan, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak terdengar seperti penyihir wanita sekarang. Semua kebaikan Henry padaku nyatanya membuatku takut.
"Kau sangat pandai merusak suasana," balasnya dengan nada kecewa
Henry bangkit dari sisi ku, lalu mengambil kertas di atas meja dan seakan hanya perlu sekejap mata, pintu terbanting dengan keras menandakan bahwasanya ia benar-benar marah sekarang.
Bagus, Victoria. Sekarang dia membencimu. Batinku.
Aku menyibakkan selimut tebal yang sedari tadi berada di atasku. Dan saat itulah mataku mendarat kepada tumpukan pakaian milikku masih rapi tak tersentuh. Bagus, sekarang merasa jauh lebih bersalah.
***
Suasana di meja makan terasa lebih mencekam daripada kemarin malam. Meja panjang yang dapat memuat enam orang ini rasanya amat sangat tak nyaman walaupun makanan di hadapanku terlihat begitu menggiurkan.
Aku mengunyah makananku sembari mencuri pandang kearah Henry yang duduk di seberang meja. Wajahnya tampak biasa saja. Namun, aura di sekelilingnya seakan dapat mematikan siapa saja yang berusaha mendekat.
Kupikir ia akan menghindariku tapi ternyata, dia tetap sarapan bersama denganku. Jujur, lebih baik ia menghindariku daripada aku harus terjebak dalam kedaaan canggung seperti ini.
"Apa kau sudah selesai makan?"
Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari arah orang yang kuawasi sedari tadi, seketika jantungku berdegub kencang.
Aku hampir saja mempermalukan diriku sendiri dengan tersedak potongan pancake jikalau aku tidak langsung meneguk air putih diatas meja.
"Kalau kau sudah selesai makan, pelayanku akan mengantarkanmu ke pintu depan. Aku telah menyiapkan kereta yang akan mengantarmu pulang," ucapnya dengan nada formal lalu ia mengelap bibirnya dengan lap makan kemudian berdiri dari kursinya menandakan ia akan pergi darisini
Melihatnya yang hendak pergi, aku segera berdiri dari kursiku dan menarik lengannya. Ia berhenti melangkah sementara aku berhenti bernapas.
Sesaat aku lupa apa yang harus kukatakan karena ia langsung membalikkan badannya dan menatapku. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa terdiam seperti ini?
Henry menarik tangannya kembali saat ia tidak mendapati bibirku berbicara lalu pergi meninggalkanku sendiri.
Astaga. Apa yang baru saja terjadi? Kenapa bibirku tak bisa berbicara?
"Nona, kereta anda sudah siap," tegur pelayan Henry padaku
Aku berbalik dan tersenyum lalu mengikuti pelayan itu untuk masuk ke dalam kereta kuda. Biarlah ia membenciku. Kenapa aku harus merasa bersalah? Seharusnya aku senang pernikahan ini akan batal.
Aku menutup jendela kereta kuda yang membawaku pergi ketika aku melihat Henry yang berdiri di balkon kamarnya.
Ia berdiri disana, dengan tangan terlipat, dan mata kami yang terpaut. Ekspresinya yang dingin dan tidak beriak itu benar-benar berhasil mengganggu pikiranku selama di perjalanan sampai kereta kami tersandung batu yang membuat kereta sedikit oleng dan kepalaku terbentur dinding kereta.
"Apa kau tidak apa-apa, Nona?"
Aku memegang kepalaku yang mulai pening sambil kembali duduk di kursi kereta, "aku tidak apa-apa!"
"Maafkan saya Nona! Saya tidak melihat batu itu tadi! Mulai sekarang saya akan lebih berhati-hati!"
Diam-diam aku berterima kasih kepada pelayan Henry karena kalau ia tidak menabrak batu dan kepalaku tidak terbentur, maka bayang-bayang wajah pangeran menyebalkan itu masih ada di dalam kepalaku.
Aku memang seharusnya memikirkan Ollie, karena kami akan bertemu dalam waktu dekat dan aku masih belum punya jawaban untuknya.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Lilis Ferdinan
semoga cinta kembali ke pemiliknya masing2,,, 😘
2021-08-19
0
Emmy Panjaitan
semangat thor
2020-04-14
0
Lissa Wardhani
Good.... nunggu update lagi..kakak author
2020-02-28
0