Part 15: He Is Coming

"The hunger for love is much more difficult to remove than the hunger for bread."

-Mother Teresa of Calcutta

***

Apa semalam aku bermimpi? Apa benar Ollie menyatakan bahwa ia mencintaiku? Apa bibir ini...

Tanganku meraba bibirku yang sedikit bengkak karena ciuman panas kami semalam. Ya Tuhan! Ini semua bukan mimpi! Aku memegang pipiku yang menghangat sambil tertawa pelan. Aku sudah dewasa! Apa aku akan hamil jika terus berciuman seperti yang Maria selalu katakan?

"Victoria!"

Sontak saja badanku menegang mendengar suara pekikan bak tikus yang terjepit terdengar keluar dari bibirku. Aku menatap Ibuku yang memakai kacamata bacanya dan sibuk dengan kertas serta pena nya.

"Baik Lady Mother?" kataku setelah menetralkan tenggorokanku. Aku memberanikan diriku menatap mata hazel Ibunda dan mencari bukti bahwa dia tidak mengetahui kejadian semalam.

"Apa yang membuat seorang lady melamun di siang hari? Apa kau sakit?" Tanyanya santai. Tanpa kusadari, badanku kembali relaks. Sepertinya dia tidak tau perihal kejadian kemarin.

"Hanya memikirkan ini dan itu,"

Kali ini Ibuku mendongak, lalu melepas kacamata bundar kecilnya itu lalu menatapku dengan tatapan yang aneh.

"Kau berbohong," jawabnya bagaikan petir menyambar.

Aku menelan salivaku sebelum berdiri dari sofa dan menatapnya penuh. Bagaimana bisa Ibu tau? Hanya ada aku dan Ollie kemarin malam. Tidak mungkin Ibu menguntitku bukan?

"A—aku tidak! Kau tau, aku sedang mencari objek untuk lukisanku," dalihku

Ibu memincingkan matanya lalu kembali memakai kacamatanya dan menekuni kertas-kertas diatas mejanya.

Untunglah...

***

Matahari telah terbenam saat kami tiba di rumah. Dengan segala keletihanku, aku segera mengganti gaunku dengan gaun tidur dan langsung merebahkan badanku diatas kasur. Mataku langsung terpejam begitu lampu di kamarku padam.

Keesokan paginya, tidur nyenyak ku terganggu oleh seorang manusia yang seenaknya duduk diatas perutku.

"Louis! Minggir! Badanmu berat!" Ucapku sambil menepuk punggungnya

Ia tertawa lalu berdiri, dan mau tidak mau aku pun harus rela membangunkan diriku dan menyambut adik kecilku yang tidak lagi kecil lagi itu.

"Apa kau merindukanku?" tanyaku setengah sadar dan langsung disambut dengan pelukan eratnya

Louis semakin menempatkan kepalanya ke dalam pelukanku. Aku menyisir rambut pirangnya. "Apa kau begitu merindukanku?" ucapku lagi sambil tertawa melihat kelakuan adik bungsuku itu. Tidak biasanya dia memelukku

"Apa kau akan menikah?"

Mendengar pertanyaan yang terlontar keluar dari adikku itu sontak aku mengurai pelukan kami dan menatap wajahnya yang sembab. "Siapa yang mengatakannya padamu?"

Louis mengusap air matanya yang keluar lalu menatapku dengan wajah sedihnya, mengingatkanku saat terakhir kali ia menangis karena ditinggal pergi oleh Ollie.

"Louis, apa kau mendengarku? Darimana kau mendengar kabar itu?"

Louis tak menjawab ia hanya menunjuk pintu kamarku yang terbuka menampakkan sosok Ibu dan Maria.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan menghampiri mereka. "Apa perkataan Louis benar? Astaga! Apa Ollie sudah datang?" Aku melompat dari kasur dan mendekati keduanya

Ibu dan Maria menatapku dengan wajah kebingungan sementara degub jantungku sudah berdentum tak karuan. "Tidak ada noda di wajahku kan, Bu? Ya Tuhan.. Aku tidak percaya dia benar-benar datang," aku segera berlari ke bawah

Awalnya aku tidak mendapati siapapun melainkan para pelayan di lantai bawah, namun melihat wajah Forest dan beberapa pelayan kami yang menatapku dengan wajah berseri, seketika hatiku berbunga.

Dengan bersenandung, aku menuju meja makan dan lagi-lagi tidak mendapati barang siapapun kecuali para pelayan yang sedang membersihkan sisa sarapan.

Aku membawa kaki ku berjalan begitu ringan sambil menuju ruang tamu, namun, saat melihat pintu ruang kerja Ayah terbuka sedikit, dengan cepat aku masuk ke dalam.

Melihat Ayah sedang berbicara serius dengan seorang pria yang duduk membelakangiku. Aku tersenyum. Aku tidak percaya, Ollie akan benar-benar melamarku seminggu setelah malam panas kami.

Ah, romantisnya! Batinku bersemangat.

Aku merapikan rambutku yang berantakan, kemudian mengelap segala noda di wajah sebelum berjalan mendekati mereka.

"Aku tidak percaya kau benar-benar akan menepati janjimu," ucapku sebelum memeluknya dari belakang

Namun, ada yang aneh. Ayah membelalakkan matanya, lalu tiba-tiba ia menegurku dengan suara yang lantang

"Victoria!"

Dan sepersekian detik setelahnya, aku juga ikut terkejut saat pria yang kupeluk memutar badannya.

"Bloody Hell!" Aku segera menutup mulutku sesaat kata-kata itu keluar dengan mulusnya.

"Good morning too, sweetheart," balas pria itu sebelum menarik tangan kananku dan mencium nya.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Hanachi

Hanachi

Prince Henry 😄😄

2024-03-19

0

Lilis Ferdinan

Lilis Ferdinan

salah peluk tuh,,,,, pangeran henry🤭😁

2021-08-19

0

🌹Milea 🖤

🌹Milea 🖤

wah pangeran henry 😍😍

2020-09-02

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!