Part 17: Sweet Escape

"Don't fall for sweet words, fall with sweet efforts,"

-pinterest

***

"Kita mau kemana?" Tanyaku setelah kesekian kalinya ia mengacuhkan ku dan tetap berjalan mendaki bukit kecil ini

"Henry! Apa kau tuli? Kakiku sudah lelah," ucapku lagi

Henry akhirnya berhenti berjalan dan menatapku yang berada di belakang punggungnya sedari satu jam yang lalu

"Sebentar lagi sampai," katanya singkat lalu berjalan kembali

Dia benar-benar tidak bisa ditebak! Kencan macam apa yang membuat kita keringatan? Apa dia sedang balas dendam karena kejadian tadi?

Aku menyibukkan diriku dengan segala motif jahat yang terlintas di otakku hingga aku tidak menyadari Henry yang berhenti tiba-tiba

"Ouch!" Rintihku lalu mengusap dahi. Baru saja aku ingin mengomel, pemandangan di hadapanku sudah terlebih dulu membungkamku. Rahangku menganga lebar melihat pemandangan di balik punggungnya.

Luasnya samudra biru terbentang tanpa batas dengan mentari hangat yang perlahan mulai tenggelam. Suara ombak yang menerpa batu karang terdengar begitu jelas dari sini, angin sejuk yang menyapu wajahku hingga burung-burung camar yang terbang kesana kemari.

Indah! Ini benar-benar pemandangan yang tidak pernah ku lihat sebelumnya!

"Indah bukan?"

Aku menatap Henry disebelahku lalu mengangguk. "Ini benar-benar menakjubkan Henry!" Pujiku sebelum duduk asal di atas rumput dan menikmati hembusan angin

Aku mengabaikan tawa Henry di belakangku dan sibuk mengagumi pemandangan di depanku.

Tak berapa lama kemudian, Henry berhasil menyita perhatianku saat ia bertanya, "Apa kau lapar?"

Aku segera berbalik, dan mendapati Henry yang sedang menggelar kain lalu mengeluarkan berbagai makanan dari keranjang piknik yang ia bawa sedari turun dari kereta

"Apa kau menyiapkan semua ini untukku?"

Ia mengangguk lalu menepuk tempat di sebelahnya. Tanpa pikir panjang, aku segera bergabung dengannya dan memakan satu roti lapis yang ia buat.

"Mmm.. enak! Kau berbakat menjadi koki!" Pujiku sambil mengunyah roti lapis itu dengan lapar

Henry tertawa sebelum ikut memakan roti lapisnya.

"Darimana kau tau tempat ini?"

Henry mengerutkan alisnya sebelun menjawab, "saat aku suntuk di istana, aku sering berkuda sendirian, dan menemukan tempat ini begitu saja,"

Aku mengangguk sebelum melahap roti lapisku lagi.

"Ngomong-ngomong, apa kau tidak penasaran kenapa tiba-tiba aku melamarmu?" Tanyanya

Seketika itu aku teringat dengan semua rencana ku untuk menggagalkan pernikahan ini.

"Tentu saja aku penasaran! Tapi, pasti kau hanya bercanda saja seperti saat kita masih kecil dulu," ucapku lalu mengambil air lemon dan meneguknya

Ia menatapku dengan tatapan aneh lagi sebelum makan roti lapisnya dalam diam.

"Roti lapis buatan mu memang juara! Ini akan menjadi favoritku mulai sekarang," pujiku karena dia tidak berkata apa-apa

Henry akhirnya tersenyum lalu ia menganggukkan kepalanya, "kalau kau mau, aku bisa membuatkannya untukmu setiap hari,"

Kali ini aku menatapnya sanksi, "ayolah Henry! Kau sangat manis! Kau bisa membuat siapa saja jatuh cinta dengan perlakuanmu," candaku santai

Senyum di wajah Henry menghilang, ia kini terlihat seakan sedang patah hati. Berinisiatif, aku pun menepuk punggungnya

"Kudengar ada bar elit yang sering di datangi para wanita bangsawan, bahkan keluarga kerajaan juga sering terlihat menghabiskan malam dengan berpesta disana,"

Henry menoleh, ia menatapku dengan wajah kusutnya. Aku kembali tertawa melihatnya, wajah Henry benar-benar lucu sekali.

"Kau masih muda Henry. Ada ratusan gadis di luar sana yang ingin menjadi istrimu, pilihlah—"

"Cukup! Jangan bicara lagi, aku mengerti maksudmu,"

Aku tersenyum lalu menarik tanganku dari bahunya. Aku beranjak dan memilih untuk berjalan mendekati tebing.

Perlahan demi perlahan kakiku mendekati ujung nya hingga saat aku sudah dapat melihat tumpukan batu karang yang kasar lagi terjal di bawahku, aku segera duduk.

Baru saja bokongku menyentuh tanah, tiba-tiba, badanku di angkat oleh Henry dan ia membawaku menjauh dari sana bak mengangkut sekarung kentang.

"Apa yang kau lakukan! Turunkan aku!" Pekikku karena rasanya kepalaku pusing dengan posisi terbalik seperti ini

Seperti biasa, Henry mengabaikanku.

"Lepaskan aku! Ini sangat memalukan!" Pekikku lagi

Ia membawaku lima meter jauhnya dari sana sebelum mengembalikkan ku ke posisi normal.

"Apa kau gila? Apa kau ingin mati dengan mendekati terbing itu? Apa kau tau betapa licin nya keadaan tanah disana?" Ia memarahiku persis sama seperti Ayah saat umurku 10 tahun

Melihat raut wajahnya yang menegang, aku membuang napasku lalu bersiap untuk mengamuk.

"Kau pikir aku ini anak umur sepuluh tahun yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri? Apa? Gila? Justru kau yang gila karena mengajakku ke tempat berbahaya seperti ini!" Bentakku balik

Ia tampak hendak membalas ucapanku tapi, alih-alih mendengarkan, aku memilih pergi darisana.

"Victoria! Tunggu!"

Aku mengabaikan panggilannya dan tetap berjalan menuruni lereng bukit yang tadi kami lalui

"Victoria!"

Rasanya kesal sekali dimarahi seperti itu setelah kau dibawa dengan amat sangat tidak bermartabat bak seorang buruh pasar yang membawa sekarung kentang.

"Dasar brengsek! Mati? Huh! Dia kira aku tidak bisa menjaga diriku? Aku kan hanya ingin menikmati pemandangan dan—"

Sekonyong-konyong penglihatanku buram karena kepalaku terantuk ranting pohon yang ntah sejak kapan ada disana.

"Sialan! Siapa yang menaruh ranting pohon disini!?" Kesalku sambil memukul ranting keras itu dengan tanganku

Aku mendengar suara tawa dibelakangku yang membuatku tambah dongkol. Memalukan!

Aku mempercepat jalanku saat kurasakan Henry sudah berada di dekatku dan saat aku sedang fokus menghindari ranting-ranting pohon liar, kakiku tiba-tiba tersengkal oleh sesuatu yang membuatku terjatuh begitu kerasnya.

"Victoria! Apa kau tidak apa-apa?"

Aku meringis saat Henry berusaha memegang kakiku. Ia langsung membuka sepatuku dan aku bisa melihat memar kebiruan di kaki kananku.

"Kakimu terkilir," katanya tampak amat khawatir

Aku mengabaikan ucapannya dan berusaha berdiri. Namun, lagi-lagi aku terjatuh ke tanah karena kakiku terasa seperti jelly.

"Dasar ceroboh! Kemari, naik ke punggungku!" titahnya yang telah bersiap-siap untuk berlutut di sisiku

Setelah memarahi, lalu mengataiku, sekarang dia ingin membantuku? Benar-benar manusia luar biasa!

"Tunggu apalagi? Cepat naik! Matahari sebentar lagi akan terbenam!"

Tak ada pilihan, aku pun menurut. Dengan cepat aku merangkak dan memeluk lehernya dari belakang. Ketika ia berdiri dan memegang kedua kakiku dengan begitu santainya, jantungku kembali berdetak kencang.

Tidak tidak! Ini salah! Aku tidak boleh memiliki perasaan lebih dengan pria yang aku yakin baru beranjak dewasa kemarin malam.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau sedang memikirkanku?"

Mendengar pertanyaan Henry yang menginterupsi percakapanku dengan Tuhan. Aku segera menetralkan jantungku lalu menjawab, "jangan terlalu percaya diri. Suatu saat kau akan menangis karena kepercayaan dirimu yang setinggi langit itu,"

Henry tertawa. Ia sepertinya gampang sekali meredakan amarahnya. "Pegang yang erat. Aku akan berlari!" Titahnya sebelum sempat mulutku mengatakan apa-apa, ia sudah mengambil langkah lebar dan mempercepat jalan nya

Mau tidak mau aku mengeratkan pelukanku dan terpaksa menyimpan kepalaku di pundaknya. Harum oak dari tubuhnya menyeruak masuk ke dalam inderaku yang tanpa kusadari membuat tubuhku rileks.

Kenyamanan yang tidak biasa kurasakan ini membuatku mengantuk. Aku mengeratkan pelukanku padanya lalu mataku perlahan menutup rapat.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Dewee

Dewee

pinter bgt kamu thor, cerita kolosal kereen

2020-05-22

4

Emmy Panjaitan

Emmy Panjaitan

ooh.. thor aku benar 2 suka cerita ini

2020-04-14

3

Lissa Wardhani

Lissa Wardhani

Lanjuut thoor

2020-02-27

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!